5 - Understanding

144 35 14
                                    




                     — Kiara mendorong handel pintu rumahnya terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                    — Kiara mendorong handel pintu rumahnya terbuka. Mengernyit saat hanya kegelapan ruang tamu dan juga ruang tengah yang ia lihat. Merasa aneh dengan situasi seperti tidak ada orang di rumah dengan pintu depan yang tak terkunci. Tapi seberkas cahaya yang terlihat di tangga menuju kamar lantai dua, kamar Dev, menunjukkan bahwa ruangan tersebut berpenghuni.

"Dev!" teriaknya sembari menyalakan lampu-lampu. "Dev, kau di kamar? Kenapa membiarkan pintu tidak dikunci dengan keadaan rumah yang gelap seperti ini?" Sudah sepanjang lebar ia berkata, tak ada sahutan juga yang membalas.

Setelah Kiara menaruh tas kerja bersama satu kantong makan malam mereka di meja ruang tengah, ia mendongak ke atas, mandang kesunyian yang tercipta dari kamar Dev. "Devarya, apa kau tidur?" tanya Kiara sambil melangkah menaiki tangga. Begitu ia membuka kamar sang putra, punggung Dev yang terbaring di kasurnya menyambut. Tumben sekali anaknya itu sudah tidur sebelum jam 7 malam, padahal Kiara tidak pulang terlambat hari ini. Apa kegiatan di sekolah membuatnya lelah?


Kiara menjongkokkan diri di sebelah single bed milik Dev, mengusak lembut rambut sang putra yang dengkuran pelannya terdengar. "Wake up, Beta. Kita makan malam dulu.."

Dengan mata yang masih terpejam, Dev bergerak dalam tidur. Mengubah posisinya yang kini menjadi terlentang, memperlihatkan wajah babak belur itu pada sang Ibu. "Dev.." Kiara tercengang memandang beberapa lebam dan luka wajah yang sudah diobati, juga air mata yang tampak megering di pipi. Air muka wanita itu berubah tegang.

"Devarya, bangun!" Kiara mengguncangkan tubuh sang anak. "Dev!" Nadanya kini meninggi.


Merasa tidurnya terganggu, wajah Dev merengut. Netra gelap itu menyipit karena dipaksa terbuka. "Mom.." suara parau Dev terdengar, yang belum sadar sepenuhnya.

"Ada apa dengan wajahmu? Berkelahi dengan siapa lagi kali ini, Dev?" tanya galak Kiara.


"SSHH!" Anak laki-laki itu merasakan kepalanya pusing, belum sadar akan sekelilingnya tapi suara sang ibu sudah menusuk telinga. "Tidak dengan siapapun!" Dev balas membentak. Dengan sekali hentakan, ia kembali ke posisi tidur semula. Sampai menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. "Dev! Jawab dulu!" Kiara menarik selimut yang membuat raut kesal Dev terlihat. Anak itu langsung mendudukan diri di kasur dan menatap marah Ibunya. "Kalau aku jawab apa yang akan kau lakukan, Mom? Paling cuma memarahi dan menghukumku lagi!" Dengan kesal Dev turun dari kasurnya, pergi dari kamar meninggalkan Kiara. Mencoba kabur dari omelan yang menyerang. 

"Devarya! Mau kemana kau? Dev!" Sang Ibu mengejar anak laki-lakinya yang dengan cepat sudah turun ke lantai bawah. "Dev!" Sentak Kiara, yang untung saja bisa menangkap tangan sang anak dengan erat saat akan membuka pintu depan.

Let The Kids PlayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang