Setelah peristiwa Silencia sakit secara misterius dan informasi dari seorang informan Thorne bahwa penyebab itu adalah kebangkitan sihir Silencia yang membuatnya pingsan, Ares merasa semakin tidak tenang. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dari dirinya dan mungkin dari keluarga Silencia.
"Jadi seberapa kuat sihirnya itu? Sehingga menyebabkan Silencia tak sadarkan diri?" tanya Ares pada Thorne yang berdiri di depannya. Ares duduk di balik meja yang penuh dengan tumpukan kertas dokumen.
"Saya masih belum mengetahui karena sistem keamanan Duke Amarilys sangat ketat. Saya tidak bisa menyusupkan orang ke sana, Yang Mulia." Thorne merunduk memberi laporan.
"Tetap awasi manornya dan terus berusaha memasukkan seseorang ke sana. Aku tidak bisa menyingkirkan fakta jika kepala menara sihir terlibat." Ares gelisah. Entah ini perasaan penasaran atau rindu atau keduanya. Ia harus segera bertemu Silencia.
Thorne mengangguk dan meninggalkan ruang kerja Ares. Ares menatap ke jendela dan menghembuskan nafas panjang.
Ia lalu berdiri dan mengambil botol minuman keras yang terpajang di meja. Menuangkan isinya ke dalam sebuah gelas dan membawanya ke balkon.
Udara malam begitu dingin. Ares minum dalam satu tegukan dan menuang lagi hingga gelasnya penuh.
Hatinya merindukan Silencia dengan sangat dan ia merasa ingin melihat wajah Silencia lagi, mendengar suaranya dan merasakan sentuhan tangannya. Ares merasa sangat hampa tanpa kehadiran Silencia. Ia merasakan tanda-tanda kecemasan dan kekhawatiran.
Dalam pikirannya, Ares merenungkan semua momen yang ia habiskan bersama Silencia, betapa imutnya wajah Silencia ketika ia menggodanya. Betapa lembut suara Silencia ketika berbicara dengan nya.
Bayangan Silencia hadir padanya malam itu. Silencia seakan berdiri di depannya, mempesona dalam gaun putihnya yang elegan, rambut panjangnya dibiarkan menurun terurai dan mata birunya yang indah berkilauan dalam cahaya lembut. Ares segera melepaskan lirikan yang mempesona dari Silencia, mencengkeram tangannya dan mendorong bahunya lalu mengecup pipi dan bibir Silencia dengan mesra.
"Aku merindukanmu," bisiknya dengan nada yang dalam.
Silencia tersenyum pada Ares dan merangkulnya dengan erat di dekat dadanya. "Aku merindukanmu juga, Ares. Kita tidak pernah benar-benar jauh dari satu sama lain di hati kita."
...Ares terbangun di kamarnya terbaring dengan baju terbuka dan celana yang setengah basah. Mendapati dirinya dalam keadaan tersebut, Ares menyisir rambut hitamnya ke belakang, " Hahhh.. Aku benar-benar sudah gila!" Ia mendengus kesal pada dirinya sendiri.
Ares menarik tali untuk memanggil Thorne, lalu berdiri dan menabrak sejumlah botol minuman keras yang kosong di lantai. Langkahnya gontai, ia membuka tirai kamar dan cahaya matahari begitu menusuk matanya.
Thorne datang dengan tergesa diiringi beberapa pelayan yang membawa bak cuci muka dan pakaian.
"Selamat pagi , Yang Mulia," ucap Thorne sambil membungkuk. Thorne terkejut melihat kondisi Ares. "Astaga, Yang Mulia... Kalian semua, letakkan pakaian Yang Mulia di sini dan keluarlah," ujarnya memerintahkan pelayan lain keluar. Dan dengan cepat mengganti baju Ares.
"Aku tidak mengerti apa yang kurasakan, tapi aku rasa, aku merindukannya," tukas Ares. Ia kebingungan dalam menyampaikan perasaannya karena ia tidak terbiasa dengan ini.
"Kalau begitu apa yang akan Yang Mulia lakukan?"
"Aku akan ke kediaman Amarilys hari ini!" Ares tidak dapat menunggu hingga tujuh hari. Ia harus bertemu Silencia dengan apapun caranya. Ia tidak dapat menanggung satu hari lagi tanpa Silencia.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Adopted Daughter (REVISI)
RomanceSuatu hari Hasegawa Aya, seorang wanita berusia 30 tahun mengalami kecelakaan sepulang kerja, dan ketika bangun, ia mendapati dirinya berada di dalam sebuah novel online yang terakhir dibacanya sebelum tewas. Berawal dari rasa simpatinya semasa hidu...