Ravina pun reflek mengeluarkan air mata karena sakit. Tapi rasa sakitnya sebanding dengan bahagia, karena yang mengambil keperawanannya adalah pria yang ia cintai.
Aryan dengan tidak sabar langsung menggenjot Ravina dengan brutal. Ia ingin segera menuntaskan ini.
"Oh, Aryan, tunggu, ah,...biar aku... terbiasa dulu.. ah," pinta Ravina karena merasa ngilu. Sayangnya, tidak digubris Aryan. Ia terus saja menggerakkan penisnya maju mundur di lubang sempit Ravina.
Ravina menangis karena merasa sakit dan tersiksa, ia jadi agak menyesal membiarkan Aryan memasukinya. "Ah, Aryan brengsek!"
Vieria yang sedang mengebut sambil memainkan ponselnya dikagetkan dengan kucing lewat. "Aaaaah!!!"
Vieria langsung membanting setir ke samping dan menabrak pagar pembatas dengan keras hingga membuat mobilnya terguling. "Aaaaaaah!!!"
Vieria merasa kepalanya pusing dan nyeri di perutnya, ia melihat ke arah perutnya yang berdarah. Vieria panik dan pandangannya kabur. Sebelum pingsan ia memanggil nama Aryan.
"Oh, oh, oh, teruus," desah Ravina akhirnya mulai merasa kenikmatan duniawi paling nikmat. Ia berada di atas tubuh Aryan, namun Aryan yang terus menggenjotnya dari bawah. Pinggulnya ditahan oleh Aryan.
Ravina mendesah-desah di atas pangkuan Aryan dengan kedua payudaranya yang ikut terpantul, menjadi pemandangan yang sangat erotis untuk Aryan.
Ravina dengan penuh nafsu merobek kemeja Aryan hingga seluruh kancingnya terlepas. Terlihatlah dada bidang Aryan dengan perut sixpacknya. Seksi sekali, pikir Ravina. Ia pun menciumi dada dan perut Aryan.
Tindakan Ravina itu membuat Aryan menaikturunkan penisnya semakin cepat keluar masuk vagina Ravina.
"Oh, oh, Aryan...," Ravina memandangnya dengan sayu. "Please... call...my name..."
"Ravina," ucap Aryan terengah-engah, terdengar sangat seksi di telinga Ravina. Ravina pun hampir mencapai klimaks.
"Ooooh, aku keluaar," teriak Ravina. Ia mendongak dan memejamkan mata menikmati orgasme pertamanya.
Tak berapa lama, Aryan menyusul klimaks. Spermanya mengalir deras ke dalam vagina Ravina hingga menetes mengalir lewat paha.
"Semoga aku segera hamil anakmu," ucap Ravina tersenyum.
Kalimat Ravina itu menyadarkan Aryan, ia segera mendorong Ravina dan bangkit. Ia menaikkan celananya dan mengamati sekeliling. Berserakan pakaian-pakaian, sebotol dan dua gelas champagne sebagai saksi bisu perbuatan mereka.
Fuck, fuck, fuck! Pikir Aryan masih agak pusing dan panas, namun kini akal sehatnya sudah mulai kembali. "What the hell did you put on my drink?"
Tidak menunggu jawaban Ravina, Aryan memungut pakaian Ravina dan menutupi tubuh wanita itu, "pakai bajumu!"
Aryan melihat ke arah tas Ravina dan tak sengaja menemukan obat perangsang itu. "How could you?," tanya Aryan melotot.
Ravina tertawa, "sudahlah, Aryan. Aku tahu kamu menikmatinya juga. We are so fit together."
Aryan terdiam sesaat sebelum berkata, "kamu sakit mental, Rav." Kemudian terdengar telefon ruangannya berbunyi."
"Halo"
"Dengan bapak Aryan Ibrahim?"
"Benar, siapa ini?"
"Kami dari polisi ingin mengabarkan jika istri bapak yang bernama Vieria Azzura mengalami kecelakaan. Saat ini istri bapak berada di UGD rumah sakit Merah Putih."
"Apa?? Baik, saya segera kesana!," ucap Aryan segera pergi, meninggalkan Ravina yang kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...