Bagian 07 : Radit Bukan Anak Kandung Papa

263 10 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu siang. Radit baru saja bangun dari tidurnya. Bangun tidur Radit hanya melamun sambil duduk di atas tempat tidurnya, ia menatap ruang kamarnya dengan tatapan kosong. Entah mengapa dia menjadi tidak mempunyai tujuan dan semangat untuk hidup.

Perlahan Radit mulai beranjak dari tempatnya dan langsung berjalan ke arah kamar mandi dengan langkah lesu. Radit belum berganti baju. Bahkan sepatunya saja belum ia lepas sejak tadi.

Radit hanya diam saat ia mengaca di kaca kamar mandi. Namun beberapa detik setelahnya, Radit mulai membuka kran wastafel dan mencuci mukanya. Ia mencipratkan air ke wajahnya dengan terus-menerus tanpa henti.

“Anjing.” celetuk Radit.

Di kamar mandi Radit hanya duduk di bawah shower. Seluruh tubuhnya basah kuyup. Radit mulai menangis dan memukul kepalanya. Dia sekarang benar-benar gila.

-

Suara mobil terdengar masuk ke pekarangan rumah. Radit yang mendengar itu pun langsung bangkit dari tempatnya dan buru-buru untuk berganti baju.

Pintu rumah terbuka. Masuklah Rakha dan papa yang baru saja pulang.

“Papa mau tidur.” ucap Papa dan lalu pergi meninggalkan Rakha.

Rakha hanya menjawab dengan anggukan kecil dan lalu berjalan perlahan menuju lantai atas.

Rakha berhenti sejenak saat melewati kamar Radit. Ingin sekali Rakha masuk dan melihat kondisi Radit, namun saat ia ingin melakukan itu dia teringat lagi dengan perkataan papa.

“Jika bukan karna anak itu keluarga kita tidak akan menjadi seperti ini.

Dendam Rakha kembali muncul. Tiba-tiba Rakha masuk ke dalam kamar adiknya tanpa permisi. Di dalam, Rakha langsung bisa melihat Radit yang sedang duduk di kursi meja belajarnya sambil memandang foto bunda.

Radit sempat kaget dan bingung saat menengok ke arah belakang. “Kenapa, Bang?.” tanya Radit.

Rakha diam sejenak dan lalu tanpa aba-aba ia mendekat ke arah Radit dan menamparnya dengan keras.

“Sakit, Bang.” rintih Radit.

“Rasa sakit ini gak sebanding sama rasa sakit yang di rasain sama keluarga gue, karna lo Bunda meninggal, sialan.” bentak Rakha.

“Bang Rakha yang bilang sendiri kalo ini takdir.” ucap Radit yang mencoba untuk membenarkan perkataan yang dikeluarkan oleh Rakha.

“Anak setan.” teriak Rakha dan lalu menampar Radit sekali lagi.

“Mulai sekarang lo bukan adek gue dan bahkan bukan anggota keluarga Samuel lagi.” bentak keras Rakha dan lalu pergi keluar meninggalkan Radit yang terdiam.

Air mata Radit perlahan mulai mengalir. Ia tidak percaya bahwa kata-kata itu akan muncul dari mulut Rakha. Saat Rakha menyebutnya dengan sebutan anak setan, hati radit seakan pecah menjadi sebuah kepingan kecil.

“Apa aku yang benar-benar membuat bunda meninggal?.” keluh Radit.

Di kamar Rakha, ia duduk di kursi mejanya. Sebenarnya Rakha juga tidak percaya jika dia baru saja mengatakan kata-kata yang seperti itu kepada Radit. Ada rasa bersalah sedikit di dalam hatinya. Namun, rasa itu terkalahkan dengan rasa benci yang kini sekarang sudah mulai sangat menjadi-jadi. Sekarang, Rakha memang sudah benar-benar membenci Radit.

-

Hari ini Samudra tidak ikut jualan bersama Semesta. Entah mengapa hari ini tubuh samudra benar-benar sangatlah sakit. Semesta berjualan di temani dengan Juan. Jadi Samudra tidak perlu khawatir lagi.

Last Home || Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang