Tugas Kelima : Mendadak Artis

101 10 0
                                    

Tidak seperti saat pertama kali keduanya melakukannya. Ada ritme yang terburu-buru, melepaskan pakaian masing-masing juga dengan bergegas seperti sedang dikejar sesuatu, kemudian pagutan demi pagutan yang berpindah dalam sekejap dari satu titik ke titik lainnya.

Sungguh berbeda dengan yang terjadi detik ini. Vins menikmati detik demi detik melepaskan gaun emas yang dikenakan Tifa untuk bertemu ibunya di acara makan malam. Sentuhan yang dibubuhkan bibirnya sambil tetap terjaga pada setiap lekuk tubuh Tifa.

Tidak satu detik pun Vins menutup kedua matanya. Begitu juga Tifa yang tengah melingkarkan kedua tangannya pada leher Vins. Belaian Vins yang lembut, perlahan, seakan penuh perhitungan.

Vins lalu menggiring Tifa menuju ranjang dengan sisi empuk yang memudahkan keduanya bergerak dibanding menyender pada dinding marmer kamar hotel yang dingin.

Pada kesekian menit yang telah berlalu, Tifa mendesah penuh kenikmatan. Tak lagi dipikirkannya segala macam konsekuensi perasaan yang terjadi setelah momen ini selesai.

"Vins?" panggil Tifa sangat lembut sebelum Vins melepaskan serangan terakhirnya.

"Ya?"

"Jangan pernah meninggalkanku, apa pun yang terjadi, ya?" pinta Tifa.

Vins mengangguk, menatap kedua manik Tifa yang berwarna hitam kelam seperti langit ketika malam hari dengan berbinar, lalu mengelus lembut kedua pipi Tifa.

"I love you..." seru Vins sesaat sebelum melepaskan kenikmatan yang sudah ditahannya sejak beberapa saat yang lalu.

Tifa tidak menjawab dan membiarkan tubuh Vins menyatu lebih dalam dengan sekali hentakan. Keduanya bergerak dalam satu intonasi dan ritme yang sama. Desahan napas penuh puncak terdengar bersahut-sahutan.

Sekali lagi, Tifa berharap pada takdir yang akan menariknya pada kehidupan yang lebih baik.

***

Tanpa mengindahkan ajakan sarapan yang ditawarkan Vins, wanita itu melesat dengan cepat meninggalkan kamar hotel tersebut. Tifa mengigit bibirnya karena resah belum mendapatkan taksi online yang akan menjemputnya di lobi hotel.

Di mana sih letak kewarasan Tifa semalam? Begitu saja menurut ketika Vins mulai memagut bibirnya di private room lalu menggiringnya menuju kamar yang sudah dipesan pria itu?!

Tifa yakin betul melakukannya dengan sadar tanpa pengaruh alcohol. Begitu pun Vins yang begitu lembut melakukan sentuhan demi sentuhan pada tubuhnya.

Tifa menggeleng keras kemudian menampar pipinya berkali-kali. Hingga akhirnya dering ponselnya berbunyi nyaring mengembalikan kesadarannya lagi.

"Halo?" seru Tifa tanpa melihat siapa peneleponnya karena sambil menekan tombol lift berkali-kali.

"Tiffany, akhirnya teleponku terangkat juga!" sergah Amanda—ibu kandung Tifa—dengan heboh.

"Kalau sampai meneleponku berkali-kali, pasti ada masalah besar, kan? Apa uang yang kutransfer kurang?" seru Tifa dengan lesu sambil memijit keningnya kemudian melangkah masuk pada lift yang sudah dibuka.

"Kamu benar-benar anak cerdas! Selama ini kamu sengaja merahasiakannyua dari keluargamu?" tanya Amanda dengan nada berseri-seri.

"Ma, rahasia apa sih? Ini masih persoalan limit kartu kreditku yang dipegang Mama? Masa sih tiap bulan kurang dengan limit yang ada?" omel Tifa.

"Tiffany Leksmana, sejak kapan kamu punya hubungan khusus dengan Vincent Kyler? Dia bos baru di kantormu kan?!" cecar Amanda.

Refleks, Tifa menutup mulutnya dengan tangan kirinya yang bebas. Bagaimana Tifa bisa lupa untuk mengurus ibunya untuk bekerja sama dengannya?!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Office HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang