H A P P Y
R E A D I N G•••••
Bel istirahat berbunyi keras yang membuat siswa-siswi SMA itu langsung berlarian menuju kantin. Tak terkecuali dengan Cia dan Noel, keduanya asik bercanda ria walaupun banyak siswi yang terang-terangan mencaci mereka. Cia berhasil memerdekakan dirinya dari belenggu omongan manusia yang tak beradab.
Nama Noel juga tak lagi bersih di sekolahan itu karena masih mau berteman dengan Cia. Banyak yang kecewa dan marah, karena Noel yang merupakan kapten basket memilih setia menemani Cia. Banyak fans Noel yang patah hati, banyak pula yang mencaci betapa bodohnya Noel, tapi Noel sama sekali tak peduli. Ia suka ada didekat Cia, sosok gadis yang kuat dan bar-bar.
"El, lo gak malu temenan sama anak pelakor?"
Bukannya menjawab, Noel malah menatap lekat wajah Cia yang duduk didepannya. Cia yang ditatap oleh pria tampan pun langsung tertawa renyah. Ia salah tingkah.
"Ketawanya anak pelakor kok bikin merinding!"
"Ih, iya lho. Bikin gak nafsu makan juga."
Bukannya berhenti karena mendengar sindiran siswi lain, Cia malah kembali tertawa karena ada sesuatu yang tiba-tiba melintas di otaknya.
"Duh, cakep banget sih!" gumam Noel yang membuat Cia terdiam.
Kini Cia menopang dagu dengan kedua tangannya, menatap Noel tanpa kedip. "Dua monyet sedang bertatapan," celetuk Cia disambung tawa.
Noel pun tak sanggup menahan tawa mendengar celetukan Cia, sungguh diluar dugaan. Ia benar-benar dibuat kagum dengan gadis didepannya itu. Tidak pernah terpancing emosi dengan segala olokan yang ditunjukkan padanya. Selalu bersikap tenang walaupun banyak orang yang menginginkannya mengamuk agar masuk BK. Walaupun terkadang Cia bersikap bar-bar karena tak terima dengan sesuatu, tetapi itu hanya bersifat sementara. Setelahnya, gadis itu akan menerima apapun yang disepakati dengan lapang dada. Lantas, laki-laki mana yang tidak senang berdekatan dengan Cia?
Seorang gadis yang berusaha keras menahan amarah dan segala rasa yang menyesakkan, walaupun tidak ada yang tahu bagaimana hancurnya ia. Semua orang sangat pandai memberi luka, menilai seseorang dari bisikan semata, dan menjatuhkan mental orang dengan hal yang melanggar HAM.
"Eh, main ke markasnya besok aja, ya. Mumpung besok libur juga, biar bisa seharian disana," ungkap Cia seraya mengunyah makanan. Ia tak mungkin mengatakan jika nanti akan pulang bersama Arta, kalau ia bilang, pasti ia akan diceramahi oleh laki-laki tampan didepannya.
Sosok yang selama ini menghiburnya, merangkul dikala semesta memberikan lara yang tak dapat ia gendong sendiri. Laki-laki yang ia kenal dikelas 11 kemarin. Hingga sampai sekarang, ia bersyukur karena sekelas dengan laki-laki tampan dan pintar seperti Noel, apalagi laki-laki itu tak pelit jawaban. Jadi, saat ia lupa dengan tugas rumah dengan sangat mudah ia mendapatkan jawaban dari Noel. Lalu, apa yang Noel dapatkan saat berteman dengan Cia?
Noel tak pernah mengharapkan apa-apa dengan persahabatan mereka, karena Noel tahu kalau Cia adalah gadis dengan IQ rata-rata manusia biasa. Namun, Cia sangat mahir dibidang non akademik, sampai-sampai gadis itu pernah menjuarai lomba tenis meja dan pertunjukan silat diluar negeri. Walaupun banyak piala yang Cia dapatkan, ternyata itu tak mempengaruhi orang lain untuk bisa lebih menghargai keberadaan dirinya. Apakah Cia peduli? Oh, tentu tidak, Ferguso!
"Karena besok libur atau lo mau pulang sama Arta?" tanya Noel menaik-turunkan alis kanan.
Cia tersenyum malu karena Noel sudah bisa menebak jalan pikirannya. "Yaa, sekali-kali gapapa, kan? Lagian gue sama Arta sekomplek," balasnya cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
G R E C I A
Teen FictionHanya sepucuk kisah Grecia yang ingin terbang bebas bersama Ibu.