"Ini semua salahmu, gara-gara kamu aku kecelakaan. Seandainya kamu jujur memberitahuku sebenarnya malam itu mungkin aku tidak perlu menyusul dan mengalami ini semua!," ucap Vieria sambil memukul-mukul dada bidang Aryan.
Boro-boro kasih tahu, Vie. Ravina tidak memberinya ruang jeda saat itu. Tapi Vieria tidak perlu tahu detailnya, pikir Aryan.
"Yes, my fault," ucap Aryan menerima segala kesalahan.
"Lalu pakai acara berbohong segala, kenapa tidak berterus terang padaku?," tanya Vieria lagi.
Karena aku takut kehilanganmu, pikir Aryan. Aryan menangkap tangan Vieria yang memukul-mukul dadanya. Vieria memandangnya tajam dengan mata sembap.
"Hmm..mmm..mmm," Vieria tidak menyangka Aryan langsung menciumnya.
Vieria berusaha mendorongnya, tapi tenaga Aryan jauh lebih kuat. Aryan mencium dengan dalam, mengobrak-abrik mulut Vieria. "Mmmph..mmph."
Aryan bisa merasakan air mata dan tenaga Vieria yang semakin lama semakin melemah, sudah tidak sanggup melakukan perlawanan lagi. Maaf, Vie. Harus memakai cara ini untuk menahanmu, pikir Aryan.
Aryan akhirnya melepaskan ciuman mereka. Mata Vieria terlihat sayu dan bibirnya bengkak. Terlihat sangat menggoda di mata Aryan.
Aryan lanjut membuka kancing blouse Vieria hingga terlihat payudaranya yang putih mulus masih tertutup bra. Mata Aryan sudah menggelap.
Kriiing! Suara telefon ruangan berbunyi, mengejutkan mereka berdua.
Shit! Umpat Aryan dalam hati dan segera mengangkat panggilan telefon itu.
"Halo," ucap Aryan merasa terganggu. "Ya, saya izinkan."
Tidak tahu apa yang Aryan bicarakan, tapi Vieria langsung mengancingkan blousenya dan pamit pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...