Aryan dan Cewek Baru

147 1 0
                                    

Suatu hari.

Vieria melihat dengan mata kepala sendiri adegan Aryan dan Tilly sedang mengobrol dengan akrab di lobi gedung. Aduh, dia jadi sakit mata melihatnya.

Memang, sih. Kalau dilihat-lihat, Tilly ini lebih cantik darinya, lebih muda, lebih fresh. Wajar kalau Aryan tertarik padanya.

Vieria hanya bisa menghela nafas diam-diam dan melangkah pergi meninggalkan pemandangan yang menyakitkan mata, semakin lama hatinya juga ikut sakit.

...

"Lu kenapa sih, Vie? Dari tadi menghela nafas terus?," tanya Jenny yang khawatir pada temannya.

Vieria memandang temannya dan berpikir, apa harus cerita? Tapi nanti ditertawakan, namun kalau tidak cerita dia bisa gila lama-lama. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak cerita.

"Nggak apa-apa," jawab Vieria.

Jenny yang peka langsung paham, "lu lagi mikirin Aryan ya?"

Vieria yang sedang minum langsung tersedak karena tidak menduga Jenny menebak dengan benar.

"Eh, eh.. lu nggak apa-apa?," tanya Jenny membantu menepuk-nepuk punggung temannya yang batuk-batuk.

"Iya... it's fine now, thanks," jawab Vieria tersenyum pada Jenny.

Setelah agak tenang, Jenny bertanya dengan pelan, "bener ya ini soal Aryan?"

Vieria diam sesaat, lalu kemudian ia pun menangis. Jenny jadi panik, "lho, lho... bestie, lu kenapa?"

Jenny berinisiatif mengajak Vieria ke ruang meeting yang sedang kosong agar suasana lebih sepi dan privat. Jenny menunggu dengan sabar sambil mengusap-usap punggung Vieria agar berhenti menangis.

"Sori ya, Jen. Gue mendadak nangis," ucap Vieria akhirnya. Ia sudah bisa mengontrol tangisnya sekarang.

"Nggak apa-apa. Lu cerita aja kalau ada masalah," ucap Jenny sambil memeluk Vieria.

"Gue... gue cuma takut, kalau cerita nanti lu ketawain. Gue malu," ucap Vieria.

Jenny menghela nafas, "ya elah, Vie. Sama gue jangan takut dan malu. Emang lu kira gue apaan? Nenek sihir?"

Vieria jadi tertawa mendengar kalimat temannya. Perasaannya setelah menangis jadi lebih lega. Sepertinya memang ia membutuhkan ini.

"Kayaknya gue suka sama Aryan, Jen," ucap Vieria. Ia pun mencurahkan seluruh hatinya pada Jenny, bagaimana ia merasa hampa di hari-hari tanpa Aryan, bagaimana ia merindukan saat-saat bersama pria itu, bagaimana ia sakit hati melihat kedekatan Aryan dan Tilly.

Jenny yang mendengarnya jadi iba, karena sepengetahuannya jika pria sudah pindah ke lain hati akan sulit untuk merebutnya kembali, tapi tidak ada salahnya dicoba.

"Hmm, lu nggak minta tolong sama emak lu aja? Kan orang tua kalian berteman," tanya Jenny berusaha memberi solusi.

"No, Jen. Gue malu lah! Waktu itu gue nolak Aryan sampai narik urat segala sama emak gue. Masa sekarang tiba-tiba gue mau. Gue udah bisa bayangin emak gue ngomong 'I told you so,' ucap Vieria geleng-geleng.

"Come on, she's not that bad," ucap Jenny.

"Iya, sih. Cuma gue mau itu sebagai cara terakhir aja. Sekarang gue mau tahu dulu perasaan Aryan gimana. It's not funny if he rejects me."

Jenny terlihat berpikir sejenak, "hmm... gue ada ide."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aryan dan VieriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang