"Terus gimana?," tanya Jenny.
"Apanya?," tanya Vieria.
"His kisses... duh."
Vieria tersenyum merona, "Aryan pencium yang handal."
"Oh, you are so lucky, Vie."
"But last night...," Vieria menceritakannya pada Jenny.
Jenny cukup kaget mendengarnya, tidak menyangka mereka senekad itu. "Wah, gila, Vie. Berani banget lu berdua! Emang ya bener... katanya kalau pacaran berdua, orang ketiganya tuh setan."
Vieria jadi merasa bersalah, "iya, makanya semalam gue kasih batasan ke dia dengan bilang ngelakuinnya setelah nikah aja. But he looks not happy though."
Jenny tertawa, "you know lah... he's a man. Egonya terusik dan mungkin kecewa sama dirinya sendiri."
"Atau sama gue?," tanya Vieria. Ia takut mengecewakan Aryan karena tidak bisa memuaskan pacarnya, teringat pada mantannya yang pernah marah karena Vieria sangat kaku.
"He's not your ex, Vie. Jangan bandingkan. Justru dengan dia nggak maksa lu itu artinya dia menghargai lu," ucap Jenny seolah-olah tahu apa yang Vieria pikirkan.
"Thanks, Jen." Ucapan Jenny membuat Vieria sedikit lega.
"Lagian dengan begitu, gue percaya sih Aryan benar-benar pria baik yang nggak pernah macam-macam. Jarang, lho pria yang masih perjaka until married. Apalagi pria seganteng Aryan," tambah Jenny.
Vieria jadi ikut bangga. Memang Aryan pernah cerita ia hanya berpacaran satu kali sebelum bertemu dengan Vieria. Itupun LDR, sehingga tidak terlalu banyak psysical touch. Mereka putus karena pacarnya ketahuan selingkuh disana.
"Oh, ya. Jen. Nih, save the date ya!," ucap Vieria mengeluarkan surat undangan resepsi pernikahannya dengan Aryan.
"Wuih, cepat banget? Congrats, ya, Vie!," ucap Jenny
"Iya, ortu gue dan mamanya udah mau buru-buru aja. Udah cukup umur katanya dan biar enggak bikin dosa zina."
"Duh, enaknya! Emak gue kenapa nggak punya teman yang anaknya ganteng ya?," keluh Jenny membuat Vieria tertawa.
...
Sebulan kemudian.
Sepanjang hari Aryan tidak berhenti memandang Vieria yang terlihat sangat cantik dengan gaun pengantinnya. Bahkan Jefry, bestman Aryan memujinya terang-terangan.
"Wah, lu cantik sekali, Vieria. The dress suits you perfectly!," ucap Jefry. Aryan langsung melotot pada temannya.
"Is that necessary?," tanya Aryan.
"Relax, bro. It's just a compliment."
Vieria hanya tertawa canggung menanggapi pujian Jefry. Entah bercanda atau serius, ia melirik pada calon suaminya yang memandang tajam pada temannya itu.
Tapi Jefry seolah-olah masa bodo, dan malah berkata lagi, "kalau udah bosan sama Aryan, nanti sama gue aja."
Aryan memandang tak percaya pada temannya, "kurang ajar ya lu." Tapi Jefry malah tertawa melihat Aryan yang cemburu. Ia memang sengaja mengusili temannya ini.
Vieria yang sempat khawatir jadi tenang setelah melihat Aryan dan Jefry sudah tertawa bersama lagi beberapa menit kemudian.
Vieria mengakui hari ini dandanannya benar-benar memuaskan, banyak yang memujinya cantik bahkan calon mama mertuanya. "Cantik sekali, Vieria. Mama senang sekali punya menantu manis seperti ini."
"Terima kasih, ma. Mama juga terlihat cantik," balas Vieria.
Jenny, teman baik Vieria, sekaligus merangkap bridesmaid mencolek Vieria dan berbisik, "Vie, lihat tuh Aryan! Dikerumunin cewek-cewek."
Vieria reflek menoleh pada Aryan. Wah, benar! Aryan terlihat dikerumuni wanita-wanita entah siapa. Mungkin teman-teman kerjanya, kolega atau kliennya. Wanita-wanita itu memandang kagum pada Aryan.
Memang Vieria juga merasa Aryan terlihat sangat tampan hari ini dengan tuxedo hitam di tubuhnya yang atletis. Sudah dari tadi Vieria perhatikan banyak tamu wanita memandangi Aryan.
Dia terlihat sangat tinggi di antara para wanita itu. Vieria memperhatikan punggung Aryan yang lebar. Omg, he's so hot! Rasanya tidak sabar untuk malam pertama.
Aryan memalingkan wajah ke arah Vieria dan tersenyum. Senyumannya mengalihkan dunia Vieria seketika. Bagaimana mungkin dia sempat menolak pria ini? Pasti dia gila saat itu, pikir Vieria.
Aryan menggandeng Vieria dan memperkenalkannya pada wanita-wanita itu yang ternyata teman-teman kerjanya. Mereka semua memberi ucapan selamat pada keduanya.
Vieria dan Aryan pun lanjut menyapa tamu hingga acara selesai.
Sebelum pulang, Jenny berbisik pada Vieria, "gue ada hadiah buat lu, gue titip di meja terima tamu tadi."
"Apaan?," tanya Vieria penasaran.
Jenny hanya tersenyum, "surprise." Meninggalkan Vieria yang keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...