BAB 1.3

849 101 4
                                    

Tidak menghiraukan para lalat yang menonton, Yeon Bora bergegas menuntun Aera yang tengah kehilangan setengah kesadaran diakibatkan rasa salah tingkahnya.

"Apa kau bisa berjalan?" Tanya Bora tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada Aera.

Menengok Ilha yang diam di belakangnya lantas Bora mendecak lidah. "Ilha cepat gendong Aera! Kenapa melamun?!"

"Oh, ya."

Semua yang menonton melotot kaget begitu kepala Ilha ditempeleng oleh Bora saat pemuda tampan itu berjongkok dengan membelakangi Aera dan Bora. Dengan kalimat pedas gadis partner merokok Ilha itu berujar, "ya apa kau bodoh! Aera menggunakan rok pendek!"

"Baiklah aku tahu! Tidak perlu memukul!" Bangun dari posisi jongkoknya Ilha kemudian berjalan mendekati gadis yang masih kehilangan setengah kesadarannya itu. Baru saja ia memegang lengan kecil milik gadis itu, jam sialan itu kembali berbunyi nyaring.

Tidak hanya itu, bahkan gadis pemilik jam itu ikut mengeluarkan suara cegukan berirama dengan suara jam itu.

Mengedipkan mata beberapa kali dengan cepat Aera lantas memundurkan langkah agar tidak berdekatan dengan Ilha.

"Ada apa?" Bora bertanya keheranan, ia mulai merasa tidak beres dengan situasi ini.

"Jangan bilang itu berbunyi karena perasaanmu itu?" Tepat sasaran. Bora memang benar kawan yang sangat mengerti Aera.

"Hah? Tidak!"

"Eh iya."

Meralat jawaban sendiri Aera lantas memalingkan wajah agar tidak terkena langsung sorotan sinar laser yang keluar dari netra Bora yang mendadak tajam.

"Lupakan itu! Bantu saja aku bawa koper-koper itu! Aku lelah, jam ini terus berbunyi sepanjang aku membawa koper-koper itu."

Kini pandangan Ilha dan Bora beralih pada  koper yang teronggok tidak berdaya di samping tangga. Dua buah koper besar dan satu koper mini bercorak imut.

Penonton yang merasa tidak ada yang spesial dari apa yang disaksikannya pun mulai membubarkan diri berhamburan melangkah kembali ke tujuan masing-masing.

Decakan lidah terlontar dari Bora. Menatap Ilha yang menampilkan ekspresi jengkel, gadis berpotongan rambut shaggy layer itu lantas menyeret pemuda itu agar segera membawa koper-koper itu. "Bawa itu!"

"Ya! Kenapa aku! Kau yang dia panggil!"

"Lalu untuk apa kau membuntuti ku! Bukankah kau khawatir pada gadis gila itu! Cepat bawakan!"

"Aku tidak gila," celetuk Aera polos.

"Diam!" Meraih kasar pegangan koper mini yang teronggok tak berdaya milik Aera lantas Bora meraih pula pergelangan tangan gadis yang ia katai gila itu untuk segera menaiki anak tangga menuju kelas. "Ayo kita ke kelas!"

"Hei! Itu yang dua kau tinggal!" Pekik Aera dengan menengok koper-koper malang miliknya.

"Ilha! Cepat bawakan keduanya!" Dengan terus menyeret Aera, Bora berteriak lantang memerintah Ilha yang masih misuh di bawah.

"Sial! Gadis-gadis itu sesukanya saja! Awas saja! Aku akan membalasnya! Sial! Sial! Sial!"

Kendatipun mulutnya terus melontarkan kata-kata buruk Ilha tetap membawa kedua koper itu, mengekor jejak kedua gadis yang meninggalkannya untuk menuju ke kelas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DAS : VIVA LA VIDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang