Tubuh Aryan terasa panas, ia merasa sangat gerah. Ravina tersenyum ketika Aryan menurunkan suhu AC ruangan. Obat perangsang yang ia taruh di minuman Aryan tadi mulai bekerja.
Aryan sangat gelisah karena Ravina memperparah keadaan dengan mulai membuka bajunya. Oh, no. Not again, pikir Aryan, tapi ia tak kuasa menolak.
Sementara itu, Vieria di rumah langsung berfirasat buruk membaca pesan dari Aryan, terlebih pesan darinya belum dibaca-baca juga. Ia pun menggigit jarinya dan mondar-mandir dalam kamar.
Keadaan di kantor sekarang sudah cukup genting. Ravina sudah membuka seluruh pakaiannya, hanya menyisakan bra dan celana dalam.
Aryan berusaha memalingkan pandangan, namun Ravina malah mendekati, mendorong tubuh Aryan ke sofa dan naik ke atas pangkuannya.
Posisi ini membuat Aryan bisa melihat jelas payudara Ravina yang sudah dibuka seluruhnya oleh pemilik.
Fuck! Penis Aryan sudah berdiri tegak. Ravina tersenyum menang. "Kamu akan menjadi milikku malam ini, Aryan."
Setelah mengatakan itu, Ravina pun langsung menarik kerah kemeja Aryan dan melumat bibir pria itu dalam-dalam.
Aryan berusaha menolak, namun gairahnya tak terbendung karena tubuhnya terasa sangat panas. Ia pun membalas ciuman Ravina.
Kini mereka saling mengecap bibir dan lidah satu sama lain. Ravina memeluk erat tubuh Aryan, ia sangat merindukan kehangatan pria ini.
Mereka berhenti berciuman ketika mulai kehabisan nafas. Aryan kehilangan fokus dan terengah-engah, "apa yang... kamu taruh dalam minumanku?"
Ravina hanya menyeringai, ia membuka tali pinggang Aryan dan menurunkan celana panjang sekaligus boxernya. Hingga terlihatlah penis besar Aryan yang tegak berdiri. Finally, pikir Ravina. Tanpa ragu, ia langsung memasukkan benda itu ke mulutnya.
Oh, fuck! I'm screwed! Pikir Aryan.
Vieria sedang menyetir mobilnya menuju ke kantor suaminya sambil berusaha menghubungi ponsel Aryan karena pesannya tidak dibalas-balas. Come up, Aryan. Pick up, please. Namun tetap tidak diangkat. Vieria pun semakin mengebut.
"Oh, ooh..," desah Aryan karena penisnya dihisap habis-habisan oleh Ravina. Aryan merasa sebentar lagi akan orgasme. Matanya merem melek.
Tiba-tiba Ravina menghentikan kulumannya. Aryan membuka matanya hendak protes. Ia melihat Revina menyeringai puas sambil membuka celana dalamnya sendiri.
Kini Ravina sudah telanjang bulat di depan Aryan. Payudaranya, vaginanya. Shit, pikir Aryan. Tubuhnya sudah panas membara, ia langsung menarik Ravina ke atas pangkuannya, mengulum dan meremas payudara montok Ravina.
"Oh, oh, oh...terus," desah Ravina saat Aryan menjilati dan mengemut puting payudaranya. Tangannya menjambak rambut Aryan.
Sementara Vieria mengebut dengan pikiran hati yang kacau. Ia juga mencoba menghubungi ponsel Ravina dan tidak diangkat juga. Membuatnya berpikir bukan-bukan.
Vagina Ravina sudah sangat basah, namun ia tetap meringis kesakitan saat penis besar Aryan mencoba memasukinya. Tapi Ravina tidak kehilangan akal. Ia sudah menyiapkan pelumas yang ia ambil dari tas.
Ravina mengolesi penis Aryan dengan cairan pelumas itu, "now, you are ready."
Aryan yang sudah tidak ada logika karena pengaruh nafsu dan obat perangsang langsung berusaha memasukkan penisnya lagi ke vagina Ravina.
Bles! Kali ini lancar dan berhasil dengan sekali tusukan.
"Aaaaaah!," teriak Ravina karena ini baru pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...