02.08

132 12 3
                                    

Hari Minggu, hari yang seharusnya digunakan untuk berleha leha itu sirna. Kini kenma berdiri dihadapannya bangunan rumah milik Kuroo. Tidak lain dan tidak bukan adalah untuk belajar fisika.

Kegiatan ini lama kelamaan malah jadi lama. Yang awalnya hanya seminggu sekali berubah menjadi 3 hari sekali dan sekarang, setiap hari.

Setelah berpindah-pindah tempat disetiap kegiatan belajar, entah itu perpustakaan, ruang kelas, taman, bahkan cafe, kini kegiatan tersebut di lakukan di rumah Kuroo.

Pintu dihadapan kenma terbuka, dirinya langsung melangkah masuk. Terlalu sering datang ke sini hingga menganggapnya rumah sendiri. Toh, kuroo juga bilang begitu.

"Ken, tumben udah ke sini?"

Kuroo muncul dari salah satu pintu disisi sisi ruangan. Menggunakan kaos oblong dan celana pendeknya. Tidak salah kuroo bertanya begitu, biasanya kenma datang di siang hari tetapi hari ini ia datang lebih pagi.

"Gue cuma mau numpang wi-fi, belajarnya tetep nanti siang."

Mereka berjalan beriringan, menuju tempat biasa mereka yang berada di belakang rumah. Sebuah taman dengan bangunan kecil di tengahnya.

"WiFi di rumah Lo kenapa emang?" Tanya kuroo, tangannya bergerak mengelus Surai lembut milik kenma.

"Ish...." Kenma menepis tangan kuroo. Itu selalu menjadi kebiasaan kuroo belakangan ini, membuat kenma risih saja.

"Hehe... Maaf maaf, jadi kenapa?" Kuroo menurunkan tangannya, menatap gemas pria di hadapannya yang tengah cemberut.

"Mati, jawahome anjir emang. Dari kemaren gue mau ngerjain orderan gangguan mulu!" Keluh kenma, wajahnya ditekuk, membuatnya semakin terlihat gemas.

"Ya udah, Lo duluan gih gue mau ganti baju dulu." Lahkah kuroo berubah, menuju tangga di sampingnya.

Kenma melanjutkan langkahnya dengan santai, aroma khas bunga bunga mulai tercium. Ketika matanya melihat keindahan dihadapannya, dirinya kegum kembali. Bibirnya terangkat, menampilkan senyum tipis. Ini surga ditengah tengah neraka, batin kenma.

Tanpa ba-bi-bu, begitu sampai di gazebo dirinya segera mengeluarkan handphonenya, langsung push renk akun orderannya.

Sosok kuroo terlihat, dengan kaos hitam pendek dan celana panjang yang warnanya serupa. Dia menenteng bantal dan selimut di tangannya.

"Udah mulai mainnya?" Kenma mengangguk cepat, walau sepertinya dia tidak benar benar mendengar apa yang dikatakan kuroo.

"Ikutan dong, gue juga jago mainnya." Seru kuroo, merebahkan diri lalu mengeluarkan handphone miliknya.

Kenma menyimpan handphonenya ketika suara victory terdengar. "Dih ogah, Lo maen kek bot."

Kuroo terkekeh. "Ajarin dong mas... " Lirih kuroo dengan nada di buat mendayu dayu, sukses menbuat kenma merinding.

"Mau dibayar berapa?"

Kuroo menaruh jari jempol dan telunjuknya di dagu, membuat pose berpikir. "Eum... Kalau dibayar pake rasa cinta aku, mau ga?"

Lirikan kenma berubah tajam, menatap horor pria dihadapannya. "Kamu nanyea?" Seru kenma.

Kuroo tertawa lepas, bangkit dari duduknya lalu memainkan pipi kenma dengan gemas. "Lucu banget sih hahaha...."

Kenma dengan sekuat tenaga menahan tangan si ayam hitam. Ini juga adalah kebiasaan baru kuroo, senang memainkan pipinya.

"Lepas!" Sentaknya.

Bukannya melepaskan, kuroo malah semakin memperkuat pegangannya pada pipi kuroo. "Ga mau, pipi kamu gemes!"

"IIHH!" Dengan sekuat tenaga kenma memukul tangan kuroo, membuat sang empu mengaduh.

Hilang tanpa bilang | kuroken [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang