Vieria memejamkan matanya ketika tangan hangat Aryan membelai wajahnya, terasa sangat nyaman. Vieria mulai percaya selama ada Aryan, ia akan baik-baik saja.
Vieria pun menyentuh tangan Aryan dan tersenyum. Aryan memandang wajah cantik Vieria dan menciumnya.
"Hmm, hmm, hmm," desah Vieria.
Ciuman Aryan pindah ke leher dan telinga Vieria. "Ah, ah, ah... Aryan."
Desahan Vieria membuat Aryan gila, hingga ia berbisik, "I need you, Vie."
Aryan membuka pakaian Vieria satu-persatu, juga pakaiannya sendiri. Aryan mulai menindih Vieria.
"Aryan, tunggu."
Aryan berhenti dan bertanya-tanya.
"Jendelanya?," tanya Vieria melirik jendela mereka yang belum tertutup.
"Biarkan saja," ucap Aryan.
"Ap...mmm, mm, mm," desah Vieria dicium habis-habisan oleh Aryan hingga bibirnya bengkak.
Ciuman Aryan turun ke payudara. Kedua buah dadanya diremas-remas suaminya.
"Oh, oh.., Aryan."
Aryan mulai mengulum, menjilat dan menghisap puting kedua payudara Vieria, hingga Vieria mengalami orgasmenya.
"You are so wet," bisik Aryan. Vieria merona.
Aryan menarik Vieria berdiri dan berjalan ke jendela.
"Aryan, apa yang kamu lakukan?," tanya Vieria panik karena tubuh telanjangnya menghadap keluar. Siapapun yang memperhatikan dapat melihat jelas. Vieria reflek menutupi payudaranya dengan tangan.
Aryan menarik pinggul Vieria dan memasukkan penisnya ke vagina Vieria. "Oooh... Aryan."
"Enak?"
Vieria mengangguk, walau belum bergerak tapi ia bisa merasakan penis Aryan dalam vaginanya yang berkedut-kedut.
"Jepit penisku, Vie."
Vieria menurut, vaginanya semakin menjepit erat penis Aryan.
"Ah," desah Aryan. "Fuck, you are so good."
Aryan pun mulai bergerak keluar masuk, penisnya menghujam titik rangsang Vieria berkali-kali. "Ooh, ah, oh, oh , oh... Aaryan," desah Vieira merem melek.
Vieria sudah tidak menutupi payudaranya lagi, ia fokus menyangga tubuhnya sendiri yang disodok-sodok dari belakang.
Payudaranya ikut bergerak naik turun mengikuti hujaman Aryan. Vieria tidak peduli lagi jika ada yang mengintip, dan sejujurnya ia merasa sensasi tegang dan nikmat sekaligus.
Hujaman Aryan membuat tubuh Vieria menempel pada jendela, sudah tak bisa maju lagi. Penisnya semakin dalam terasa.
"Oooooh, aku keluar, sayaang," teriak Vieria.
"Ah, bareng."
Sebagian sperma Aryan mengalir keluar menuruni paha Vieria.
Tubuh Vieria lunglai, Aryan segera membopongnya ke kasur. Tidak lupa kali ini Aryan menutup tirai jendela.
"Gimana rasanya bercinta di depan umum?," tanya Aryan.
Vieria memukul lengan Aryan, "malu! Gimana kalau ada yang lihat tadi?"
Aryan malah tertawa, "siang begini suasana masih sepi, Vie. Mereka sedang kerja dan sekolah."
Oh, pantesan Aryan berani melakukan itu, pikir Vieria. Ia memutuskan untuk menggoda Aryan, "tapi sejujurnya aku merasakan sensasi berbeda. Aku mau melakukannya lagi saat suasana ramai."
Aryan yang mulai mengantuk langsung membuka matanya lagi, "no way!"
"Why? Aku berperan jadi wanita murahan yang disewa penjahat tampan seperti di film-film dan diintip oleh para polisi yang mengintai."
Aryan duduk dan memandang Vieria dengan serius. Ia mulai menyesal mengajari Vieria yang tidak-tidak, "Vieria, enggak ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...