Jadilah Vieria sekarang di lobi menunggu Aryan. Skenarionya adalah 'kebetulan bertemu.'
Tiap hari Vieria nongkrong di lobi di jam-jam sepi berharap berpapasan dengan Aryan dan bertanya kabar, jadi terkesan tidak agresif.
Sudah seminggu lebih hal itu dilakukan, namun sialnya tidak bertemu-temu waktu yang pas. Pernah sih ketemu, tapi Aryan sedang terburu-buru, suasana lagi agak ramai atau Aryan sedang bersama klien atau teman kantornya.
Susah sekali, sih. Rasanya memang kita tidak berjodoh, pikir Vieria. Ia sudah akan kembali kerja dan merancang rencana lain dengan Jenny, tapi seorang wanita mendekatinya. Tilly!
"Hai, kak Vieria ya?," tanya wanita itu.
"Iya?," jawab Vieria yang kebingungan. Kenapa wanita itu bisa kenal dengannya?
"Kenalin, aku Tilly. Kerja di PT. Graha Bumi Biru lantai 10," ucapnya sambil mengulurkan tangan pada Vieria.
"Vieria," ucapnya menyalami Tilly.
"Aku tahu kakak dari kak Aryan," ucap Tilly.
Vieria jadi tersanjung Aryan menyebut namanya. "Oh, ya?"
"Ya."
"Oke, Tilly. Kalau begitu salam kenal ya," ucap Vieria tersenyum canggung sebelum pamit pergi.
"Kakak, tunggu!"
Vieria menoleh dan Tilly mendekat, "boleh bicara berdua sebentar?"
...
Kini Vieria dan Tilly berada di kantin gedung, sekalian memesan minuman.
"Hmm, mau bicara apa ya?," tanya Vieria.
Tilly menyesap minumannya, "hmm, sebenarnya bukan hakku untuk mengatakan ini. Tapi sebaiknya aku jujur saja agar semuanya jelas."
Vieria semakin bingung.
"Kak Aryan menyukaimu."
Vieria sempat mencerna sesaat kata-kata Tilly, "hah, gimana?"
"Kak Aryan menyukaimu, kak. Dia dengan jelas menolak saat aku menyatakan perasaanku. Dia bilang dia suka kakak."
Apa? Aryan menyukainya? Ini mimpi atau bukan? Rasanya seperti tidak nyata. Pria yang ia tolak lamarannya masih menyukainya? Vieria bertanya-tanya dalam hati.
"Ke.. kenapa kamu memberitahuku?," tanya Vieria masih syok.
Tilly tersenyum, "karena aku menyukainya, tapi ia menyukaimu. Sekarang aku ingin tahu perasaan kakak gimana? Kalau kakak menyukai kak Aryan aku akan mundur, kalau tidak..."
Tilly mendekati Vieria, "maka aku tidak akan menyerah mengejar cinta kak Aryan."
Wah, berani sekali anak ini. Apa dia menantangku? Tanya Vieria.
"Aku menyukainya, aku mencintainya, dia dan aku akan segera menikah!," balas Vieria tidak rela Aryan didekati wanita ini. Perasaan yang sudah dipendam sejak melihat mereka berduaan.
Di luar dugaan, Tilly malah tersenyum dan mengeluarkan ponselnya, "do you hear that, kak Aryan?"
Vieria membelalakan matanya, apalagi setelah mendengar suara khas Aryan di ujung telefon, "yes, loud and clear."
Vieria hanya bisa terdiam begitu Tilly mematikan telefonnya, "kak Aryan akan kemari, kak."
Apa? Bertemu Aryan? Sesuai skenario, seharusnya Vieria senang dengan pertemuan ini, tapi yang ada sekarang Vieria malah kebakaran jenggot. Ia buru-buru kabur sebelum Aryan tiba.
"Lho, kak? Tunggu!," terdengar suara panggilan Tilly sebelum Vieria pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...