02.06

113 16 0
                                    

Netra kuning yang tajam itu melirik sekitarnya. Dari banyaknya orang di sana tidak ada keberadaan orang yang ditunggunya sejak tadi.

Dirinya menyalakan handphone untuk melihat apakah pesannya sudah dibaca atau belum, lagi lagi belum terbaca.

Helaan nafas terdengar. "Kuroo kemana si anjir? Gue udah nunggu sejam ini." Gerutunya.

Dia membawa tas kedalam gendongannya. Kakinya mulai melangkah keluar dari ruang belajar dan menaiki tangga demi tangga untuk menuju lantai kelas 12.

"Sekolah elit, lift sulit. Minimal eskalator lah." Ucap orang yang kalau bayar SPP telat.

Langkah kakinya terhenti ketika ia sudah sampai di lantai 3. Nafasnya berderu, wajahnya pun merah karena kepanasan.

Dia melirik ke kanan ke kiri untuk mengecek dimana kelas kuroo berada. "Emang kuroo kelas berapa? Gue lupa...."

"Dia kelas 12 1, kenapa?"

Kenma terlonjak kaget ketika pertanyaan dijawab. Kepalanya ia putarkan ke belakang dan mendapatkan sosok pria tanpa rambut.

"Itu kak, kuroonya ada ga?" Tanya kenma gelagapan.

"Oh, dia ga masuk. Izin sakit katanya,"

Mata kenma terbelalak. Orang kaya dia bisa sakit juga ya? batinnya.

Pria tersebut mencari sesuatu dari tasnya. "Lo mau jengukin? Kalau kau gue niti-"

"Engga. Gue cuma nanyain. Makasih, kak." Sela kenma dan langsung menuruni tangga dengan cepat.

Untuk apa juga dirinya jengukin kuroo, gada gunanya. Langkahnya terhenti ketika mengingat kejadian satu bulan lalu ketika dirinya sakit.

Duh rasanya hutang budi gue, batinnya.

Sama halnya seperti menaiki tangga, saat turun tangga pun nafasnya tak beraturan. Kenma masih bimbang, antara menjenguk kuroo atau tidak.

Ditengah kebimbangan itu, netranya menangkap sosok yang ia kenal. Yaku. Entah mengapa kakinya bergerak mendekat.

"Kak Yaku!" Serunya.

Pemilik nama membalikan badan, tersenyum lembut kearahnya.

"Kenapa, Ken?" Tanya Yaku ketika dirinya tepat dihadapannya.

Kenma gelagapan, dirinya sendiri bahkan tidak tahu apa tujuanbya menghampiri Yaku.

"Eum... anu... itu...."

Yaku menghela nafas. "Kenapa, Ken?" Tanya Yaku sedikit membentak.

"Itu, mau nanya alamat rumah kuroo." Akhirnya keluar juga pertanyaan tersebut. Kalau begini mana bisa mundur.

Yaku tersenyum. "Sini wa Lo, nanti gue kirim lewat sana." Ucapnya menyerahkan handphone miliknya kepada kenma.

Kenma menerimanya. "Ini, kak."

"Ini langsung gue kirim. Duluan ya, ada janji." Pamit Yaku yang langsung diangguki kenma.

Kenma merogoh handphonenya dan benar saja langsung ada notifikasi yang masuk. Kenma mengucapkan terima kasih melewati via wa.

_____

Kenma menatap rumah mewah dihadapannya dengan kagum. Sudah terhitung sepuluh menit dirinya berada di sana.

Dirinya ragu, apakah kuroo akan terganggu atau tidak. Tapi, dia sudah lelah kesini masa harus pergi lagi.

Ditengah kebingungannya dia dikagetkan dengan pintu gerbang yang terbuka. Menampilkan seorang perempuan kisaran 35 tahun.

Hilang tanpa bilang | kuroken [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang