Malamnya.
"Ah, ah, ah, ah," terdengar desah wanita di kamar sebelah. "Oh, oooh," desah prianya.
Vieria dan Aryan hanya bisa terdiam kaku mendengar mereka. Tadinya Vieria berniat menghubungi kru kapal untuk laporan gangguan, namun dicegah Aryan. "Jangan cari masalah, Vie. Let them be."
Jujur saja, Aryan juga sedikit terangsang. Namun ia tidak tega pada Vieria yang sedang sakit. Untungnya hasrat bercintanya dapat dikontrol. Jika tidak, mungkin saja Vieria berteriak lebih kencang daripada wanita di sebelah.
"Gimana kalau kita nonton film saja?," tanya Aryan berusaha mengisi kegiatan mereka dengan hal yang lebih positif.
Vieria memandangi punggung Aryan yang sedang mengutak-ngatik saluran tv.
"Aryan."
"Hmm?"
"Boleh aku tanya sesuatu?"
"Ya?"
"Malam saat aku kecelakaan, kamu dan Ravina ngapain aja di kantor?"
Aryan terdiam sesaat, kemudian memutar tubuhnya menghadap ke Vieria.
"Sudah kukatakan aku hanya minum champagne dengannya. Panggilanmu tidak terdengar karena ponselku dalam mode silent. Kenapa tiba-tiba tanya lagi?"
"Nggak, soalnya... kalian berdua kan pernah berhubungan di belakangku. I'm just feel insecure about you and her spend time together again."
Aryan mendekati Vieria dan mengangkat dagu Vieria agar bisa menatapnya, "listen, Vie. Tidak terjadi apa-apa antara aku dan Ravina, oke."
Vieria masih diam, membuat pikiran Aryan kalut dan berkelana kemana-mana.
Shit! Apa Ravina mengatakan macam-macam lagi pada Vieria? Aryan sedang berusaha membuat berbagai alasan dalam otak agar Vieria tidak pergi darinya untuk kedua kali.
"Sebenarnya... jika kamu masih ingin dengannya, aku tidak keberatan," ucap Vieria mendahului Aryan.
"Sorry, gimana?," tanya Aryan bingung. Apa Vieria sudah tahu dan sedang menyindirnya?
"Well... you know, dia masih sehat dan bisa memberimu anak. Kita bisa cerai, lalu kalian bisa menikah dan berkeluarga. Aku tidak akan menghalangi kalian."
Aryan memandang Vieria tak percaya.
"Atau kamu dan dia berhubungan seks untuk punya anak, kemudian anaknya kita adopsi. Setidaknya walau bukan darah dagingku, anaknya masih darah dagingmu. Tapi aku tidak tahu Ravina mau nggak, mungkin jika kita...," lanjut Vieria.
"Vieria!," teriak Aryan menghentikan racauan Vieria yang tidak jelas. Ia merasa marah pada istrinya.
Vieria terdiam mendengar bentakan Aryan. Takut teriakan Aryan mengalahkan desahan di kamar sebelah.
Aryan ingin menghibur Vieria tapi rasanya percuma saja, ucapan Aryan tidak didengarnya dari kemarin. Aryan hanya kecewa dalam diam dan pergi keluar kamar, meninggalkan Vieria yang mulai menangis.
...
Aryan baru kembali ke kamar tengah malam dan Vieria pura-pura tidur, ia sedang tidak ingin bicara dengan Aryan.
Vieria menyadari Aryan menaiki tempat tidur di sampingnya, membelai kepalanya dan berbisik "maafkan aku, Vie." Sebelum Aryan menyusulnya untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...