BAB 3

76 8 1
                                    

Bermodalkan nyali yang sebesar biji wijen, Hana mencoba menghubungi Riga menggunakan nomor ponsel lainnya. Terkirim. Berulang kali dia memeriksa ruang obrolan, tetapi, tidak ada tanda-tanda Hana akan menerima balasan dari laki-laki itu.

Setelah menceritakan tentang keinginannya kepada Nindy, Hana mengikuti saran mereka untuk bergabung ke dalam event tersebut.

Nindy Natasha. R

Good luck, Na! Semoga berhasil.

Hana membaca pesan itu. Setelah mendengar beberapa pendapat dari orang-orang yang dia percaya bisa membantunya, serta menimbang baik buruknya berhubungan kembali dengan Riga, Hana memutuskan untuk menjadikan pria itu sebagai objek risetnya. Dia tahu kemungkinan besar Riga menolaknya.

Namun, tidak ada salahnya untuk mencoba, bukan?

Hana memeriksa kembali ruang obrolan tersebut. Hampir satu jam, dan dia tidak mendapatkan balasan apa pun. Pikirannya berkelana, sementara batinnya mulai menerka. Apa dia harus berhenti bahkan sebelum memulai?

Jika dia diizinkan untuk berbuat jujur, Hana memilih untuk tidak lagi melibatkan pria itu. Tetapi, untuk saat ini, satu-satunya yang memenuhi kriteria adalah Riga Syahdan.

Jadi, haruskah Hana kembali mengirim pesan?

Rumaisha Hana

Riga?

Hanya beberapa detik tanda centang dua tersebut berubah warna menjadi biru. Nyaris saja ponsel genggam tersebut berubah bentuk ketika sang pemilik tampak begitu terkejut. Pesan itu telah dibaca, dan seseorang di seberang sana tengah mengetik balasan untuk Hana.

Riga Syahdan

Ada apa?

Tunggu! Kenapa pertanyaannya seperti itu? Bukankah seharusnya Riga bertanya ini siapa? Alih-alih segera membalas pesan tersebut, Hana justru terpaku pada profile picture lelaki itu. Tidak. Tidak ada foto apa pun. Hana berpikir, bahwa ... mungkin saja dia tengah ... Rindu?

Rumaisha Hana

Save, dong.

Riga Syahdan

Sudah

Rumaisha Hana

Beneran udah?

Riga Syahdan

Iya.

Rumaisha Hana

Oke. Makasih, ya.

Centang dua pesan itu kembali berwarna biru. Namun, sepertinya Riga tidak memiliki niatan untuk bertukar sapa dengan Hana. Ya, memangnya Riga harus melakukan itu?

Hana pikir, hanya sebatas itu saja yang bisa dia lakukan. Dia embuskan napas yang seolah tertahan. Rupanya, efek samping dari menghubungi lelaki itu masih sama.

Dulu, jika Riga mengabaikannya seperti ini, dia akan mengirim pesan bertubi kepada pemuda itu. Lalu, Riga akan membalas dengan sama banyaknya. Riga akan menjawab dan menjelaskan seluruh pertanyaan 'kenapa?' dari Hana. Namun, dalam situasi seperti ini, Hana tidak mungkin melakukan hal-hal semacam itu lagi.

Seharusnya, Hana merasa cukup dengan Riga menyimpan nomor ponselnya. Tapi ... Mengapa dia merasa ingin melakukan lebih dari ini?

Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Lalu, dia taruh kembali ponsel di tempat semula--di atas nakas yang menjadi tempat terbaik untuk meletakkan pernak-pernik kesehariannya. Jika dia tidak diizinkan untuk mendengar kabar apa pun lagi dari Riga, dia akan menerimanya.

Jodoh JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang