Pulang ke Orang Tua

143 1 0
                                    

"What? No, Vieria. Aku nggak izinin," ucap Aryan mencegah Vieria keluar kamar dengan membawa koper.

"Well, itu keputusanku. You should respect that. Let go of me! Aku butuh waktu sendiri," ucap Vieria berusaha melepaskan genggaman tangan Aryan, namun Aryan tetap kukuh menahannya.

"Sampai kapan?," tanya Aryan memandang tajam ke Vieria. "Berapa lama kamu butuh waktu sendiri?"

"Nggak tahu!.. Sebulan mungkin," jawab Vieria. Sejujurnya ia ingin selamanya, tapi Aryan pasti tidak akan mengizinkannya pergi kalau dia jawab jujur. Kepercayaan Vieria ke Aryan sudah hilang. Ia sangat kecewa pada pria yang ia cintai di hadapannya ini.

"Sebulan? Kelamaan, Vie," ucap Aryan tidak rela Vieria jauh-jauh darinya.

Vieria melotot pada Aryan, "what about your affair with her? Apa itu nggak lebih lama?"

Dibalas seperti itu, Aryan mati kutu. Akhirnya ia mengalah dan melepaskan Vieria, "fine, biar kuantar kesana."

"Nggak usah, aku naik taksi saja!"

"Aku antar, ayo naik!," ucap Aryan langsung membawa koper Vieria ke mobilnya. Vieria terpaksa mengikuti.

"Lho, mau kemana?," tanya mertuanya begitu melihat Aryan dan Vieria membawa koper.

Vieria yang melihat mertuanya jadi tidak tega untuk pergi. Nanti mertuanya jadi sendirian zkalau Aryan pulang malam atau dinas ke luar. Vieria langsung memeluknya.

"Maaf, mama. Aku ingin menginap di rumah orang tuaku sebentar. Aku kangen pada mereka."

"Ooh, Aryan juga ikut? Berapa lama?"

"Nggak lama, kok. Aku saja. Aryan disini temani mama."

"Oh, begitu. Seharusnya Aryan temani kamu, kamu kan istrinya. Suami istri itu harus selalu serumah dan sekamar. Pamali kalau jauh-jauhan."

Vieria tersenyum miris, percuma serumah dan sekamar kalau hatinya ada di wanita lain. Tidak menjamin berdekatan itu menjauhkan dari selingkuh.

Aryan yang mendengar kalimat ibunya jadi merasa tertampar, ia pun menyadari raut wajah Vieria yang sendu. "Sudah, Vie? Ayo!"

Vieria memeluk erat mertuanya untuk terakhir kali, "mama jaga diri mama baik-baik ya, jangan lupa minum obat dan vitamin, makan yang banyak, jangan capek-capek di dapur."

Mertuanya pun memeluk erat menantu kesayangannya ini, "iya, kamu juga ya. Mama sayang Vieria. Titip salam untuk orang tuamu."

Kata-kata mertuanya membuat hati Vieria sedih. Buru-buru ia naik mobil agar mertuanya tidak melihatnya menangis.

Vieria dan Aryan terdiam selama perjalanan. Aryan mengamati Vieria yang memandang jendela sambil sesekali mengusap pipinya. Aryan pun memberinya tisu.

"Vie... I just want to let you know. Hari ini aku sudah mengakhiri semuanya dengan Ravina. Percayalah, aku memilih bersamamu."

Vieria masih terdiam, Aryan berusaha sabar. Mereka pun berjalan dalam keheningan yang menyiksa.

Orang tua Vieria menyambut mereka dengan senang. Namun, Aryan harus pamit karena Vieria tidak ingin kehadirannya disana.

"Maaf sudah menyakitimu, Vieria. I love you and I'm sorry," bisik Aryan sebelum mencium dalam bibir Vieria dan mengecapnya, tidak peduli dilihat kedua mertuanya yang berdiri canggung.

Vieria memejamkan matanya berusaha menahan desahan. Ciuman Aryan selalu terasa nikmat. Namun mendadak Vieria teringat Ravina dan Aryan, ia langsung melepas ciuman itu.

"Duh, mesranya! Bikin iri, deh!," ucap ibunya. Sedangkan ayahnya hanya tertawa. Mereka pun segera pergi untuk memberi ruang untuk anak dan menantunya.

"Sampai jumpa lagi, Vieria," ucap Aryan seolah-olah tahu Vieria tidak akan pulang lagi. Vieria hanya mengangguk dan terisak.

Aryan membelai wajah Vieria untuk terakhir kalinya sebelum melangkahkan kakinya ke mobil dan pergi.

Begitu mobil Aryan menjauh, Vieria langsung terduduk lemas dan teriak. Orang tuanya kaget dan langsung mendatanginya. Vieria kemudian menangis tersedu-sedu di pelukan kedua orang tuanya.

 Vieria kemudian menangis tersedu-sedu di pelukan kedua orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aryan dan VieriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang