Ravina Hamil

129 2 0
                                    

Sepulangnya Vieria dari liburan, Vieria mulai bisa menerima keadaan dirinya dan kembali ceria. Walau kadang ketika melihat anak kecil, Vieria masih sedikit merasa sedih.

Velcro sudah mengetahui perihal kondisi saudara kembarnya dan ia pun prihatin.

Bersama dengan kedua orang tuanya, Velcro membelikan Vieria seekor anjing pomeranian di hari ulang tahun mereka.

"Wuah... it's a pom puppy!," teriak Vieria antusias seperti anak kecil ketika menerimanya. "Thank you so much, Velcro, mama dan papa!"

Aryan yang melihat Vieria kegirangan jadi ikut senang sekaligus cemburu, kenapa ia tidak kepikiran memberi Vieria seekor anjing ya?

"Nice idea, bro!," ucap Aryan pada iparnya.

"Thanks, pastikan dia mengurusnya dengan benar atau kuambil lagi," bisik Velcro.

"Aku dengar ya!," ucap Vieria. Membuat semua orang yang hadir di pesta ultah tersebut tertawa.

...

Sejak Aryan kembali dari liburan tiga bulan yang lalu, hubungan Aryan dan Ravina kembali biasa saja seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Kebanyakan mereka hanya diskusi soal pekerjaan.

Hingga suatu hari, Ravina mengajukan pengunduran diri untuk kedua kalinya, membuat Aryan terkejut.

"Aku juga ingin menjual sahamku," ucap Ravina

"Apa? Why so sudden?"

"Semua itu tidak terlalu berguna untukku."

"What does it mean?"

Ravina menghela nafas, "how is Vieria? I feel bad for her. Dia membutuhkanmu lebih daripadaku."

Aryan terdiam, mulai tahu arah pembicaraan ini dan merasa tidak nyaman.

Mata Ravina sendiri mulai memerah, "you know, Aryan. Aku ingin memberitahumu sesuatu... aku telah hamil."

"A..apa?," tanya Aryan syok.

Ravina tersenyum sinis, dari reaksi Aryan sudah terlihat artinya. Tidak ada rasa bahagia sedikitpun.

"Calm... sudah kuaborsi."

Kali ini Aryan melotot tak percaya. Dari sorot matanya menuntut penjelasan pada Ravina.

"Sebulan setelah kita berhubungan, aku telat datang bulan. Ketika aku test pack, hasilnya positif. Aku sangat bahagia hamil anakmu, Aryan, anak kita berdua...."

Ravina berhenti sejenak karena menangis. Aryan bersimpati dan reflek memberinya tisu.

"Aku melihat kemenangan di depan mata dimana kamu akan meninggalkan Vieria untuk hidup bersamaku dan anak kita. Tapi takdir berkata lain, janinku tidak berkembang. Tiga dokter yang kutanya menyarankan agar aku segera dikuret. Hilanglah semua harapanku."

Ravina berhenti sejenak, sebelum melanjutkan, "saat itu, aku baru mengerti perasaan Vieria dan wanita-wanita lain. Mungkin Tuhan menyadarkanku dengan cara ini."

Mata Aryan juga agak memerah, membayangkan janin yang merupakan anaknya tidak berhasil hidup, juga kondisi fisik dan mental Ravina.

"Maafkan aku," ucap Aryan.

"Maafkan aku," ucap Aryan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aryan dan VieriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang