Ah, sial. Kalimat posesif Aryan malah menambah gairah Vieria. Vaginanya sudah sangat basah dan berkedut-kedut ingin dimasuki.
"Ah, ah, ber..hen..ti, please..."
Tidak digubris Aryan, Vieria sudah ingin meledak, "Aryan, berhenti!"
Aryan berhenti mendengar teriakan Vieria, ia pun mendongak melihat Vieria yang basah kuyup terengah-engah.
"Masukkin aja," ucap Vieria.
"Apa?"
"Masukkin aja!"
Aryan mengamati Vieria sejenak, mempertimbangkan masak-masak. Ia takut menyakiti istrinya ini.
Aryan pun akhirnya berkata, "beritahu aku jika kamu merasa sakit."
Aryan menggendong Vieria dan menyenderkannya ke dinding untuk menyeimbangkan tinggi mereka karena Aryan lebih tinggi.
Posisi ini juga memudahkan penis Aryan memasuki vagina Vieria yang sudah basah.
"Aaaah," desah Vieria ketika penis Aryan masuk seluruhnya, terasa hangat.
Aryan mendiamkannya sejenak agar Vieria terbiasa, lalu kemudian bergerak pelan-pelan, semakin lama semakin cepat. Penis Aryan keluar masuk menusuk titik rangsang Vieria.
"Oh, oh, oh," desah Vieria di setiap hujaman, matanya terpejam menikmati, kedua tangannya berpegangan pada lengan Aryan.
"Oooooh, aku keluar," teriak Vieria tak berapa lama. Vieria merasa kedua kakinya lemas, kedua tangannya lunglai.
Aryan menahan tubuh Vieria agar tidak jatuh.
"Enak?," bisik Aryan.
"Ya.. enak banget."
Kini Aryan menuntun kedua tangan Vieria agar mengalung di lehernya. Kaki Vieria tetap ditahan Aryan dalam posisi mengalung di pinggang.
Aryan memperdalam penisnya hingga Vieria merangkul erat leher Aryan. "Aah."
"Ah, ah, ah," desah Vieria ketika Aryan mulai bergerak mengeluarmasukkan penisnya.
Semakin lama semakin cepat hingga payudara Vieria ikut bergerak menggesek-gesek dada Aryan.
"Oh, oh, oh," Vieria merasa sangat nikmat, hingga tanpa sadar dia mencakar punggung Aryan.
Aryan sempat kesakitan, namun ia kembali fokus bergoyang untuk mencapai kenikmatan bersama Vieria.
"Oh, oh, oh... Aryan... keluar... lagii...," desah Vieria mendongakkan tubuhnya secara reflek.
"Ooh," desah Aryan juga mencapai orgasmenya.
Vieria masih berpengangan erat pada Aryan, jika tidak sepertinya ia akan pingsan.
"Are you okay?," bisik Aryan. Vieria mengangguk.
"Can't feel my leg. Tolong dudukkan aku di closet sebentar," pinta Vieria.
Aryan dengan sigap mematikan pancuran air, mengambil handuk untuk menutupi tubuh Vieria dan menggendongnya ke kasur.
Aryan mengeringkan tubuh Vieria dan merebahkannya dengan lembut. Vieria terlihat lelah.
"Are you sure you okay?," tanya Aryan khawatir melihat luka bekas operasi di perut Vieria.
Vieria tidak sanggup menjawab lagi, rasanya nikmat sekali berbaring di kasur yang lembut. Vieria sudah hampir ke alam mimpi. Hal terakhir yang ia ingat adalah Aryan sedang memakaikannya baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...