Kemarahan Vieria

173 4 0
                                    

Di restoran.

Vieria sudah berdandan cantik mengenakan dress hitam pendek menemani Aryan yang terlihat tampan dengan kemejanya. Pria itu mengajaknya makan malam di restoran mewah.

Vieria sudah merasakan malam ini Aryan akan menyatakan cintanya, sudah tiga bulan ia dan Aryan dekat. Jujur saja, Vieria juga merasa nyaman. Ternyata Aryan benar-benar baik, ia diperlakukan bagai tuan putri. Di hatinya mulai timbul desiran aneh. Tapi, rencana tetap harus berjalan.

Aryan dan Vieria berbincang-bincang sambil makan seperti biasa. Hingga mendadak raut wajah Aryan terlihat serius.

"Vie... I wanna say something."

"Hmm, say what?," tanya Vieria pura-pura bodoh, walau dalam hatinya sudah berdebar-debar.

"Kamu wanita yang mempesona. Sepertinya aku jatuh cinta padamu, Vieria... would you marry me?"

Jangan ditanya jantung Vieria yang berdetak semakin cepat. Omg...omg, did he just propose me? Belum lagi, wajah tampan dan suara deep Aryan yang terlihat tulus. Ini di luar dugaan, Vieria tidak menyangka akan langsung dilamar.

"What? Kenapa melamar mendadak?," tanya Vieria tidak suka.

Aryan terkejut mendengar jawaban Vieria. "Well, kupikir..."

Ucapan Aryan dipotong oleh Vieria, "listen, Aryan. I think you got a wrong signal here. Aku tidak menyukaimu seperti itu, tapi hanya sebagai teman saja selama ini, oke? Sori banget."

Vieria segera beranjak dari meja dan berujar, "bills on me." Meninggalkan Aryan yang terdiam dan berpikir, what the hell? Apa iya dirinya yang salah tangkap?

Aryan buru-buru keluar mengejar Vieria, dilihatnya wanita itu sedang menunggu taksi. "Biar kuantar," ucap Aryan.

"Tidak perlu, aku sudah memesan taksi," balas Vieria. Aryan semakin bingung.

"Vie, what's wrong? Kamu terlihat buru-buru," ucap Aryan.

Bukankah seharusnya terbalik, yang ditolak malam ini kan dia, kenapa malah Vieria yang kabur? Aryan jadi merasa bersalah karena terlalu terburu-buru melamar. Ia hendak minta maaf, namun...

"Eh, itu taksiku sudah datang. Bye, Aryan!"

Aryan yang ditinggal sendirian jadi bertanya-tanya. Sepertinya persoalan wanita lebih rumit daripada soal pekerjaan. Lebih baik dia pulang sekarang dan memikirkannya semuanya di rumah.

...

Sejak kejadian itu, Vieria sengaja menghindari Aryan. Bahkan pesan-pesan dari Aryan tidak dibalas dan hanya di read.

Sebenarnya Vieria merasa kasihan pada Aryan, apalagi di pesan-pesannya terlihat Aryan merasa bersalah dan meminta maaf karena langsung melamar tiba-tiba.

Jenny yang mendengar cerita Vieria juga jadi ikut kaget, "wah, ternyata Aryan seserius itu! Hmm... lu sendiri gimana?"

"Nggaklah, gue nggak suka dia. Bukan tipe gue," jawab Vieria berdusta.

Sebenarnya mulai ada api cinta yang menyala di hati Vieria, apalagi ditambah kipasan kata-kata lagi oleh Jenny, "sayang, lho padahal Aryan hot sangat. Dimana lagi cari cowok kayak gitu?"

"Lu bicara seperti emak gue aja," balas Vieria. Jenny langsung bungkam dan memutar bola matanya. Mereka pun kembali bekerja masing-masing.

Ngomong-ngomong soal emak. Sudah 2 minggu sejak kejadian itu, ibunda Vieria pun akhirnya tahu cerita sesungguhnya.

Sesuai dugaan, pasti si Aryan mengadu lagi, pikir Vieria.

Vieria dimarahi habis-habisan oleh ibunya, "Vie, Vie, pria seperti Aryan kamu tolak. Keterlaluan kamu! Mama kira selama ini kalian selalu jalan bersama karena sudah cocok. Mama dan tante Natasha sudah senang. Aryan juga terlihat menyayangimu, tapi kamu malah menolak!"

Bahkan Velcro, saudara kembarnya ikut-ikutan menyalahkan Vieria, "aduh, sis. Lu pikir nikah itu butuh cinta ya? Cinta doang nggak bikin perut lu kenyang."

Vieria yang tadinya merasa bersalah malah jadi kesal setengah mati. Ia tidak lagi kasihan pada Aryan dan kembali membencinya. Ia berniat melabrak Aryan di kantornya, karena mengadu-ngadu terus.

"Lho, Vieria ya? Kenapa kemari?," tanya Jefry.

"Mana Aryan?!," tanya Vieria tanpa basa-basi.

"Lagi meeting sama klien, paling bentar lagi selesai. Udah dari tadi, sih. Tuh, tunggu aja di mejanya," ucap Jefry.

"Kenapa sih? Lagi berantem ya?," tanya Jefry yang melihat raut cemberut di wajah Vieria. "Jangan ngambek, nanti nggak cantik lagi, lho."

Vieria tidak mengubris ucapan Jefry. Duh elah, juteknya, pikir Jefry. Habis diapain sih sama Aryan? Penasaran juga dia.

Vieria menunggu di meja Aryan cukup lama. Hingga ia memperhatikan meja pria itu. Hmm, jauh lebih rapi dari mejanya. He must be ocd, pikir Vieria.

Ada satu buku agenda yang menarik perhatiannya. Vieria pun mengambilnya dan melirik ke kiri kanan agar tidak ada yang melihat ia menyentuh barang orang lain sembarangan.

Isi buku tersebut hanya berisikan hal-hal pekerjaan Aryan. Tulisannya bagus sekali, catatan-catatannya pun tersusun dengan rapi dan detail. Wah, tak kusangka, pikir Vieria.

Namun di halaman belakang buku tersebut tertulis nama 'Vieria' yang tercoret. Vieria terkejut. Pantas saja akhir-akhir ini Aryan mulai cuek padanya, sudah tidak ada pesan apapun. Ketika berpapasan pun, Aryan bersikap dingin. Apa dia sudah move on secepat itu? Pikir Vieria, entah kenapa hatinya sakit.

"Vie?"

Gubrak! Vieria kaget tiba-tiba disapa oleh Aryan hingga dirinya terjungkang dari kursi yang ia duduki.

"Vie, are you okay?," tanya Aryan khawatir dan membantu Vieria bangun berdiri.

"I'm okay! Ehem... sebenarnya gue kemari ada keperluan penting. Bisa bicara berdua?," tanya Vieria pura-pura cool dan mengalihkan pembicaraan. Aryan yang melihatnya jadi geli, ia pun membawa Vieria ke rooftop.

 Aryan yang melihatnya jadi geli, ia pun membawa Vieria ke rooftop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aryan dan VieriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang