Sementara itu, di dalam ruang operasi. Dokter berkata, "kita mulai operasinya ya."
Saat perutnya terbelah, Vieria merasa sesak nafas dan kesadarannya hampir hilang, sayup-sayup ia mendengar kata-kata para dokter.
"Denyut nadi pasien lemah, dok."
"Cepat suntikan..."Aryan yang menunggu di depan pintu ruang operasi dikejutkan dengan dokter yang keluar. "Ada apa, dok?"
"Pasien mengalami kekurangan darah. Stok darah yang tersedia kurang. Mohon bapak bersedia tanda tangan disini untuk penambahan stok darah."
Tanpa pikir panjang, Aryan langsung menandatangani apapun itu tanpa membacanya, "lakukan yang terbaik, dok."
Dokter itu mengangguk dan segera kembali masuk ke ruangan operasi, meninggalkan Aryan yang sudah hampir gila menunggu.
...
Tiga jam kemudian
Vieria tersadar di kamar rumah sakit. Apa tadi itu mimpi? Ruangan ini gelap, hanya diterangi lampu kecil. Ia pun melihat sekeliling. Vieria tahu Aryan ada disana.
"Aryan..."
"Vieria? Kamu sadar, akhirnya!"
"Ar... you just look like crashed hard," ucap Vieria tersenyum melihat Aryan yang biasanya rapi terlihat berantakan. Rambutnya acak-acakan, matanya sayu, bajunya juga lecek.
Aryan hanya tersenyum tanpa berkata apapun, membuat perasaan Vieria tidak enak.
"Aryan, mana bayi-bayiku?"
Wajah Aryan yang tadinya sayu, terlihat tegang. Vieria ingin menangis membayangkan bayi-bayinya kenapa-napa.
"Aryan?," tanya Vieria meminta jawaban.
"Tunggu, ya," ucap Aryan langsung keluar kamar.
Vieria panik, tapi dia tidak bisa bangun dari tempat tidur. Ya, Tuhan, anak-anakku? Please... please..
Tak berapa lama, Aryan kembali masuk dengan seorang perawat membawa 2 kereta bayi.
"Malam, ibu. Mau tidur sama dede bayi, ya?"
Perawat itu pun mengambil satu persatu bayi untuk ditaruh di sisi kiri kanan Vieria.
Rasanya Vieria tidak percaya, benarkah ini bayi-bayinya sedang tidur pulas di dadanya? Terakhir dia ingat rasanya mereka masih di perut. Tanpa bisa dicegah, Vieria pun menangis tersedu-sedu.
Perawat itu tersenyum dan izin pamit dari Vieria, Aryan dan kedua buah hati mereka.
Aryan mendekati Vieria yang menangis dan mencium kepalanya, "kamu yakin mau tidur bersama mereka malam ini? Tadi perawat takut kamu butuh istirahat dan kurang nyaman."
Vieria pun mengangguk, "kenapa tidak bilang mereka lagi di ruang bayi? I thought they..."
Vieria tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya dan menangis lagi. Aryan pun memeluknya. "Sorry, aku ketiduran tadi jadi pikiranku masih loading. It's okay, Vieria. Mereka sehat dan baik-baik saja. Aku bahkan sudah memberi mereka nama, if you agree."
"Siapa?"
"Jason and Devon."
"Hmm... not bad. Hi, J... hi, D," ucap Vieria sambil mencium kedua kening anaknya yang tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aryan dan Vieria
ChickLitAryan tidak ingin Ravina pergi. Aryan pun menahan keinginan Ravina untuk resign dan perlahan-lahan hatinya mulai tertarik pada wanita itu. Mereka berdua mulai sering bersama di luar jam kerja, membicarakan berbagai hal, bergandengan tangan dan berci...