Hana memasang aerphone ke telinganya sembari menyusuri jalanan sepi yang tengah ia lewati. Biasanya ia selalu diantar jemput oleh Dio. Tak disangka kakak angkatnya itu sudah pergi ke luar negeri kemarin. Untuk saat ini dan seterusnya ia akan menjadi gadis yang mandiri.
Setelah lama berjalan, gadis berseragam putih biru itu memasuki salah satu rumah mewah bertuliskan Adrenata Mansion.
Langkah kakinya menuju ke dalam area rumah. Hingga sampailah ia di ruang tengah. Disana terlihat dua orang suami istri tengah fokus menyaksikan Televisi. Ada anugerah apa ini? Biasanya mereka pulang dari kantor hampir larut malam.
Hana menghampiri kedua orang tuanya dan meraih tangan mereka untuk bersalaman. Anggara yang tengah fokus menyaksikan tontonannya beralih ke Hana. "Papa mama tumben banget sudah pulang.", ucap Hana memecah keheningan.
"Iya sayang, hari ini tidak ada meeting.", balas wanita yang duduk disebelah Anggara.
Hati Hana bergetar senang, itu artinya keduanya akan memenuhi rumah ini. Malam ini meja makan akan terisi lagi.
Hana menganggukkan kepalanya. Ia meninggalkan pasutri itu lalu pergi ke kamarnya. Baguslah hari ini Hana tidak kesepian seperti biasanya. Kedua orang tuanya merupakan orang penting. Apalagi Ayahnya merupakan seorang pemilik perusahaan bergengsi di Indonesia. Sedangkan Ibunya merupakan seorang direktur. Sudah pasti jadwal keduanya sangat padat.
Seusai melepas seragam sekolahnya, ia duduk diatas ranjang berukuran king miliknya. Pikirannya terus saja terfokus ke Dio. Ia akan rindu dengan kakaknya. Hana sudah menelpon dari tadi malam, namun Dio tidak kunjung mengangkat. Hana terus berpikir positif tidak terjadi sesuatu dengan pria itu. Hana pun sadar jika di pesawat tidak boleh memainkan ponsel.
Hana masih merasa sedih ditinggalkan Dio. Ia sadar selama ini hanya pria itu yang menemani kehidupannya. Tak terasa bulir bening keluar dari pelupuk mata indahnya. Hana mengelap air mata itu, berusaha tetap tegar ditinggalkan seseorang yang selama ini menjadi teman sekaligus kakaknya. Setelah beberapa menit merenungi nasib, tak terasa tenggorokannya sudah kering. Ia berjalan keluar hendak menuju dapur, saat menuruni anak tangga pendengarannya tak sengaja menangkap siaran berita dari Televisi.
Pesawat tujuan Indonesia- Amerika Serikat menabrak sebuah gunung dini hari tadi. Kini terdapat 150 korban jiwa dan penumpang lain tidak ditemukan.
Brak!
Sebuah gelas yang dipegang oleh Ibu Hana mendarat di ubin lantai. Hana membelalakkan kedua matanya begitupun dua orang yang duduk di sofa dekat Televisi itu. Satu keluarga dibuat tak percaya mendengar berita menyedihkan ini. Lutut Hana lemas tak sadar dirinya bersimpuh ke dasar lantai.
"K-kak Dio!!!!"
"Hah!"
Hana terbangun dari tidurnya. Mimpi itu datang lagi. Terakhir kali ia memimpikan ini dua tahun lalu. Anehnya mimpi ini datang dengan sangat persis. Apakah arti dari semua ini?
Hana duduk diatas ranjang sembari mengusap wajahnya. Mungkin memori masa lalu itu masih tersimpan di dalam pikirannya. Jujur saja selama depalan tahun ini ia selalu teringat akan pria itu. Hana sadar Dio sudah meninggal dunia sejak kejadian menaaskan beberapa tahun lalu.
Bahkan sampai saat ini aku yakin kau masih hidup!
Ditengah isakannya Hana membatin keras. Dio yang telah lama meninggal membuat hidup Hana tidak lengkap, bahkan setelah kejadian itu ia menjadi kurang dekat dengan Ayah ibunya.
Klek!
Seorang wanita paruh baya membuka pintu kamar milik anak majikannya, setelah itu ia sedikit menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love | On Going |
FanficMelarikan diri dari pernikahan bukanlah tujuan hidup Hana. Dijodohkan dengan Rafael yang merupakan pria pilihan kedua orang tuanya, membuat Hana terpaksa melakukan aksi nekat ini. Rahasia Hana kabur dari pernikahannya terungkap saat ia dipertemukan...