26. Foto Keluarga

2.2K 271 16
                                    

"Jelasin sama gue, Jen."

"Apaan ini?"

Jendral berdiri mematung di pintu, menatap kaget Naka yang berdiri meminta penjelasan padanya sambil memegang banyak brosur dan map berwarna coklat yang sudah di sembunyikan di bawah kasurnya.

"Lo... Kerja?"

Jendral terlihat snagat kikuk. Dia tertangkap basah oleh saudara kembarnya sendiri. Melihat Jendral tak memberikan pembelaan cukup membuat Naka mengerti kalau anak itu benar benar bekerja.

Naka memijit pangkal hidungnya. Niat awalnya untuk mengganti sprei Jendral hancur sudah ketika dia menemukan banyak brosur dan surat lamaran kerja yang saudara kembarnya itu sembunyikan.

Naka kini berjalan menghampiri Jendral, lanats menutup pintu kamar mereka rapat rapat dan menguncinya. Naka menarik tangan Jendral menjauhi pintu, takut jika ada yang mendengar mereka.

"Lo apa apaan sih, Jen?! Kalau bang Alan tahu, bisa habis kita!" Ucap Naka pelan, namun penuh penekanan.

Jendral tak bergeming. Anak itu masih tutup mulut.

"Sekarang lo kasih tahu gue, kenapa lo cari kerja?!"

Jendral tak menjawab. Lelaki itu mengulum bibirnya, enggan memberi tahu Naka. Naka yang kesal setengah mati lanats mencerca anak itu, memaksanya menjawab.

"Lo tahu kan?! Bang Juna aja gak dikasih cari kerja sama bang Alan. Mereka bahkan hampir berantem loh Jen!"

"Ya makanya gue diem diem, Na..." Kini Jendral menjawab.

"Tapi lo bahkan gak ngasih tahu gue!"

"Ya karena gue tahu lo gak bakalan ngizinin. Gimana sih?"

Kekesalan Naka sudah mencapai batasnya. Namun Naka tak akan bisa mengubah isi pikiran Jendral mengingat tempramen dan keras kepala saudara kembarnya itu, maka dari itu Naka memilih menelan bulat bulat amarahnya dan mencoba berbicara dengan bahasa yang lebih halus.

"Setidaknya, kasih gue satu alasan kenapa lo kerja."

Jendral menghela nafas pelan.
"Lo tahu sendiri jawabannya, Na."

"Oke. Tapi kalau seandainya bang Alan tahu, lo bakal berhenti?"

"Gue gak bisa jawab itu sekarang."

"Kenapa?"

"Ya karena gue gak tahu. Gue belum kepikiran kalau seandainya bang Alan tahu nanti, reaksinya bakalan kayak gimana."

"Jadi sekarang lo kerja dimana?"

"Gak banyak banyak kok, cuma di cafe."

"Ngapain?"

"Jadi waiter."

"Terus?"

"Hah?"

Naka menatap Jendral penuh selidik. Naka tahu Jendral bahkan lebih dari Jendral sendiri. Mereka adalah saudara kembar, jadi Naka jelas tahu betul apa isi kepala anak itu.

Jendral terlihat semakin kikuk. Dia lupa kalau yang sedang menginterogasinya saat ini adalah saudara kembarnya sendiri. Jendral lebih takut pada Naka dibandingkan Juna. Lantas ketika Naka mulai menunjukkan reaksi tak suka, Jendral tak akan bisa mengelak.

"Oke... Cafe, resto, showroom." Final Jendral.

"Showroom?! LO GILA—"

Naka mengatup rapat rapat mulutnya ketika dia hampir saja berteriak pada Jendral. Aduh, bisa bisa dia kram leher mendadak.

"Terus uangnya, lo kemanain?"

"Gue tabung. Kalau bang Alan tiba tiba sakit? Mau makan darimana kita?"

2. Arkana || NCT dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang