Tetap Bersama 🔞

376 1 0
                                    

Vieria kesal setengah mati, tapi entah kenapa perpaduan antara mental yang tersiksa dan nikmat fisik ini membuatnya semakin bergairah.

"Iya, aku cemburu pada Ravina! Aku benci jika membayangkan dia pernah menikmati tubuhmu!," teriak Vieria marah.

Aryan tersenyum puas, ia kini melepas tangannya di payudara dan klitoris Vieria, fokus memuaskan Vieria dengan penisnya. Gerakannya semakin brutal, membuat Vieria menjerit tak karuan.

Hujaman demi hujamam diiringi suara penyatuan penis dan vagina mereka yang sudah sama-sama basah.

"Ooh, ooh, ooh, aku.. keluaar," desah Vieria.

Aryan berhenti sejenak membiarkan Vieria menikmati orgasmenya, kemudian ia segera membalikkan tubuh Vieria.

"Ah," desah Vieria. Ia sudah pasrah dan lelah.

"Tapi cuma kamu yang kuberi kenikmatan seperti ini, Vieria, karena kamu satu-satunya wanita yang kucintai," ucap Aryan menciumi punggung mulus Vieria, yang juga merupakan titik rangsang wanita itu.

"Hmm, ah, ah, ah," Vieria mulai mengerti apa maksud Aryan.

Aryan tersenyum merasakan vagina Vieria mulai menjepit penisnya lagi. Ia pun langsung bergerak maju mundur dalam posisi Vieria menungging. Hujaman demi hujaman membius Vieria hingga langit ketujuh.

"Oh, oh, oh... aku sampaii, sayaang, aah" desah Vieria mencapai orgasme ketiganya pagi ini, disusul dengan Aryan, "ooh."

Padahal semalam baru main, sperma Aryan masih banyak rupanya. Vagina Vieria tidak cukup menampung hingga mengalir ke paha.

Sekarang mereka sama-sama terbaring lelah, terutama Aryan.

"Kamu gila! Untung hari ini Sabtu. Mama mungkin bingung kenapa kita belum keluar kamar juga," ucap Vieria.

"Biarin aja, kayaknya mama juga tahu dari suara-suara kamu."

"Hah? Really?," tanya Vieria kaget, malu kali kalau sampai kedengaran.

Aryan tertawa, "nggak, kok. Cuma bercanda. Kamar kita kan kedap suara."

Vieria diam antara percaya dan ragu.

...

Untuk membuktikan, siang itu Aryan bertanya pada ibunya apa mendengar suara-suara aneh dari kamar mereka, membuat Vieria menginjak kaki Aryan di bawah meja.

"Nggak, kok," jawab ibu mertuanya terkekeh. Dia paham maksud Aryan.

Jawaban ibu mertuanya membuat Vieria lega, tapi lagi-lagi Aryan membuat ulah.

"Tuh, nggak kedengaran kok, Vie," ucap Aryan padanya.

"Aryan!," tegur Vieria sambil melotot tak percaya. Satu detik, dua detik, tiga detik. Vieria akhirnya melakukan adegan kekerasan pada suaminya. Mencubit dada Aryan dengan keras. Masa bodo walau ada ibu mertuanya.

"Aaaakh!," teriak Aryan.

"Sakit? Mau lagi?"

Aryan langsung lari kabur dikejar Vieria, meninggalkan tante Natasha yang tertawa terbahak-bahak, juga anjing pomeranian mereka yang ikut mengonggong meramaikan suasana.

Aryan langsung lari kabur dikejar Vieria, meninggalkan tante Natasha yang tertawa terbahak-bahak, juga anjing pomeranian mereka yang ikut mengonggong meramaikan suasana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aryan dan VieriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang