Vieria sudah menjalani rawat jalan di rumah, Aryan sangat khawatir pada kondisi fisik dan psikis Vieria.
Setelah mendengar penjelasan dokter akibat dari kecelakaan tersebut, Vieria yang sebelumnya ceria, langsung menangis.
Aryan dan ibunya sudah berusaha menghiburnya sebisa mungkin. Namun, Vieria tetap sedih dan kehilangan semangat.
Sementara di kantor, baik Aryan maupun Ravina tidak ada yang mengungkit-ungkit soal malam panas itu.
Ravina sudah tahu perihal kecelakaan Vieria. Semakin hari ia merasa prihatin melihat Aryan yang terlihat kacau.
"Aryan, kalau ada masalah cerita padaku, jangan dipendam sendiri," ucap Ravina berkali-kali setiap melihat Aryan muram.
Namun Aryan tetap irit bicara seperti biasa, membuat Ravina menghela nafas. Kadang Aryan bisa menjadi sangat dingin.
"Soal kita malam itu... jangan khawatir, aku tidak akan beritahu siapapun, terutama Vieria," ucap Ravina menghibur.
Setidaknya untuk sekarang, Ravina masih punya rasa simpati karena Vieria sedang pemulihan setelah kecelakaan.
Merasa Aryan tidak ingin diganggu, Ravina segera keluar dari ruangannya.
"Rav," panggil Aryan akhirnya. Ravina pun menoleh dan sungguh kaget ketika Aryan langsung memeluknya dan menangis.
Bukannya senang, Ravina malah bingung. Ia balas memeluk Aryan, membiarkan pria di depannya ini menangis di bahunya sampai selesai.
Akhirnya Aryan pun mulai tenang dan melepas pelukannya, "sorry."
"It's okay, Aryan. Aku siap jadi pendengar jika kamu mau cerita," ucap Ravina. Aryan pun mengangguk.
Kini Ravina kembali dalam mode sahabat baiknya seperti dulu, jujur saja Aryan sangat membutuhkannya saat ini.
"Vieria sakit, Rav. Menurut dokter ke depannya dia akan sulit hamil dan punya keturunan," ucap Aryan.
Ravina cukup kaget mendengarnya, tidak menyangka masalahnya cukup berat. Pantas Aryan muram beberapa hari ini.
"Aku tidak pernah keberatan Vieria bisa hamil atau tidak. Buatku Vieria yang terpenting, aku mau menua bersamanya. But why won't she listen to me?"
Kalimat Aryan membuat hati Ravina sakit. Sudah jelas, Ravina tidak akan bisa masuk di antara Aryan dan Vieria sampai kapanpun. Aryan begitu mencintai Vieria, baru sekarang Ravina sadar.
"Dia masih syok karena kabar itu, Ar. Beri dia waktu."
"Aku tahu, terima kasih sudah mendengarkanku," ucap Aryan merasa sedikit lega setelah cerita.
"Kenapa nggak coba bawa Vieria travelling? Jadi dia nggak terlalu stress."
Mata Aryan berbinar, "itu ide yang bagus, sih!"
"Glad I can help," ucap Ravina tersenyum, dalam hati perih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...