prolog

73 36 26
                                    

Seorang cowok berkaki jenjang dengan langkah besar, berbadan tegap, lalu rahang yang terlihat tegas serta tatapan kosong yang tengah menatap sebuah gundukan tanah di hadapannya, bola mata dengan warna hazel itu tidak mengeluarkan sedikit pun air mata, hanya ada tatapan yang sulit di jelaskan.

"Mari kita pulang," ucap Pria paruh baya bertubuh pendek darinya dan sejak awal sudah ada di sampingnya dengan memegang pundak Anaknya.

Sang Anak tidak bergeming sama sekali, tatapannya tetap tertuju ke sebuah gundukan tanah yang masih basah, matanya sesekali melirik papan nisan. "Papa pulang duluan, jangan terlalu lama," lanjut pria itu yang mengatakan dirinya sebagai ayahnya.

Semilir angin berhembus membuat sebuah pohon dengan dahan yang kering berjatuhan seperti musim gugur, hawa dingin karena hembusan tersebut terasa sedikit mencekam.

Alam seakan tahu bahwa hari ini seseorang akan kehilangan, Alam turut berduka cita dengan menandakan cuaca hari ini yang tampak gelap seolah mengatakan ia juga ikut menangis, dengan semilir angin yang perlahan lahan semakin besar hembusannya, air mulai jatuh membasahi permukaan tanah dan semakin membesar.

Tetesan air satu persatu hingga ribuan turun membasahi bumi, sebuah memori melebur, mengingat kembali momen kejadian yang berharga itu menggema di dalam kepala; hujan semakin deras dan sebuah buliran air mata ikut menetes bersamaan dengan turunnya hujan.

Ia tidak bisa menahan dirinya lagi, ia menjatuhkan kedua lututnya lalu kedua tangannya memegangi kedua lututnya, menundukkan kepala agar tidak ada yang melihat bahwa ia sedang hancur saat ini.

Dadanya terasa sesak, seperti ada sebuah tangan yang menggenggam jantungnya dengan erat, rasanya semakin sesak dan tercabik cabik, seolah menyadarkan bahwa ia telah kehilangan cahayanya.

"kenapa?"

Nafasnya tersengal sengal karena menahan suara tangisannya, ia berdiri tegap, menghapus kasar air matanya dan mengatur deru nafasnya yang tidak teratur.

"Kenapa harus mama?" lirihnya.

"Kenapa harus mama?" lirihnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi, I bring a new story.

Don't forget reading this

- Semua media, bukan milik saya.
- Murni IDE AUTHOR sendiri
- 100% fiksi, ingat ya fiksi.
- terakhir, cuma mau minta apresiasinya; vote, follow and comment.

-salam Jia.

Problematic Life [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang