1 - First Day, First Fight

180 33 5
                                    

              

                                     

                       — Shivanash Qaudri, yang biasa dipanggil Shiv, memarkirkan mobil jeep merahnya di halaman rumah, malam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                       — Shivanash Qaudri, yang biasa dipanggil Shiv, memarkirkan mobil jeep merahnya di halaman rumah, malam itu. Matanya menyipit, menatap sebuah jendela yang dalamnya gelap gulita. Itu adalah kamar sang putri tercinta, Zara Rubina Qaudri. Ini sudah jam 2 pagi, tentu saja putrinya telah tertidur sejak enam jam yang lalu.

Team penantang pertarungan malam ini cukup sulit, karena itu Shiv memerlukan waktu lebih untuk melakukan perlawanan. Hingga membuatnya pulang satu jam lebih dari malam-malam sebelumnya. Dan tebak siapa yang mendapat uang banyak malam ini? Tentu saja dia. Sebagai seorang street fighter berpengalaman dan berkali-kali menang, Shiv tak pernah takut dengan lawannya. Kalaupun dia pernah kalah, itu hanya karena moodnya sedang buruk. Biasanya.


"Shiv Bhai, kau sudah pulang?" Shakti, orang kepercayaannya yang juga penjaga rumah saat dia bekerja, membukakan pintu sambil menguap. Shiv mengangguk, melangkah masuk rumah sembari membuka handwarp di kedua tangannya yang sudah kotor.


Saat berbalik untuk menutup pintu kembali, Shiv baru menyadari lampu rumah di seberang menyala. Padahal sudah tiga tahun rumah bertingkat dua tersebut gelap karena tak berpenghuni.

"Shakti,  rumah di depan sudah ada yang menempati?" tanya Shiv.


"Haan.. Keluarga itu baru datang tadi sore saat kau sudah pergi. Yang aku lihat anak mereka seperti seumuran Zara." Jawab Shakti.


Shiv kembali mengangguk. Ternyata dia punya tetangga baru sekarang. Tapi seketika, gorden yang bergerak di ruang depan rumah seberang itu menarik perhatiannya lagi. Karena halaman yang kurang penerangan tapi di dalam begitu bercahaya, siluet wanita yang merapikan gorden tersebut bisa Shiv lihat. Bukan hanya siluet, dengan jelas Shiv melihat seperti apa wajahnya.

Tatapan keduanya bertemu, dalam beberapa saat keduanya saling terdiam. Shiv yang akhirnya mengalihkan pandangan, pura-pura melihat sekeliling halaman lalu menutup pintu rumah. Terlalu canggung tertangkap tangan sedang memperhatikan seseorang. Ternyata sosok dirinya juga bisa terlihat dari rumah seberang tersebut.


Awal yang buruk bersama tetangga barunya.


Shiv masuki kamar dan segera membersihkan diri dari keringat dan kotoran yang menempel. Saat sedang mengeringkan diri, dia menyempatkan menatap cermin. Merasa bangga dengan otot tangan dan perutnya yang semakin kekar, tapi cukup kesal dengan lebam yang muncul di rahang dan bawah matanya, hasil pertarungan malam ini. Atau mungkin malam-malam sebelumnya? Entahlah, Shiv sudah tak ingat bagian mana saja yang babak belur.    

Let The Kids PlayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang