Soobin's pov :
"Kira-kira apa yang Pa' Joon dan Pa' Jin bicarakan semalam, ya?" Tanya Jungkook hyung yang kini sedang mengemudikan sepeda motor yang kami tumpangi.
"Entahlah." Jawabku tak acuh.
Jujur saja, walaupun mungkin kejadian semalam memiliki pengaruh besar terhadap Pa' Joon dan Jungkook hyung, hal itu sama sekali tidak berdampak bagiku. Pa' Joon tetaplah Pa' Joon. Wajar saja jika ia takut kehilangan Jungkook hyung yang sudah dirawatnya sejak bayi. Berbeda denganku yang mungkin hanya diadopsi untuk mengisi tempat kosong dalam keluarga kami.
Ia menghentikan sepeda motornya ketika lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. "Aku masih tidak menyangka dengan yang terjadi semalam. Memangnya aku terlihat sejahat itu hingga tega untuk pergi meninggalkan kalian?"
"Daripada jahat, kau lebih terlihat naif." Kataku apa adanya. "Dan terkadang kau memang mudah dipengaruhi oleh orang lain."
"Begitukah?"
"Ayo mampir ke minimarket sebentar." Ujarku.
"Huh? Kau kira aku adalah supirmu yang bisa kau suruh-suruh seenaknya?!"
"Sebentar saja, hyungie." Rasanya aku ingin muntah mendengar nada sok imut yang kuucapkan sendiri.
"Dasar kau ini..." Jungkook hyung tidak mengatakan apapun lagi dan kembali fokus menyetir karena lampu lalu lintas telah berganti menjadi warna hijau. "Nah, ke situ saja." Ia memarkirkan sepeda motornya di depan sebuah minimarket yang terletak di pinggir jalan.
Kami pun turun dari sepeda motor dan segera masuk ke dalam bangunan minimarket. Setelah membeli beberapa cemilan, kami pun duduk di kursi-kursi yang disediakan pihak minimarket.
"Kau makan nasi kepal walaupun sudah sarapan tadi? Benar-benar monster!" Ujar Jungkook hyung dramatis.
"Aku hanya makan nasi kepal. Kau sendiri saja makan sebungkus mie instan, tteokbokki, telur rebus, dan sosis premium."
"Yang penting tidak makan nasi!"
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku tak habis pikir. "Sepertinya kau cocok sekali menjadi mentor diet."
Ia memasukkan sesuap mie instan ke dalam mulutnya dan mengunyahnya sejenak. "Aku bosan sekali. Hari ini aku tidak ada kegiatan apapun."
"Benarkah? Bukankah kau seharusnya mengikuti latihan?"
"Tidak. Aku tidak akan latihan lagi."
"Mengapa tidak? Bukankah kompetisinya belum selesai?" Tanyaku heran.
"Rencanaku hanyalah mengikuti kompetisi itu, bertemu dengan ayah kandungku, tereliminasi di babak berikutnya, kemudian kembali pulang. Aku tidak memiliki niat untuk memenangkannya."
"Tapi... sayang sekali, kan?"
Ia menggeleng. "Aku sudah mengubur mimpiku untuk menjadi penari tiga tahun lalu. Waktunya aku fokus untuk kuliah."
"Begitukah..."
Sejujurnya, aku merasa iri pada Jungkook hyung dalam beberapa hal. Pertama, kepribadiannya yang cenderung berpikiran positif dan terbuka. Kedua, kepercayaan dirinya yang tinggi. Ketiga, keberaniannya untuk melakukan hal menantang demi mencapai tujuannya. Semua hal itu sama sekali tidak ada pada diriku.
"Soobin."
"Ya?"
"Kau sedang ada masalah dengan Appa Joon?"
Aku yang semula hendak menggigit nasi kepalku mendadak menghentikan aktivitas. "Mengapa kau berpikir begitu?"
"Kalian terlihat jarang bicara."
![](https://img.wattpad.com/cover/272182485-288-k651497.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Spoon | BTS + TXT [End]
FanficSEQUEL OF "PARTNER" Ketika anak-anak pasangan 'Double Kim' telah beranjak remaja dan mulai menyembunyikan berbagai rahasia dari kedua orang tua mereka.