Vieria sudah bersiap-siap berangkat setelah Aryan jalan lebih dulu beberapa menit lalu.
Hari ini Vieria izin pamit dengan alasan jalan-jalan dengan Jenny kepada Aryan dan mertuanya. Tanpa mereka berdua ketahui, kalau Vieria berniat menguntit Aryan.
Vieria
Jen, Aryan udah jalan. Gue juga. Stand by ya. Posisi aman?Jenny
Aman. Gue juga udah jalan bareng Rainer.Vieria
OkeSesampainya di mal, Vieria berniat bertemu Jenny dulu. Namun dia berpapasan dengan Aryan, untung saja Aryan tidak menyadari kehadirannya karena ia fokus ke ponsel.
Vieria
Gue langsung ikutin Aryan. Barusan kebetulan berpapasan. Lu dimana, Jen?Tidak ada balasan. Vieria memutuskan mengikuti Aryan sendirian. Namun, langkah kaki Aryan lebih cepat daripada Vieria. Sehingga Vieria pun kehilangan jejaknya.
Oh, no. Where is he? Vieria merasa ingin menangis. Ia menghubungi Jenny.
Vieria
Jen, I lost him. Aryan jalan cepat banget, gue nggak bisa ikutin.Jenny
Sorry, Vie. Kayaknya gue nggak jadi temanin lu ngikutin Aryan. Kata Rainer what you do is wrong. Gue jangan jadi ikut-ikutan katanya.Vieria mengumpat dalam hati. Fuck you, Rain. Terpaksa ia melakukannya sendiri.
Ia sempat menelusuri dan melihat ke beberapa restoran disana. Matanya memicing ke dalam restoran mencari keberadaan sosok yang dicarinya. Nihil.
"Vieria?"
Vieria memejamkan matanya, ia sangat mengenal suara itu tanpa perlu melihatnya. Aryan.
"Vie, is that you?"
Hiks, sepertinya aku tidak cocok jadi mata-mata, pikir Vieria. Ia berusaha memasang wajah biasa dan memandang ke Aryan.
"Eh, Aryan. Kamu disini?"
"Ya, aku sudah bilang aku ada meeting di mal ini. Kamu sendiri sedang apa disini?," tanya Aryan.
Duh, iya ya. Come on, Vie bikin alasan bagus, pikir Vieria.
"Apa kamu janjian dengan Jenny disini juga?," tanya Aryan memberi jawaban untuk Vieria.
"I..iya, aku juga janjian dengannya disini."
"Kenapa nggak sekalian ikut aku tadi?"
"Ng... biar.. lebih bebas aja, kan nggak tahu nanti kita masing-masing selesai jam berapa."
Aryan mengangguk-angguk, "jadi... sudah ketemu dengannya?"
"Siapa?"
"Jenny lah, siapa lagi?"
Oh, Vieria pikir Aryan bertanya tentang Ravina. Pikirannya jadi tidak fokus.
Ditanya Aryan seperti itu, Vieria baru ingat Jenny tidak jadi bertemu dengannya gara-gara Rainer. Cih.
"Ng... Aryan, aku bisa ikut kamu meeting enggak? Ternyata Jenny mendadak ada urusan. Tadinya aku berniat jalan-jalan sendiri, tapi kebetulan bertemu denganmu. Boleh?"
Aryan agak ragu sejenak, "well... I don't know, Vie." Aryan merasa tak enak pada kliennya dan juga... Ravina.
Wajah Vieria terlihat sedih, Aryan tidak tega melihatnya dan tersenyum, "you know what? I guess that wouldn't be a problem. Ayo ikut!"
Aryan pun menggandeng tangan Vieria memasuki ruang VIP restoran.
Oh, pantas saja dari depan tadi tidak terlihat. Ternyata ada di ruang VIP, pikir Vieria.
Begitu tiba di dalam, Vieria melihat dua orang pria dan seorang wanita cantik, Ravina.
"Hai, Ar...," kata-kata Ravina terputus saat melihat wanita yang digandeng Aryan. Raut wajahnya langsung terlihat muram.
"Hai, Vieria. Kamu ikut?," tanya Ravina kaget. Vieria merasa tidak disambut.
"Iya, kalau kalian tidak keberatan. She won't bother," ucap Aryan mewakili Vieria menjawab.
"Pak Edwin, pak Dion, kenalkan ini istri saya, Vieria."
"Nama yang indah cocok untuk wajahnya yang cantik. Pak Aryan memang pintar milih istri. Ayo silakan duduk!," ucap pria itu.
Vieria pun tersipu, sedangkan Ravina diam saja.
"Kalau tahu hari ini meeting banyak wanita cantik, saya pakai baju rapihan dikit haha," ucap salah satu pria itu. Aryan hanya tersenyum mendengar guyonan itu.
Mereka berempat pun meeting bersama, sedangkan Vieria hanya mendengar percakapan mereka sambil melirik tajam pada Ravina dan Aryan.
Vieria memperhatikan penampilan Ravina hari ini. Ia terlihat mempesona. Seperti wanita yang pergi kencan, bukan meeting. Ravina dan Aryan terlihat akrab, bahkan Ravina berani menyentuh bahu Aryan ketika mereka berdua memandang laptop. Kurang ajar, pikir Vieria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...