Aryan menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan bersalah, apalagi melihat pesan-pesan dari Vieria dan beberapa panggilan yang tak terjawab olehnya.
Dasar bodoh, bodoh! Maki Aryan pada dirinya sendiri.
"Aryan, dimana Vieria?," tanya ibunya yang menyusul datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar dari Aryan.
"Mama?"
Melihat ibunya sendiri, tangis Aryan yang ditahannya sejak tadi langsung menetes.
"Oh, Aryan," ucap ibunya langsung memeluk anaknya. "Kamu tenang ya, nak."
Aryan pun menangis tersedu-sedu di bahu ibunya. Ibunya menepuk-nepuk punggung Aryan. "Sekarang harus kuat, nak. Ntar aja baru nangis lagi," ucap ibunya berusaha menghibur Aryan.
Aryan pun menghapus air matanya. Ibunya benar, ia harus kuat demi Vieria.
Pintu ruang operasi terbuka. Aryan dan ibunya langsung mendekati dokter. "Gimana keadaan istri saya, dok?"
"Istri bapak mengalami sedikit gegar otak dan luka robek cukup serius di bagian perut. Tadi kondisinya sempat kritis karena kehilangan banyak darah. Syukurlah, operasi berjalan sukses. Dia akan dipindahkan ke ruang ICU hingga kondisinya benar-benar stabil. Dia akan sembuh, tapi..."
"Tapi apa, dok?," tanya Aryan.
"Sepertinya di masa depan istri bapak akan sulit untuk bisa hamil akibat luka ini, lukanya mengenai saraf rahimnya yang cukup fatal. Jika ingin punya keturunan, maka akan butuh waktu cukup lama untuk pemulihan," jawab dokter menepuk bahu Aryan sebelum pergi.
"Yang penting Vieria baik-baik saja, nak," ucap ibunya memeluk dan menghibur Aryan. Aryan pun mengangguk, ia sendiri tidak terlalu mempermasalahkan soal hamil dan punya anak. Vierianya lah yang paling penting.
Namun, Aryan berpikir berita ini pasti berat untuk Vieria. Ia yang paling tahu bagaimana keinginan Vieria untuk hamil setiap bulan.
...
Sudah lima hari ini Aryan bekerja di kamar rumah sakit sambil menunggu Vieria sadar. Ibunya, kedua mertuanya dan Velcro sudah menawari untuk bergantian jaga, namun Aryan menolak dan ingin menjaga Vieria sendiri.
Aryan sedang fokus ke laptopnya ketika ibunya berkata, "Aryan, Vieria sadar!"
Aryan kaget dan langsung melihat ke arah istrinya, mata Vieria terbuka. "Oh, thank God. Vieria!"
Aryan langsung inisiatif memanggil dokter.
"Bagus kondisinya, sesuai perkiraan. Jantung dan tekanan darah juga normal. Mungkin besok sudah bisa rawat jalan," ucap dokter setelah memeriksa Vieria.
Aryan dan ibunya senang. Aryan langsung mendekati Vieria, "kamu nggak apa-apa, Vie? How'd you feel?"
Vieria tersenyum melihat Aryan, "I feel recharged." Aryan pun tertawa. Syukurlah, Vierianya sudah bisa bergurau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...