Pertemuan dengan Krisan telah membuka luka lama Vieria, walau Krisan sudah meminta maaf padanya. Namun rasa trauma itu masih ada.
Flashback
"Vo, lu nggak ada kenalan cowok buat gue jadiin pacar apa?," tanya Vieria.
"Masa secantik lu perlu dicariin. Emang nggak ada yang deketin?," tanya Alvo.
"Adaa... cuma yah, nggak ada yang sefrekuensi, Vo."
"Emang lu cari yang kayak gimana?"
"Yang penting seimanlah, biar nggak ribet urusan sama ortu."
Alvo terlihat berpikir sejenak, "sama Krisan aja, teman kecil gue. Tapi dia beda jurusan sama kita, sih."
"Yeah, okay. Nothing to lose."
Alvo pun memberi nomor ponsel Vieria pada Krisan. Berawal dari percakapan di telefon, akhirnya Vieria dan Krisan janjian bertemu.
Sejak pertama kali bertemu, Vieria langsung menyukai karakter Krisan yang pintar dan humoris. Selalu saja ada topik yang dibicarakan bersama. Ditambah wajahnya yang tampan.
Begitu juga Krisan, yang langsung memuji betapa cantik dan lucunya Vieria dan ia merasa jadi cowok paling beruntung.
Krisan sering mengantar Vieria pulang kuliah dan biasanya mampir dulu ke rumah Krisan, karena itulah ia dekat dengan tante Elena.
Suatu hari.
"Lho, tumben sepi. Where's your family?," tanya Vieria di rumah Krisan.
"Mereka pergi ke supermarket."
"Aku mandi dulu ya, baru kuantar pulang," ucap Krisan. Vieria mengangguk dan memainkan ponselnya di kasur menunggu Krisan.
Ceklek, suara pintu kamar mandi terbuka. Vieria menoleh dan kaget mendapati Krisan hanya mengenakan boxernya.
"Aaah, Krisan, apa-apaan?," teriak Vieria menutup mukanya.
Krisan mendekati dan menarik tangan Vieria untuk masuk ke dalam boxernya menyentuh penisnya. Vieria berusaha menarik tangannya, namun ditahan Krisan. "Apa rasanya, Vie?"
"Kri... Kris, stop it, please..," ucap Vieria ketakutan.
"Sssh, jangan nangis, baby. Just feel it," bisik Krisan.
Vieria mau tidak mau menuruti permintaan Krisan karena tangannya ditahan Krisan di dalam celananya.
"Aaaakh, Vie," desah Krisan dengan mata terpejam. "Terus, Vie. Faster like this."
Krisan menggerak-gerakkan tubuhnya maju mundur, hingga Vieria bisa merasakan panjangnya penis Krisan.
"Oh, jangan dilepas, sayang. Keep it like that," ucap Krisan.
"Gerakkan tanganmu, Vie... seperti tadi aku bergerak."
Vieria hanya pasrah dan menurut. Ia menggerakkan tangannya maju mundur di penis Krisan.
"Oh, oh, Vieria... nikmat banget! Kamu pintar."
Entah kenapa saat itu Vieria merasa kaget, takut sekaligus excited. Ini adalah pertama kalinya ia menyentuh milik laki-laki. Apalagi mendengar desahan dan pujian dari Krisan membuatnya senang.
Tak berapa lama kemudian, Krisan orgasme dan spermanya menyemprot membasahi tangan Vieria, ia reflek mengeluarkan tangannya dari boxer Krisan.
"Hah, hah," deru nafas Krisan setelah mengalami klimaks. Ia pun menatap Vieria yang kebingungan.
Krisan mendekat dan berbisik, "terima kasih, Vie. Aku sayang kamu." Krisan mencium kening Vieria, "I won't forget today, so are you."
Krisan memandang Vieria yang masih terdiam syok. Krisan membelai rambut Vieria, "kaget ya? Cuci tangan gih. It's full of my liquid."
Jujur saja Vieria baru pertama kalinya melihat sperma. Ia bahkan baru tahu jika laki-laki bisa mengeluarkan cairan putih seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...