"Akhirnya beressss!" Seruan bersemangat keluar dari mulut Atsumu. Dirinya meregangkan tubuhnya lalu tertawa tak berarti.
Kenma terkekeh melihat kelakuan saudaranya ini. Dia juga bersyukur ulangan semester akhirnya selesai, dia tidak perlu pusing belajar setiap hari.
"Ken," Osamu menggoyangkan bahu Kenma, dagunya menunjuk pada satu titik.
Oh.
Itu kuroo, sosok yang membuat kepalanya pusing dua kali lipat Minggu ini. Tapi, dia sangat merindukannya.
Sejak kenma keluar dari rumah, kenma tak pernah bertemu kembali dengan Kuroo. Kuroo benar-benar menjauhi dirinya, satu pesan dari kenma tak ada yang di balas.
"Sana cepet," Osamu kembali menyikutnya.
Kenma mengangguk, setelah keduanya pergi kenma melangkahkan kakinya. Jantungnya berdegup kencang, tubuhnya terasa panas.
Matanya tak bisa lepas dari wajah Kuroo yang tersenyum bahagia disana, begitu cerah. Itu lebih dari cukup untuk menerangi hidupnya.
Rasanya sangat sesak saat tawa itu hilang ketika mata mereka saling bertemu. Pertanyaan mengapa melintas di kepalanya.
"Eum-"
"Oh, kenma," seru Kuroo, dia bangkit dari duduknya, "Bu Hikaru nyariin, katanya dateng ke ruangannya."
Canggung, itu benar benar suasana saat itu. Dadanya begitu sesak hingga tak mampu mengeluarkan suara. Jarak antaranya dan Kuroo seakan sangat jauh.
Kenma mengangguk, tersenyum lesu ke arah Kuroo sebelum akhirnya berbalik. Perasaannya saat itu memang benar.
Itu akhir untuk mereka.
Kenma memasuki ruang guru setelah mengetuk beberapa kali, Bu Hikaru langsung memanggilnya.
"Sini kenma."
Kenma menurut, duduk dihadapan meja Bu Hikaru.
"Kenapa ibu manggil saya?" Tanya kenma.
"Kamu tahu kan, kelas dua belas apa lagi semester dua itu masa sibuk buat mereka dan berhubungan hasil ujian kamu bagus, ibu udah buat keputusan." Jelas Bu Hikaru.
Kenma mengeratkan pegangannya pada ujung baju, kenma sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan ini. Kenma tidak mau.
"Keputusan?" Lirihnya.
Bu Hikaru mengangguk, "ini bukan keputusan ibu sendiri, Kuroo yang minta kalau di semester dua Kuroo gaakan ngajarin kamu lagi. Ibu harap kamu mengerti." Jelas Bu Hikaru pelan, dia gelisah ketika melihat raut wajah kenma.
Wajah kenma begitu pucat, napasnya tercekat. 'kuroo yang minta' kalimat yang benar benar menusuk jantungnya secara langsung.
"Baik Bu kalau begitu, makasih." Ucap kenma langsung berlalu dari sana.
Dadanya begitu sesak, dia benci perasaan ini. Tangannya memegang erat pakainya tepat di jantung. Matanya sangat panas, kenma bisa merasakan kalau bulir air mata sudah berhasil berjatuhan.
sialan.
sialan.
sialan.
ini sakit.
Kenma mengangkat kepalanya untuk mengambil napas, namun-
Napasnya malah tercekat ketika mendapatkan Kuroo diseberang sana tengah bersenda gurau dengan seorang siswi.
Kini, kenma benar benar kesal melihat wajah itu. Tanpa pikir panjang dirinya melarikan dari sana. Meninggalkan sumber kebahagiaan dan kesedihannya.
_____
Pikirannya kosong, hatinya sakit, matanya perih. Baru saja dirinya merasakan keindahan dunia kini dia harus kembali terpuruk.
Manusia yang memberikan kasih sayang yang dia inginkan sekarang malah menambah luka.
Awal pertemuan mereka yang memang kurang lancar kini menjadi momen yang sangat dirindukannya.
Jika bisa memilih, dia ingin memutar waktu dan membekukannya saat momen itu.
Dia merindukan sentuhan yang diberikan sosok itu kepadanya. Dia merindukan rasa hangat yang dia berikan.
Sebenarnya, sejak awal memang hanya dirinya yang jatuh cinta, kan?
Lalu....
Untuk apa malam itu?
Dia datang, dia yang memberikan semua harapan, dia mengambil hal pertama dalam hidupku dan setelahnya-
-dia membuang ku.
Aku membencinya, aku ingin memukul wajahnya, tapi-
-aku tetap mencintainya.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang tanpa bilang | kuroken [END]
Fanfiction"Sesusah itu Ken buat paham fisika?" Tanya kuroo. "Bacot Lo!" Sentak kenma. ❗ WARNING❗ • BxB • OOC • SEMUA KARAKTER MILIK FURIDATE HARUICHI • ALUR BERJALAN SECARA LAMBAT Rank #3 Kenma #12 kuroken #4 Lev #14 Yaku