EPISODE 3 : Ketenangan Sebelum Badai (3)

120 12 1
                                    

⚠️ CERITA INI DITULIS BERDASARKAN IMAJINASI PENULIS! HARAP BISA MEMILIH MANA YANG BAIK DAN BURUK, TERIMAKASIH ❤️

⚠️ CERITA INI DITULIS BERDASARKAN IMAJINASI PENULIS! HARAP BISA MEMILIH MANA YANG BAIK DAN BURUK, TERIMAKASIH ❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam Hormat, Tuan Duke,
Elhan Voinsten.

Kau pasti besar kepala ketika mendapatkan surat ini, kau pasti berpikir bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu.

Tapi, sayangnya... kau salah besar, Duke.

Aku sangat bahagia setelah lepas darimu.

Mari kita lupakan apa yang terjadi pada kita, anggap saja hal buruk yang terjadi hanyalah cerita belakang yang tidak akan menjadi nyata.

Aku memaafkan mu, karena bagaimanapun juga kau begitu berjasa dalam hidupku.

Dengan kerendahan hati, aku harap kau mau bermurah hati untuk menyetujui pernikahanku dengan kekasihku, Erix Londers.

Salam hormat,
Selena Londers.

Elhan menatap surat yang telah ia baca digenggamannya. Raut wajahnya terlihat tenang namun rahangnya mengeras, sorot matanya yang kosong dengan manik mata merah kecoklatan yang semakin pekat.

Robert yang berdiri dihadapan Elhan bisa menyuarakan betapa tegangnya suasana saat ini.

"Robert."

Robert tersentak dan segera menjawab, "Iya, Tuan Duke?"

"...Kita harus bersiap-siap."

Robert mengerjap, jantungnya berdebar-debar.

Apa kita akan berperang dengan Londers?

Tidak memungkiri bahwa berperang dengan Londers adalah jalan satu-satunya yang terpikir oleh Robert.

"Tidak."

Robert mengerjap, tubuhnya tersentak tatkala menatap Elhan.

"Akan ada acara pernikahan besar-besaran dalam waktu dekat ini." kata Elhan dengan seringai dibibirnya, manik matanya yang pekat kian menggelap. "Selena." gumamnya dengan sorot mata tajam.

"Nyonya Selena."

Selena mengernyit, sedikit tidak suka dengan panggilan dirinya, menoleh, menatap sosok kepala pelayan, Marien.

Wanita paruh baya yang telah bekerja lama di mansion ini.

"Kenapa, Marien?" Selena mengambil secangkir gelas yang berisi teh, menyesap dengan elegan lalu meletakkan kembali gelasnya.

Menghela pelan, dan segera menoleh dengan raut wajah datar. "Apakah ada surat dari saudaraku?"

Marien membungkuk, memberikan sebuah surat yang dibalut dalam amplop berwarna hitam keemasan, lambang keluarga Voinsten.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautifull SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang