Hallo👋👋 Aku balik lg guys!!!
+
+
+
Kedua tangan yang saling menggenggam dengan dua pasang kaki yang saling memacu langkah. Berlari beriringan entah apa yang dituju
Lalu berhenti ditengah padang rumput yang tinggi. Bertatap muka dengan sorot mata penuh arti
Setelahnya genggaman itu terlepas. Wajah salah satunya menyendu, lalu tubuhnya duduk disana. Menatap kosong kearah depan
"Pulang..."
Hampir sebulan berlalu sejak dirinya tersadar dari tidur yang cukup panjang. Selama itu pula mimpi yang sama selalu hadir setiap malam
Travis selalu mengajaknya berlari menyusuri padang ilalang. Tidak melepaskan genggaman tangan hingga berhenti di tempat yang sama. Melakukan dan mengatakan hal yang sama
Pulang,
Harus Junkyu apakan kata itu— banyak arti
"Lagi."
"Hah?" Junkyu menoleh pada suara yang Ia dengar
"Lo nangis lagi," jawabnya, lalu duduk disamping tempat Junkyu bersandar, "Kenapa buburnya gak dimakan?"
Kenyang."
Orang itu— Jihoon, hanya menghela napas, "Nangis gak bikin kenyang."
Yang diajak bicara tak menyahut. Hanya membuang pandang kearah luar, "Gue mau pulang, Hoon."
"Lusa," jawab sang sahabat, "Makanya lo harus makan biar sembuh."
"Nanti aja. Gue kenyang."
Jihoon bersandar pada sandaran kursi sambil mengusap wajahnya, "Travis gak seneng lihat lo begini, Kyu."
"Lo nggak ngerti.""Terserah lo aja. Gue capek."
Setelahnya Jihoon memilih keluar dari ruang rawat Junkyu. Meninggalkan sahabatnya yang hanya diam tanpa peduli sekitar
.
.
.
.
.
Sedikit bercerita tentang insiden naas beberapa waktu lalu,
Ketika sore, ditengah hujan lebat. Mobil yang ditumpangi Junkyu dan kekasihnya melaju menuju gedung yang disewa untuk pernikahan mereka
Keduanya orang sibuk. Sama-sama memiliki pekerjaan yang membuat sulit mencari waktu yang pas untuk sekedar memantau persiapan. Namun sore itu, walaupun hujan mereka memaksakan diri untuk pergi. Sebab selain hari itu, belum tentu ada waktu luang lainnya
Kekasihnya— Travis memanglah pria yang sedikit ceroboh. Dan kecerobohan itu juga terjadi ketika dompet miliknya yang awalnya Ia letakkan didekat ponsel, jatuh tersenggol tangannya sendiri
Padahal hari itu Junkyu sudah melarang Travis dan menyuruhnya agar fokus pada jalanan. Namun bukan Travis namanya jika tidak keras kepala
Ia tetap mengambil dompet yang tergeletak didekat kakinya
Tanpa melihat kearah depan, bahwa sebuah bus dari arah berlawanan semakin mendekat ke mobil mereka
Ketika Junkyu menyadari hal itu dan memperingatkan Travis, semuanya terlambat
Seakan waktu berputar cepat. Dua benda besi itu saling menghantam keras hingga kecelakaan tak dapat dihindari
Bus itu menabrak trotoar jalan setelah sang supir berhasil membelokkan kemudinya. Sedangkan mobil yang mereka kendarai, rusak parah ditengah jalan akibat terseret beberapa meter
Hujan sore itu menderu bersamaan dengan ramainya suara beberapa orang yang menyaksikan kejadian naas tersebut
Hingga beberapa menit kemudian, dengung suara ambulance terdengar samar ditelinga Junkyu yang saat itu mulai hilang kesadaran
Namun dirinya masihlah sempat mengingat satu orang lainnya yang berada ditempat yang sama dengannya. Travis
Saat itu Junkyu merasa semuanya seperti mimpi terburuk dari yang paling buruk. Melihat kekasihnya menutup mata dengan wajah bersimbah darah. Luka di tubuh hingga kaki yang sangat parah
Diambang kesadarannya, Ia meragu
Selamatkah Travis dan dirinya atas insiden itu? Melihat bagaimana parahnya luka yang didapat, Junkyu sempat berpikir demikian
Namun kesadarannya sudah mencapai batas. Ia pingsan sesaat sebelum petugas dan beberapa orang menyelamatkannya
Hingga,
Ketika mata cantiknya kembali terbuka, kurang lebih 60 hari telah Ia lewati diatas ranjang rumah sakit. Dengan mata tertutup dan bermalam dialam bawah sadar
Saat itu, ketika dirinya mencari keberadaan Travis. Tak ada seorangpun yang menjawab. Walaupun sebenarnya Ia sudah menyadari bahwa saat itu Ia kehilangan separuh hidupnya. Namun seakan menyangkal dan berharap hanya mimpi buruk
Namun jawaban dari Jihoon, sahabatnya membuat dirinya kosong. Benar-benar kosong. Menangis meraung merasakan kehilangan mendalam. Meyakinkan diri bahwa semua orang mengerjainya karena saat itu mendekati hari pernikahannya
Tapi tak ada tawa. Semuanya menatap Junkyu prihatin
Saat itulah Ia sadar jika semuanya bukanlah mimpi. Ditengah amukannya, Ia menyadari rasa sakit disekujur tubuhnya. Menyadari banyak luka pada badan dan wajahnya. Kaki, tangan, kepala yang diperban. Selang infus yang melekat hingga darah sedikit naik akibat dirinya yang terlalu banyak bergerak
Semuanya, seakan melempar Junkyu pada kenyataan. Bahwa Travis-nya telah pergi