Godaan

159 1 0
                                    

Sesuai dugaan Aryan, Ravina kembali bekerja secara profesional seperti biasa. Itu membuatnya cukup lega.

Walau terkadang, Aryan suka mengamati Ravina secara diam-diam. Entah kenapa, ia merasa gaya berpakaian Ravina sekarang menjadi agak seksi.

Jujur saja, Aryan merindukan Ravina yang dulu, seorang wanita yang pintar, baik dan menyenangkan. Ia bisa bercerita apa saja dengan Ravina saat itu.

Ravina yang sekarang terlihat licik dan penuh tipu daya. Aryan merasa harus selalu waspada jika dekat-dekat dengan Ravina. Ia tidak akan meremehkannya seperti dulu lagi.

Ravina sendiri sadar Aryan diam-diam suka mengamatinya. Dia cukup senang. Revina memang sengaja berpakaian agak terbuka dan berencana mencuri hati Aryan sedikit demi sedikit.

Ravina pun berusaha bersikap biasa saja pada Aryan. Menunggu saat yang tepat untuk menyerang.

Setelah beberapa saat berlalu, Aryan tidak terlalu memusingkan soal Ravina lagi dan lebih memilih fokus di pekerjaannya. Lagipula Ravina juga bersikap biasa-biasa saja. Tanpa Aryan sadari, hal itu membuatnya lengah.

...

Hari sudah gelap, suasana kantor pun sudah mulai sepi. Aryan sedang konsentrasi membuat money report saat suara ponselnya berbunyi.

"Halo"

"Aryan, kenapa belum pulang?," suara merdu Vieria terdengar di ujung telefon. Aryan reflek melihat arlojinya. Astaga, sudah jam 21.00. Ia tidak sadar.

"Sorry, I'm too tied up. Aku pulang sekarang, ya."

"Okay, aku tungguin. I love you."

"I love you, too."

Aryan sudah memasukkan laptopnya ke tas bersiap-siap untuk pulang, ketika pintu ruangan diketuk dan Ravina masuk membawa sebotol champagne.

"Ravina, belum pulang?," tanya Aryan kaget.

"Aku baru kembali dari meeting dengan Atom Network and you know what?," tanya Ravina sambil menyeringai.

Aryan pun berbinar dan menebaknya, "a bid is successful?"

Ravina mengangguk, "yup"

"Wow, congratulations!"

"Omset kita akan meroket!"

"Ya, I know I can count on you," ucap Aryan.

Ravina mengangkat botol champagne yang ia bawa, "mau merayakannya?"

Aryan menimbang sesaat, Vieria sudah menunggunya di rumah, tapi hanya sebentar tidak apa kan? Lagipula suasana hatinya sedang senang karena kontrak itu.

"Oke," jawab Aryan.

"Good, kamu punya gelas disini?"

Aryan pun menunjuk ke laci lemari di samping Ravina. Sementara Ravina menyiapkan minum, Aryan mengirim pesan singkat ke Vieria.

Aryan
Vie, Ravina baru saja closing deal dengan Atom Network. Kita merayakannya kecil-kecilan dengan champagne sebentar. Mungkin aku agak telat.

Pesannya belum sempat terbaca, Ravina sudah menghampiri dirinya membawa dua gelas champagne.

"Untukmu," ucap Ravina tersenyum menyodorkan segelas champagne ke Aryan.

Aryan menyambutnya, "thank you." Mereka berdua pun saling bertos ria dan minum sedikit demi sedikit champagnenya.

"Jadi, bagaimana kamu bernego?," tanya Aryan.

Ravina duduk dan tersenyum menepuk-nepuk sofa menyuruh Aryan ikut duduk di sebelahnya. Aryan menurut saja tanpa berpikiran macam-macam.

Ravina pun menceritakan tentang sepak terjangnya melobi klien. Aryan mendengarnya dengan seksama.

Cerita Ravina menarik, tapi entah kenapa Aryan malah tertarik pada bibir merahnya yang bergerak-gerak, juga blouse yang dikenakan Ravina hingga sedikit memperlihatkan belahan dadanya, juga paha putih yang terlihat karena Ravina mengenakan rok span.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aryan dan VieriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang