32. Percakapan Kita Berdua

2.2K 267 32
                                    

Ceklek!

Alan masuk ke kamar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Disana, ada Chandra yang asyik nonton film action di kasurnya.

DDDUUUUARRRRRR!!!!!

Tanpa sadar Chandra memekik kencang ketika mendengar suara petir. Enggak, dia gak takut sama petir, cuma kaget aja. Anak itu mengelus dadanya sambil menggerutu, sementara Alan tak bereaksi seheboh Chandra, lelaki itu hanya tetap diam berdiri di posisinya.

Hujannya sangat deras dengan petir yang bersahut sahutan. Alan menghela nafas pelan dan menggantung handuknya di belakang pintu.

Sambil memperhatikan Alan yang mulai membereskan meja belajarnya Chandra baru saja menyadari sesuatu, sejak awal, Alan tak pernah membahas apapun mengenai pertengkaran Naka dengan Jendral beberapa waktu yang lalu. Sudah seminggu semenjak mereka berbaikan, dan Alan masih bungkam.

Alan lantas membanting tubuhnya keatas kasur, lelaki itu lalu membuka novel fantasi yang dia pinjam dari Naka. Chandra penasaran, apa yang sebenarnya lelaki itu pikirkan. Apakah mindset nya sudah berubah?

"Bang."

Alan menatap ke atas dimana Chandra berada untuk beberapa saat sebelum kembali membaca bukunya.

"Apa?"

"Aku kadang suka kepikiran sesuatu."

"Apa tuh?"

"Kalau seandainya ada mesin waktu yang tiba tiba nongol didepan wajah abang dan abang dikasih kesempatan untuk balik ke waktu lampau, abang bakal lakuin apa?"

Suara hujan terdengar teras malam itu. Alan yang berbaring di kasurnya terdiam sejenak. Pandangan menatap lurus ke atas dimana Chandra berbaring di ranjang atas.

"Kalau kamu sendiri, Chan?"

"Yang pastinya aku bakalan mengubah sesuatu dari masa lalu. Mungkin hal hal yang enggak seharusnya dan yang seharusnya aku lakuin. Contohnya nih ya, seandainya waktu itu aku cegah ayah waktu dia mau pergi ke rumah om Fahri."

Pertanyaan random Chandra membuat suasana kamar itu terdengar senyap. Hanya ada suara hujan deras yang memecah kesunyian di kamar gelap yang hanya diterangi cahaya rembulan dari luar.

"Kalau abang?" Tanya Chandra.

"Abang juga mau balik ke masa lalu."

"Tapi bukan untuk mengubahnya."

Chandra mengerutkan keningnya, lalu kepalanya menyembul dari kasur atas, lelaki itu menatap Alan yang berbaring di ranjang bawah.
"Terus untuk apa dong?"

"Abang cuman pengin merasakan kembali momen momen itu."

"Mengubah masa lalu itu adalah kesalahan besar, Chandra. Kalau kamu mengubahnya, belum tentu kamu akan menjadi pribadi yang seperti sekarang ini. Jadi daripada mengubah masa lalu yang sia sia itu, abang lebih memilih kembali ke saat saat bahagia  dan merasakan rasa bahagia itu kembali."

"Terus, setelah semua yang terjadi sama kita..."

"Bang, pernah gak sih abang marah sama keadaan?"

Alan diam untuk beberapa saat, seperti lelaki itu sedang berpikr. Namun yang selanjutnya terjadi, Alan hanya terkekeh pelan.

"Selalu. Tapi abang sadar, itu percuma. Hidup enggak akan pernah berbelas kasih sama kamu, Chandra."

Jawaban dari Alan membuat Chandra mengangguk mengerti. Kakak sulungnya itu masih terlihat sangat tenang. Bagaimana mungkin Alan selalu marah dehgan keadaan yang dia alami sekarang? Chandra baru tahu itu karena Alan tak pernah menunjukkannya sama sekali.

2. Arkana || NCT dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang