Tiga

30.1K 1.9K 28
                                    

Di karyakarsa sudah Bab 11 ya gaess

EBOOK READY DI GOOGLEBOOK PLAYSTORE YAA!!

"Bang Jangkar udah dengar kabar yang sedang hangat hari ini belum?" Zaki menatap Jangkar yang sibuk menjahit karung berisi muatan hasil panen brokoli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang Jangkar udah dengar kabar yang sedang hangat hari ini belum?" Zaki menatap Jangkar yang sibuk menjahit karung berisi muatan hasil panen brokoli.

" Kabar apa? Saya nggak dengar kabar apapun."

Zaki ternganga melihat bos nya. Ia menggeleng heran. Entah saking sibuk nya atau memang tidak peduli sama sekali dengan keadaan sekitar nya.

" Itu rumah keluarga Darma yang tidak berpenghuni itu sekarang sudah ada penghuni nya."

Gerakan Jangkar terhenti. Ia menatap Zaki dengan alis terangkat.

" Siapa yang berhasil membeli rumah besar itu?" Jangkar benar-benar penasaran. Pasal nya sudah banyak orang yang berniat membeli rumah tersebut namun tidak ada yang berhasil. Jangkar juga pernah mencoba untuk membeli nya namun jawaban yang di dapat nya rumah tersebut tidak di jual. Banyak orang yang mengasihani rumah besar tersebut di biarkan terlantar dan tidak berpenghuni. Hanya sesekali Pak Mamat dan istri nya membersihkan rumah tersebut.

Zaki menggeleng. " Tidak di jual. Penghuni nya merupakan cucu Pak Darma itu sendiri."

" Cucu nya?"

Zaki mengangguk. " Dengar-dengar begitu desas desus nya, Bang. Saya juga tidak pernah bertemu sih dengan orang nya. Dengar dari orang saja."

Jangkar terdiam. Ia kembali melanjutkan pekerjaan nya yang tertunda.

" Cucu nya perempuan loh bang. Dengar-dengar orang nya cantik." Beritahu Zaki tersenyum.

" Sudah kamu lanjutkan saja pekerjaan kamu. Jangan suka mendengar gosip."

Zaki cengengesan mendengar ucapan Jangkar.

" Nanti kamu angkut ke dalam mobil pick up ya, Zak. Besok subuh seperti biasa kita berangkat ke kota."

" Beres, Boss."

****

" Buk saya rencana nya mau renovasi rumah ini. Kira-kira Buk Titin tahu nggak siapa yang orang yang biasa ngerjain pekerjaan tukang bangunan?"

" Oh kalau tukang bangunan ada beberapa orang di sini, Non. Saya kenal sama orang nya. Non mau berapa orang yang kerja?"

" Lima orang kayak nya cukup, Buk. Tapi sebelum itu saya harus bertemu dengan mereka dulu buat membicarakan nya."

" Boleh, Non. Nanti saya coba temui mereka."

" Boleh, Buk. Kalau bisa cepat lebih baik, Buk."

" Siap, Non. Biar saya minta Pak Maman yang temui orang tukang tersebut."

" Nggak masalah, Buk. Terserah gimana cara nya."

Buk Titin mengangguk.

" Kalau menjual bibit bunga di sini dimana, Buk?"

" Bibit bunga?" gumam Buk Titin seraya berpikir.

" Biasanya di pasar kota ada nya, Buk. Kalau di pasar sini nggak ada yang jual bibit bunga. Non mau beli bibit bunga?"

Cia mengangguk. " Saya menanam bunga di depan Buk. Halaman nya luas loh ini sayang kalau di biarkan saja. Lebih bagus di hias sama bunga. Nanti teras depan itu juga saya letakkan bunga pot di sana."

Buk Titin tersenyum mendengar rencana bagus majikan nya.

" Beli pupuk nya dimana, Buk?"

" Oh kalau masalah pupuk, Non minta tolong saja sama Bang Jangkar. Dia itu tahu semua jenis pupuk. Dia juga sering ke kota. Pasti tahu dia nya itu."

" Saya nggak kenal orang nya, Buk."

" Nanti saya kenalkan, Non. Tenang saja!"

Cia mengangguk mendengar ucapan Buk Titin.

" Saya juga mau beli perabotan sama keperluan lainnya, Buk."

" Iya Non. Udah benar minta tolong sama Bang Jangkar. Dia juga punya mobil pick up. Biasanya warga di sini kalau ada keperluan ke kota juga numpang sama Bang Jangkar." Cerita Buk Titin.

Cia penasaran sama Bang Jangkar yang di ceritakan Buk Titin. Seakan Bang Jangkar ini termasuk orang yang penting di kampung ini.

" Sepertinya Buk Titin tahu banyak tentang Bang Jangkar ini ya?"

Buk Titin mengibaskan tangan nya. " Semua orang juga tahu siapa Bang Jangkar di kampung ini, Non. Apalagi Bang Jangkar ini masih sendiri. Belum menikah. Semua orang tua di sini yang punya anak perempuan sudah dewasa berharap sekali Bang Jangkar menjadi menantu nya."

" Memang dia orang nya seperti apa?"

Buk Titin tampak sekali bersemangat membahas laki-laki yang bernama Jangkar ini.

" Bang Jangkar itu orang nya baik sekali, Non. Suka membantu para warga di sini. Dia itu termasuk juragan kaya dan orang berduit juga di sini. Mempunyai banyak kebun dan para warga di sini banyak yang bekerja di kebun nya. Dia juga sosok yang pekerja keras. Siapa yang tidak mau coba, Non."

Cia hanya mengangguk angguk mendengar penjelasan Buk Titin.

" Oh ya Buk. Di sini ada minimarket tidak? Kebetulan saya ada yang mau di beli juga."

" Ada sih, Non. Tapi lumayan jauh kalau jalan kaki."

Cia menghela nafas. Andaikan mobil nya sudah datang. Pasti ia tidak akan kesusahan begini.

" Naik ojek gimana, Non?"

Cia mengangkat alis nya mendengar solusi dari Buk Titin.

" Saya nggak biasa pakai ojek, Buk. Nggak nyaman saya."

Buk Titin tersenyum maklum seraya mengusap kening nya.

" Atau begini saja. Non tulis saja keperluan nya apa. Nanti suruh orang saja yang beli."

Cia tampak berpikir lantas menggeleng. " Saya perlu membeli kebutuhan pribadi, Buk. Nggak mungkin saya suruh orang lain."

Buk Titin juga bingung jadi nya.
" Gimana ya Non?"

Cia juga bingung jadi nya. Pergi belanja saja susah nya minta ampun di kampung ini.

" Nanti aja deh Buk di pikirin lagi. Nggak butuh cepat juga kok. Buk Titin hari ini pulang ke rumah?"

Buk Titin mengangguk. " Iya Non."

" Gimana kalau Buk Titin sama Pak Slamet tinggal nya di sini saja?" tawar Cia. Buk Titin tampak terkejut mendapat tawaran dari majikan nya.

"Tinggal di sini, Non?"

Cia mengangguk. " Duh Gimana ya Non. Saya kebingungan menjawab nya kalau di tanya mendadak begini."

" Saya mohon, Buk. Tinggal di sini saja. Saya nggak yerbiasa tinggal sendiri di rumah besar ini. Rasanya sepi." ujar Cia seperti curhat.

Buk Titin tampak kasihan kepada Cia. " Anak saya di rumah bagaimana, Non?"

" Kata nya anak Buk Titin sudah menikah. Ada suami nya dong yang nemenin."

" Iya sih Non. Nanti coba saya tanyakan dulu sama Pak Mamat ya Non."

" Usahakan ya, Buk. Saya mohon. Saya nggak mungkin tinggal sendiri di sini."

Buk Titin mengangguk dan Cia berharap semoga permintaan nya di kabulkan.

Tbc!
23/01/24

Siapa yang nggak sabar di siniii adanya pertemuann Bang Jangkar dan Cia?

Yuk komennn gaess!!

Jangkar Cinta (EBOOK READY DI GOOGLEBOOK/PLAYSTORE.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang