Aryan memutuskan mengajak Vieria menaiki kapal pesiar. Hal yang diinginkan Vieria sejak dulu. Tentu saja Vieria tidak menolak.
"For real?... Tapi kerjaan kamu?," tanya Vieria tidak enak karena Aryan harus meninggalkan pekerjaannya.
"Biarin aja."
"Beneran?"
"Iya," ucap Aryan, lagipula sudah ada Ravina. She knows what to do, Aryan juga berpesan kalau ada apa-apa ia bisa dihubungi kapanpun.
"Well, okay then," ucap Vieria tersenyum akhirnya. Aryan senang bisa melihat senyum istrinya lagi.
...
Sepanjang perjalanan, Aryan memperlakukan Vieria seperti ratu. Menyuruhnya naik kursi roda agar tidak kelelahan, memastikan makan dan minum obat teratur, selalu menyiapkan segala keinginan dan kebutuhan Vieria.
Bahkan sepertinya banyak wanita berlalu lalang yang memandang iri padanya, diurusi pria tampan seperti Aryan.
Hal itu membuat Vieria terharu, sekaligus bersalah. Banyak hal yang berkecamuk di pikirannya.
Kini mereka sedang menunggu panggilan untuk menaiki kapal pesiar. Vieria yang bosan memandangi Aryan di samping, sedang memainkan ponsel. Vieria mengintip apa yang dilihat Aryan.
"Are you working?," tanya Vieria. Aryan yang tertangkap basah jadi tidak enak.
"Sorry, Vie. Ada yang urgent. Cuma sebentar, kok. Kamu butuh sesuatu?," tanya Aryan.
Tuh kan, sudah sibuk mengurusi Vieria sepanjang jalan, juga pekerjaan. Bahkan Aryan masih bersikap lembut padanya. Apa tidak lelah? Pikir Vieria.
Vieria menggeleng, "kamu yakin jalan-jalan ini ide yang bagus?"
Aryan memandanginya, "iya dong, ini kan bulan madu kita. Kita belum sempat honeymoon, lho."
Memang mereka belum pernah berbulan madu, setelah nikah mereka langsung kembali pada pekerjaannya masing-masing.
Vieria tersenyum dan menyender di bahu Aryan, "udah 6 tahun berlalu. Where the time goes?"
Aryan tidak berkata apapun, ia hanya menarik tangan Vieria dan menciumnya. Gesture yang cukup membuat Vieria tahu kalau Aryan mencintainya.
...
"Wah, kamar kita baguus!," ucap Vieria antusias begitu memasuki kamar mereka di dalam kapal. Vieria juga langsung menuju balkon dengan pemandangan ke laut.
Aryan yang melihat Vieria gembira juga ikut senang. Setelah menaruh barang-barang mereka, Aryan pun menyusul Vieria ke balkon dan memeluknya dari belakang.
"Kamu suka?," bisik Aryan di telinga Vieria.
"Iyaa, I love it."
Pelukan Aryan semakin erat, ia mulai menciumi leher Vieria, membuatnya mendesah. "Ng..ah, Aryan..ah."
"Aryan, lepas," ucap Vieria. "Aku nggak bisa, masih sakit."
Kalimat Vieria membuat Aryan mengendurkan pelukannya. Ia baru ingat Vieria habis operasi dan membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk sembuh.
"Sorry, are you okay?," tanya Aryan merasa bersalah.
Vieria mengangguk, "I'm fine, tapi aku agak ngantuk... aaah."
Aryan langsung menggendongnya ke kasur, "well... kamu harus istirahat, tuan putri."
Vieria tertawa, "kamu gimana?"
"Aku belum ngantuk, tidurlah," ucap Aryan mencium kening Vieria.
Vieria pun tersenyum dan memejamkan matanya ingin menangis. Tuhan, biarkan aku menikmati momen indah ini bersama Aryan. Selama dia masih menjadi milikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...