02.11

84 10 0
                                    

Kedua pria yang sudah rapih dengan seragamnya tampak rukun menikmati sarapan. Suasana menjadi sepi setelah keduanya membahas segala hal di awal acara sarapan.

Dengan sedikit canda tawa keduanya melangkah ke garasi. Kenma mengambil sebuah helm yang dulu dia pakai, menatapnya beberapa detik, nostalgia.

"Udah?" Tanya Kuroo ketika kenma menaiki jok belakangnya.

"Udah."

Motor mulai melaju memecah dingin pagi itu. Tidak ada perbincangan berarti dalam perjalanan itu, hanya sepi.

Area sekolah sudah ramai, kuroo memarkirkan motornya di barisan belakang. Keduanya menjadi perhatian beberapa murid membuat kenma tremor.

"Gaakan lagi gue berangkat bareng lo." Ucap kenma masih memegangi helm dan menatap sekeliling horor.

Kuroo terkekeh, melepas helm dan menyimpannya. "Ya udah sih wir."

"Makin lengket aja nih, kalian berdua." Suara lev terdengar dari belakang, repleks memutar tubuh.

Kuroo terkekeh, "kan biar kaya kalian," ucapnya melirik lev dan Yaku bergantian.

"Lah, kok jadi kita?"

Mereka mulai berjalan beriringan, dengan obroaln yang masih berlanjut.

"Gue duluan ya, yang giat belajarnya."

Kenma mengangguk lemas, lelah dirinya harus belajar setiap waktu setiap saat. Ditengah perjalanannya, dia menangkap penampakan yang tak asing.

"Samu, sumu." Panggilnya.

Kedua insan yang dipanggil menoleh, memberikan senyuman ketika saling bertukar pandang.

"Eh, ada kenma, gimana malam pertamanya?" Tanya Atsumu diakhiri kekehan.

"Stress." Jawab kenma.

"Lo diperlakuin baik kan di sana?"

Kenma memutar kembali waktu waktu ketika di rumah Kuroo, dan ya dia memang diperlakukan baik.

"Ya...,"

Mengingat kejadian semalam membuat kenma sedikit menyunggingkan senyum, "baik kok."

________

Sore hari itu tampaknya sendu, cuaca menjadi dingin dan awan gelap menutupi keindahan langit.

"Hujan mulu perasaan." Keluh kenma.

"Iya tuh, mana stok mie mau abis." Keluh atsumu.

"Lo yang abisin semua." Keluh Osamu.

Ketiganya menghela nafas panjang, hanya berdiam diri memandangi siswa siswa yang berlarian meninggalkan area sekolah.

"Kenma!"

Ketiganya menoleh ke sumber suara, tampak kuroo yang berlari kearah mereka.

"Kenapa?"

Kuroo berhenti dihadapan mereka, menyenderkan badannya ke tembok, "ayo pulang-"

Kuroo mengambil nafas sebelum kembali berbicara, "-sebelum hujan."

Kenma mengangguk, "ya udah, gue duluan." Pamitnya kepada kedua saudaranya.

"Oke, hati hati kalian berdua."

Keduanya berjalan cepat ke arah motor, angin kencang menerpa tubuh keduanya. Kuroo membuka jok motornya dan memberikan jaket kepada kenma, "pake."

Kenma menurut, dia menggunakan jaket yang diberikan kuroo lalu memasang jas hujan yang juga diberikan kuroo.

"Buruan anjir Lo malah ngaca." Ucapnya, memaksa kuroo yang sibuk bercermin membenarkan helm.

"Hehe, sorry sorry."

Motor itu berlalu, berjalan cepat meninggalkan area sekolah.

"Pelan pelan aja." Ucap kenma, mengeratkan pelukannya pada pinggang Kuroo.

"Keburu hujan, pegangan." Ucap kuroo sebelum menambah kecepatan motor.

Gerbang terbuka ketika mereka sampai di sana, hujan deras yang menyergap mereka ditengah jalan membuat mereka basah kuyup. Keduanya segera memasuki rumah, menuju kamar kuroo.

"Kamu gapapa Ken?"

Deheman yang diberikan kenma menarik atensi Kuroo, matanya begitu fokus saat ia melirik. Kenma melepaskan jaketnya, membuat seragam sekolahnya yang tipis tembus pandang.

Kuroo mendorong kenma ke dalan kamarnya dan menutup pintu dengan keras, membuat kenma yang terkunci di dalam terkejut.

"Kur? Ngapain sih anjr!"

Kuroo menelan ludahnya kasar, "Lo mandi duluan, takut nanti sakit."

"Ya udah." Jawab Kenma.

Kuroo mendudukkan dirinya di depan pintu, menutupi wajahnya dengan satu tangan, badannya terasa panas dan detak jantungnya tak berangsur pelan.

"Gila Lo Kuroo!"

_____

Hujan masih mengguyur malam itu, suasana dingin menyeruak dalam seisi rumah. Kedua insan yang berkutat dengan buku di hadapan mereka saling mendekatkan diri.

Kuroo sering kali melirik sosok di sebelahnya, ingatan tentang pemandangan sore tadi masih tidak dapat dilupakannya. Sebut saja dirinya mesum karena itu.

Kuroo berdehem berusaha fokus dengan pekerjaannya. "Kenapa kur?" Kenma bertanya.

"Hmm?" Kuroo menolehkan kepalanya membuat matanya melakukan eye contact dengan kenma, dia tidak bisa mengelak.

"Kenma, kamu sadar ga?" Suara kuroo begitu lembut tapi dalam, menyeruak kedalam telinga Kenma.

Kenma berusaha mengalihkan pandangannya, dia bisa merasakan wajahnya kembali panas.

"Tatap aku kenma." Perintah Kuroo.

Kenma secara perlahan menetralkan kepanikannya, pelan-pelan menatap kuroo kembali, dirinya begitu gugup hingga setetes keringat jatuh di pipinya.

"Kamu makin cantik, aku makin suka sama kamu."

Sialan kau kuroo, kau berhasil membuat jantung kenma hampir copot. Ucapannya membuat kenma lebih lebih lebih gugup dari sebelumnya. Itu terlihat dengan jari tangannya yang tidak bisa diam.

Kuroo menggenggam tangan itu, mengelusnya sebelum kemudian diciumnya penuh cinta.

Kuroo sangat kesulitan menahan perasaan yang bergejolak dalam hatinya, semakin erat ia menggenggam tangan Kenma.

"Kuroo?" Tarikan terasa di tangannya dengan suara bergetar di telinga, dia menatap kenma yang menunduk dalam.

Setelahnya kuroo segera tersadar, dengan sigap menarik tangannya, "maaf."

Kuroo bangkit dari duduknya, "gue kebelakang bentar."

Kuroo mengunci pintu kamarnya, mengusak rambutnya frustasi. Dia begitu kesal dengan perasaan sesak di bawah sana.

Hilang tanpa bilang | kuroken [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang