Sudah dua hari tidak ada teror dari Ravina, bagian personalia pun mengabari bahwa Ravina sudah tidak datang ke kantor lagi. Aryan merasa lega dan mulai kembali ke kantor.
Pekerjaan Aryan agak keteteran tanpa Ravina, tapi makin hari ia makin terbiasa. Ia juga sudah meminta bagian personalia untuk mencari pengganti Ravina.
Suatu malam, semua orang sudah pulang ke rumah masing-masing. Hanya tinggal Aryan sendiri.
Sejak Vieria pergi dari rumah, Aryan menyibukkan diri dengan bekerja. Ia bisa gila jika pulang ke rumah tanpa kehadiran Vieria. Ia sangat merindukan istrinya itu.
Telefon di ruangnya berdering, Aryan pun mengangkatnya.
"Halo"
"Halo, pak. Ini ada tamu mau ketemu bapak," ucap resepsionis di lantai bawah.
Aryan reflek melihat arlojinya, jam 20.30? Siapa tamu yang datang malam begini?
"Siapa?"
"Katanya namanya Ravina Cahyadi."
Aryan memejamkan mata dan menghela nafas mendengar nama yang disebut. Apa mau wanita itu sekarang?
"Suruh naik," ucap Aryan.
Begitu melihat Aryan, tak disangka Ravina langsung memeluknya. "Aryan, I miss you."
"Ravina, lepas!," ucap Aryan sambil mendorong wanita itu.
Ravina terkejut, tapi ia tidak menyerah. Ia langsung mencium bibir Aryan. Ia tahu Aryan tidak akan bisa menolaknya. Tapi tak diduga, Aryan juga mendorongnya.
"Ravina, stop it!," tegas Aryan. "Kamu mabuk?"
Aryan bisa mencium bau alkohol dari mulut Ravina. Namun, Ravina mengelak, "aku habis minum-minum, tapi masih sadar, kok."
Ravina duduk di sofa dan mulai membuka pakaiannya satu persatu.
Glek! Tubuh Aryan mematung. Ia ingin memalingkan pandangannya, tapi tidak bisa. Mata Aryan seperti terhipnotis.
Ravina melakukannya dengan gerakan sensual. Jujur, Aryan kaget dengan keberanian Ravina.Kini Ravina hanya mengenakan bra dan celana dalam. Ia membuka lebar kakinya, mengundang Aryan untuk masuk.
Tubuh Aryan keringat dingin, ia bisa sangat jelas melihat paha mulus nan putih milik Ravina. Bentuk payudaranya yang masih tertutup bra terlihat pas. Mengingatkannya pada Vieria. Sekarang Aryan malah membayangkan Vieria dengan lingerienya. Shit!
Penis Aryan sudah berdiri tegang. Ia benar-benar butuh pelepasan sekarang. Sudah hampir dua minggu dia cuti bercinta.
Demi menjaga kewarasannya, Aryan segera menelefon security agar segera naik dan mengusir Ravina.
Ravina yang mendengar itu langsung tersinggung. Ia berdiri dan mendekati Aryan. Membalikkan tubuhnya dan mendorong tubuh Aryan ke sofa. Kini Ravina berada di atas tubuh Aryan.
Aryan sungguh kaget, apalagi ketika Ravina melepas branya. Sekarang terpampang jelas kedua buah dada Ravina.
Aryan hampir saja kalah dengan nafsu, sebelum ia mengamati raut wajah Ravina. Bukan senang dan terlihat semangat, tapi lebih ke depresi dan sedih.
Rasa iba Aryan langsung muncul, ia pun membelai wajah Ravina. "Ravina, berhentilah. Ini bukan dirimu sama sekali."
Mendengar kata-kata Aryan, tangis Ravina tidak terbendung lagi. Ia menangis tersedu-sedu dan memukul-mukul dada Aryan tanpa bicara apapun.
Aryan hanya menerima, biar bagaimanapun ini semua memang salahnya. "Maafkan aku."
Terdengar suara ketukan pintu, membuat Aryan dan Ravina langsung bangkit.
"Tunggu sebentar!" ucap Aryan mencegah security masuk karena Ravina sedang memakai pakaiannya.
Sebelum pergi Ravina berkata angkuh pada Aryan, "Vieria won't give in, Aryan, but suit yourself, dan ini belum selesai!"
Aryan hanya bisa menghela nafas memandang kepergian Ravina didampingi dengan security.
Sekarang yang Aryan butuh hanya satu. Sebuah pelepasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...