Sejak percintaan itu, Vieria akhirnya kembali pulang bersama Aryan. Hubungan mereka kembali mesra seperti sebelumnya.
Hingga suatu hari...
Aryan sedang meeting di ruang kantor bersama 4 orang, ketika tiba-tiba Ravina masuk begitu saja disusul security di belakangnya. Semua orang terkejut.
"Maaf, pak. Dia memaksa masuk," ucap pria dengan seragam satpam berusaha menarik Ravina keluar ruangan, namun Ravina kukuh berdiri di tempat.
Aryan berdiri dari kursinya dan menatap marah pada Ravina, "apa-apaan kamu?"
"Bapak-ibu semua silakan keluar, meeting sudah selesai!," ucap Ravina tegas.
Empat orang itu pun segera berdiri mendengar kalimat Ravina yang meyakinkan.
"Kalian duduk!," perintah Aryan. "Meeting belum selesai."
Empat orang itu kembali duduk, namun Ravina membuka lebar pintu ruangan mempersilakan mereka semua keluar, "silakan bapak-ibu keluar, saya ingin bicara penting dengan bapak Aryan."
Kali ini empat orang itu berdiri lagi sambil memandang Aryan dan Ravina bergantian. Bingung harus mengikuti siapa.
Wajah Aryan sudah menahan marah dan memandang tajam ke Ravina, "kamu..."
Aryan memutuskan mengalah dan menyuruh semua orang keluar. Kini di ruangan hanya ada dirinya dan Ravina. Mereka saling melotot.
"Duduk!," perintah Aryan pada Ravina. "Apa maumu sekarang?"
"Baca ini!," ucap Ravina sambil menyodorkan dokumen.
Aryan membaca dokumen yang diberikan Ravina dan matanya terbelalak tak percaya. Ravina menuntut 50% saham PT. VNA.
"Kalau dipikir ulang, aku cukup membantu merintis perusahaan ini dari kecil hingga berkembang besar seperti sekarang. Jadi, aku berhak atas saham ini."
Itu memang benar, Aryan tidak menyangkalnya. Kontribusi Ravina memang cukup besar. Tapi meminta 50% saham? Apa tidak keterlaluan?
"Lagipula, anggap saja ini bayaran atas perlakuan semena-menamu padaku," ucap Ravina enteng sambil memandangi kuku-kukunya.
Aryan memandang tajam pada Ravina. Wanita ini sungguh licik dan berbahaya. Aryan terlalu meremehkannya rupanya.
"No, tuntutanmu tidak masuk akal!," ucap Aryan.
Ravina menyeringai, "apa kamu lupa saat-saat kita bahagia bersama, Aryan? Kita jalan bergandengan, berciuman. Aku masih menyimpan foto-foto dan pesan-pesan kebersamaan kita. Kurasa bisa jadi cerita yang menarik untuk diviralkan."
"Is that a threat?"
"Nope, threatening is too low for me. Aku menuntut keadilan. Sekarang pilih, aku akan memviralkannya dan kamu akan kehilangan seluruh saham atau 50% untukku. The decision is yours."
Aryan hendak menolak. Namun ia berpikir dari sisi lain, mungkin dengan begini Ravina tidak akan menganggunya lagi.
Aryan menghela nafas dan berkata, "fine, nanti biar diurus oleh pengacaraku."
Ravina tersenyum puas, "thank you for your cooperation, senang berbisnis dengan anda."
Aryan hanya diam saja. Ravina tahu Aryan sedang kesal, ia pun menyeringai dan menaruh dokumen di meja, "ini isi tentang peran-peranku nanti di perusahaan."
Setelah pamit, Ravina merasa sangat senang akan kembali bekerja dengan Aryan. Dengan begitu, ia masih punya harapan Aryan akan jatuh ke tangannya. Aku tidak akan menyerah, Aryan. Kamu milikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...