Sesekali Aryan memandang ke Vieria dan tersenyum. Entah hanya perasaan Vieria saja, tapi Ravina terlihat tidak senang.
Setelah lebih dari 1 jam, akhirnya meeting itu selesai. Klien itu pun pamit dan menyisakan Vieria, Aryan dan Ravina di ruangan VIP itu.
"Kalian mau makan? Aku lapar, nih," ucap Aryan memecah suasana. Tadi mereka meeting hanya dengan kopi dan teh.
"Mau," jawab Ravina sambil melihat-lihat buku menu dan menyodorkan satu ke Aryan.
Helloo, gue belum jawab, lho. Pikir Vieria. Dia sebenarnya keberatan harus makan bertiga dengan Ravina. Harusnya Ravina tahu diri untuk menyingkir setelah selesai meeting, tapi Vieria berusaha sabar. Mungkin Ravina juga lapar.
"Vie, kamu mau makan apa?," tanya Aryan menyodorkan buku menu yang tadi diberi Ravina pada Aryan. Vieria melirik Ravina, beuh, nggak senang kayaknya.
"Hmm, aku spicy chicken ramen saja. Sama sepertimu," jawab Vieria.
"Oke, kamu apa, Rav?," tanya Aryan.
"Sama."
"Jadi kita bertiga menunya samaan, nih? It isn't fun. Kalau begitu aku ganti chicken katsu saja," ucap Aryan.
Aryan pun memanggil pelayan dan memesan untuk mereka. Sambil menunggu makanan datang, Aryan izin ke toilet. Meninggalkan Vieria dan Ravina di ruangan berdua.
"Kamu berubah banyak, Ravina. Sekarang jadi jauh lebih cantik," ucap Vieria memecah keheningan.
"Oh, thank you," balas Ravina singkat.
"Kamu lagi jatuh cinta yaa?," tanya Vieria santai. Padahal dalam hati itu pertanyaan memancing.
"Maksudnya?," tanya Ravina merasa pertanyaan Vieria aneh.
"Ah, nggak... maksudku, kan kadang wanita merubah penampilan kalau dia sedang jatuh cinta gitu."
Damn, apa dia sudah tahu? Ravina bertanya-tanya dalam hati. Ia berusaha memasang wajah datar, "ooh, nggaklah. Memang ingin ubah penampilan saja, untuk menunjang karir juga."
Vieria mengangguk-angguk.
"Btw, boleh minta nomormu, Vie?," tanya Ravina tiba-tiba.
"Ooh, iya boleh," jawab Vieria memberi nomor ponselnya pada Ravina.
Mereka pun kembali berkutat pada ponsel masing-masing hingga Aryan kembali, bertepatan saat pelayan mengantarkan makanan juga.
"Hmm, punyamu sepertinya enak! Boleh coba?," tanya Vieria pada menu yang dipesan Aryan.
"Sure," jawab Aryan yang memotongkan dan menyuapkan sepotong chicken katsu ke mulut Vieria.
"Kegedean, mulutku nggak muat."
Aryan pun memotong lebih kecil dagingnya dan menyuapkannya lagi.
"Hmm, mmm," Vieria kunyah keenakan dan mengangkat ibu jarinya.
"Mau lagi?," tawar Aryan.
Vieria menggeleng. Kini gantian ia yang menyuapkan ramennya pada Aryan, "nih, cobain punyaku."
Aryan menurut saja dan membuka mulutnya. Vieria menunggu reaksi Aryan.
"Hmm, it's good," ucap Aryan mengangguk.
Mereka berdua terlihat romantis sekali. Ravina hanya bisa memedam kecemburuannya dalam hati.
Selesai makan, gantian Vieria yang cemburu.
Saat Ravina sedang membayar tagihan ke kasir dengan kartu kredit kantor milik Aryan.
"Vie, kamu bawa mobil kemari?," tanya Aryan.
"Ya."
"Kalau begitu aku antar Ravina pulang dulu ya sebentar. Tadi dia kesini sendiri naik kendaraan umum," ucap Aryan.
Deg, what? Aryan sends her home? Vieria sebenarnya keberatan, dia jadi menyesal bawa mobil kemari. "Emang dia nggak bisa pulang sendiri?"
"Bisaa, cuma kasihanlah. Aku antar sebentar aja."
Vieria merasa sangat aneh, sepertinya Aryan bersikeras ingin mengantar Ravina. Hatinya sakit, tapi ia tidak ada alasan untuk protes.
...
Aryan dan Ravina mengantar Vieria ke mobilnya dulu. Aryan dan Vieria saling berpelukan, "hati-hati, ya. See you at home."
Begitu mobil Vieria berlalu. Ravina langsung menggandeng lengan Aryan. "Jadi, gimana kencan kita?"
Aryan melepas tangan Ravina di lengannya dan melirik sekeliling, "apa kamu gila? Vieria baru saja pergi, aku baru saja memeluknya dan sekarang kamu memelukku. What people will think?"
"Wah, seorang Aryan peduli tentang pencitraan rupanya," sindir Ravina. Aryan menarik rahang mendengar kalimat Ravina.
"Ayo pulang. Aku ingin bicara padamu," ucap Aryan.
"Pulang? Date kita gimana?," tanya Ravina mengikuti Aryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...