Bab 2

31 0 0
                                    

• Intro

Lagu kesedihan

24 Desember. Hari pertama liburan musim dingin.

Di pagi hari, aku terbangun dengan perasaan sedikit aneh.

"...Aku bermimpi aneh."

Gumamku sambil perlahan bangun dari tempat tidur.

Aku sepertinya sedikit berkeringat saat tidur.

Biasanya, aku tidak begitu memikirkan mimpi yang kualami.

Baik itu mimpi indah maupun buruk, meski berbeda-beda, itu tetaplah mimpi dan bukan kenyataan.

Dan manusia pada dasarnya adalah makhluk yang melupakan mimpinya.

Meskipun bisa saja ada pengecualian di dunia ini, aku juga termasuk orang yang sering lupa.

Walaupun saat baru terbangun aku masih ingat, tapi dengan cepat itu hilang dari ingatan.

"---Guru wali kelasku terlihat seperti bunny girl..."

Berusaha mengingat atau melupakannya itu pada dasarnya sia-sia.

Mungkin perkataanku itu akan membuat orang lain memiringkan kepala jika mereka mendengarnya.

Tidak, kupikir bunny girl bukanlah inti dari mimpiku itu.

Usaha apa pun untuk menggali lebih dalam mimpi itu adalah sia-sia.

Aku segera menyerah untuk mengingat mimpi itu.

Karena sekolah libur, aku menyiapkan diri dengan santai dalam waktu yang berlalu dengan lambat.

Ada sikat gigi dan gelas yang berbeda warna yang diletakkan di wastafel.

Kehidupan sehari-hariku kembali normal setelah Kei yang selama ini hidup bersamaku menjauhiku.

Namun, itu bukan berarti hubungan kami berakhir.

Periode ini seperti diem-dieman sebagai sepasang couple yang disebabkan oleh kesalahpahaman yang terjadi.

Sama sekali tidak ada perubahan emosional dalam diriku sebagai akibat dari peristiwa itu.

Tentu saja, semua ini adalah bagian dari rencana yang sengaja aku susun, namun jika ini adalah sesuatu yang tak terduga, apakah aku akan sedikit terguncang?

"...Entahlah."

Pada dasarnya, perubahan emosi terjadi jika orang lain tersebut sangat penting bagi diriku. Tanpa itu, emosi tidak akan tergerak.

Jika arti dari keberadaanku sendiri dipertaruhkan, aku tidak perlu ragu untuk menyakiti atau meninggalkan kekasihku jika itu dibutuhkan. Tentu saja, hal yang sama berlaku untuk pasanganku, ia pun berhak melakukan itu.

Namun, aku percaya bahwa terlepas dari emosiku, aku masih memiliki tanggung jawab sebagai kekasih.

Selama kami berbagi waktu bersama, jika waktu itu dibuat tidak menyenangkan, maka itu adalah tanggung jawab bersama.

Classroom Of The Elite 2nd Year Volume 9.5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang