"Mampus, Jen! Gimana, nih? I screw up!," teriak Vieria saat kembali ke mejanya.
"Apaan sih, lu? Kayak habis maling ayam aja," ucap Jenny.
"Tadi gue...," ucapan Vieria terpotong oleh panggilan dari managernya.
"Vieria, ke ruangan saya sebentar," ucap pak Wahyu.
Vieria dan Jenny saling berpandangan, "kenapa lu dipanggil pak Wahyu?, " tanya Jenny.
Vieria mengangkat bahu, "dunno, wish me luck."
...
Di dalam ruangan pak Wahyu, Vieria dipersilakan duduk.
"Saya ada kabar buruk dan kabar baik," ucap pak Wahyu.
Hati Vieria berdebar-debar.
Pak Wahyu memasang wajah datar, "Vieria, mulai bulan depan kamu tidak bekerja lagi menjadi Public Relation."
"Kenapa, pak?," tanya Vieria mencoba menerka-nerka kesalahannya.
Pak Wahyu tersenyum, "karena kamu akan dipromosikan sebagai Asisten Manager."
"Hah, yang benar, pak?," tanya Vieria girang.
"Iya, penjualanmu cukup bagus dan semakin tahun semakin meningkat. Jadi tadi saya berdiskusi dengan General Manager untuk mengangkatmu dan beliau setuju. Selamat, ya Vieria," ucap pak Wahyu.
"Terima kasih, pak!," ucap Vieria menyalami pak Wahyu
"Nanti lanjut ke pihak HRD ya," ucap pak Wahyu sebelum Vieria pamit.
"Baik, pak! Permisi."
Hati Vieria berbunga-bunga membayangkan peningkatan karir ini, apalagi gajinya juga pasti bertambah. Ia buru-buru kembali ke meja dan mengecek ponselnya.
Ada beberapa panggilan tak terjawab yang beberapa tertera nama Aryan. Hal itu mengingatkan Vieria atas kejadian sebelumnya dan langsung merasa malu. Gimana, nih? Aku pasti akan sulit memandang wajah Aryan.
"Eh, Vie. Gimana? Pak Wahyu bicara apa?," tanya Jenny yang baru saja kembali dari toilet.
Untuk sementara wajah Vieria berseri-seri menceritakan kenaikan pangkat itu. Jenny pun turut senang mendengarnya. Mereka jadi membicarakan perihal pekerjaan dan perubahan yang dialami Vieria nanti. Sesaat melupakan Aryan.
...
Pulang kantor.
Vieria pulang agak larut karena ada pekerjaan. Suasana gedung sudah sangat sepi ketika pintu lift terbuka, betapa kagetnya Vieria melihat Aryan.
Aduh, gawat! Vieria merasa malu dan berusaha kabur, tapi Aryan keburu keluar lift dan memanggilnya.
"Vieria, tunggu!"
Vieria berhenti melangkah, namun ia belum berani melihat wajah Aryan.
Melihat itu, Aryan menghela nafas. "Mungkin kamu sudah pernah mendengar hal yang akan kuucapkan sekarang, but let me say it again."
Ada jeda sebelum Aryan mengatakan, "Vieria, aku menyukaimu. Aku tahu kamu sudah menolak, tapi seminggu ini aku sering melihatmu di lobi dan aku sadar kamu sedang menunggu seseorang."
What? Terlihat jelas banget ya? Pikir Vieria.
"Aku menerka-nerka siapa yang kamu tunggu? Aku mencoba bertaruh sekali lagi. Jadi, aku mencoba membuat skenario dengan Tilly. Oh, she's my cousin by the way. She and I are pretty close."
What? Cousin? Jenny menyebalkan! Makanya ini kenapa Vieria benci gosip, tapi mendengar pernyataan Aryan membuat Vieria lega.
"Jadi aku memintanya menyapamu dan berpura-pura menjadi wanita yang mendekatiku. I wanna know your reaction and.. I've got you."
Tanpa menolehpun Vieria tahu Aryan sedang tersenyum. Vieria memejamkan matanya karena sudah merasa bodoh terpancing oleh skenario yang dibuat Aryan.
Seolah-olah mengerti jalan pikiran Vieria, Aryan pun berucap, "maaf aku menjebakmu. Kamu boleh marah, Vieria. But I'll be waiting for you until you ready to accept... or reject me again. Saat itu kuharap kamu bisa bicara padaku tanpa membuang muka."
Vieria merasa tertampar, betapa ia sangat menyakiti Aryan saat ini. Dia mendengar suara langkah kaki Aryan yang menjauh. Akhirnya Vieria pun menoleh.
"Ar.. Aryan, wait!"
Akhirnya kini mereka berhadap-hadapan. Vieria dan Aryan saling memandang rindu.
"Te..terima kasih sudah menyukaiku dan maaf, a..aku suka kamu juga," ucap Vieria yang grogi. Masalahnya tatapan lembut Aryan membuatnya salah tingkah. Mukanya pasti sudah semerah tomat sekarang.
Aryan tersenyum dan ia pun mendekati wanita di hadapannya ini. Vieria menunduk malu. Aryan mengangkat dagu Vieria lembut agar memandangnya.
"May I kiss you, Vieria?"
"Hah?" Vieria belum sempat menjawab, namun Aryan sudah menciumnya. Ciuman yang lembut di bibir, Aryan mengecap bibir Vieria yang terasa manis. Vieria yang menikmati pun melenguh. "Ng...hmm."
Mereka mulai saling membalas dengan lidah sebelum akhirnya Aryan melepas ciuman mereka dan menatap mata Vieria yang sayu.
"Mau lanjut?," tanya Aryan.
Vieria pun tertawa dan memukul lengan Aryan yang menggodanya. Malam itu mereka pun pulang bersama dengan status berpacaran.
Hore, nggak jomblo lagi! Pikir Vieria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...