Setahun kemudian
Tante Natasha mengamati menantunya di rumah yang sedang asyik memakan rujak.
"Nggak bosan makan rujak terus?," tanya tante Natasha.
"Nggak, ma. Ini soalnya rujaknya enak banget! Bikin nagih! Mama mau lagi?"
Tante Natasha menggeleng menolak.
"Kalau gitu aku habisin, ya."
Tante Natasha berpikir perasaan biasa saja rasa rujaknya. Cenderung asem malah, tapi menantunya ini bisa doyan banget? Tante Natasha pun overthinking.
"Vie, kamu hamil kayaknya."
Vieria yang sedang mengunyah mangga pun tersedak dan buru-buru minum.
"Kamu nggak apa-apa?"
"Nggak apa, lagian mama aneh-aneh saja. Nggak mungkinlah, kan aku sudah divonis dokter akan sulit hamil," jawab Vieria sambil tertawa.
Sebenarnya dalam hati Vieria merasa perih, 6 bulan pertama sejak ia dan Aryan berhubungan lagi, Vieria masih berharap ucapan dokternya salah. Setiap bulan ia selalu berharap pada hasil test pack, namun hasilnya selalu mengecewakan. Hingga Vieria sekarang sudah tidak terlalu peduli akan hal itu.
"Vieria jangan bicara begitu. Mikirnya yang positif, donk."
"Iya, ma. Tapi kan memang nggak mungkin. Kata dokter butuh waktu lama jika aku ingin hamil," ucap Vieria menjelaskan dengan sopan.
"Ya, sudah. Tapi mama merasa kamu hamil, sih. Karena mama perhatikan akhir-akhir ini kamu suka makan rujak, mama dulu juga gitu soalnya."
Vieria menarik nafas dalam-dalam, berpikir masa cuma gara-gara suka makan rujak langsung dituduh hamil. Vieria berusaha sabar, namanya juga orang tua. Vieria pun tidak membalas lagi ucapan mertuanya dan hanya tertawa.
Tapi ucapan mertuanya terngiang-ngiang di pikiran Vieria setiap hari.
"Kayaknya kamu hamil... hamil... hamil," kira-kira begitu backsound di kepala Vieria.
Sebenarnya hati Vieria senang, ada sedikit harapan. Tapi ia takut kecewa lagi, oleh karena itu Vieria memutuskan nanti saja setelah telat datang bulan baru tes lagi.
...
Hari-hari berlalu dan Vieria pun melupakan hal tersebut. Ia sibuk dengan 'Braten'nya dan mengurus si Pompom.
"Kamu kenapa, tumben diam aja?," tanya Aryan saat mereka sedang makan malam suatu hari.
"I'm fine," jawab Vieria.
"Kamu lagi nggak enak badan?," tanya Aryan sambil menyentuh kening Vieria. "Agak hangat, are you sure you okay?"
"Hmm.. agak mual dan kembung sih, mungkin masuk angin aja. Don't worry."
"Is it? Mau aku kerokin nanti?"
"No, thanks."
Tiba-tiba suara tante Natasha menimpali, "sudah mama bilang, Vieria itu hamil. Mama yakin banget! Kalian itu suka nggak percaya, deh kalau mama kasih tahu."
"Mama...," Aryan berusaha menegur pelan ibunya, dia tahu betapa sensitifnya Vieria membahas soal kehamilan. Ia tidak mau istrinya merasa sedih.
Sementara Aryan dan ibunya berdebat, Vieria baru sadar kalau ia memang sudah sebulan lebih tidak datang bulan. Apakah mungkin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...