Beomgyu memetik senar gitar akustik milik Soobin dengan asal, tapi entah kenapa melodi yang tercipta tetap terdengar indah di telinga yang mendengarkan petikan asal itu. Jemari lentiknya memang bergerak lihai, namun isi pikirannya melalang buana memikirkan nasib keberlangsungan hidupnya esok hari.
Sudah tidak ada lagi perasaan sedih atau semacamnya, hanya saja jika di tanya apakah dirinya merasa lelah? Maka dengan lantang Beomgyu akan berkata ‘IYA’. Tapi jika di tanya apakah rasa lelah itu sampai membuatnya ingin mengakhiri hidup? Maka ia tanpa berpikir dua kali akan menjawab ‘TIDAK’.
Takdir kehidupnya memang tidak seberuntung orang-orang, tapi Beomgyu tidak akan pernah memilih untuk menyerah kemudian mengakhiri hidupnya dengan tragis. Dirinya akan kembali kepada yang maha kuasa jika memang sudah giliran waktunya ia di panggil. Karna motto hidup Beomgyu adalah ‘Istirahat bentar boleh, nyerah jangan.’
Lama larut dalam pikiran, netranya kemudian melirik jam dinding di kamar berukuran besar milik teman satu-satunya itu, yang mana jarum jam sudah menunjukan pukul 19.13 pm. Segera dirinya bangkit dan meraih jaket kulitnya yang tergeletak di kursi gaming milik Soobin, kemudian meletakkan kembali gitar akustik itu ketempat nya semula.
Ketika sedang memakai kembali jaketnya, sang pemilik kamar datang dengan dua kotak pizza serta beberapa kaleng cola dan alcohol. “Lah? Baru nyampe ini pizza nya, masa lo udah mau cabut aja?” Soobin. Si pemilik kamar bertanya heran.
Maka tanpa berkata panjang lebar Beomgyu menunjuk pada jam dinding menggunakan dagunya, yang langsung di ikuti Soobin kemana arah tunjukan dagu itu. Seketika decakan terdengar.
“Terus ini pizza nya gimana? Ga sanggup gue kalo ngabisin sendiri.”
Beomgyu memutar bola matanya jengah, “Tinggal simpen di kulkas terus besoknya bisa lo angetin kapan pun pake microwave.” Setelah selesai mengenakan jaketnya kembali serta memunguti ponsel dan dompetnya, Beomgyu berjalan menghampiri Soobin kemudian mengambil satu kaleng soda dari dalam keresek yang sedang pria jangkung itu tenteng.
“Bye, gue cabut dulu.” Beomgyu menepuk sekali pundak Soobin sambil berjalan melaluinya.
Masih ada waktu sekitar 17 menit lagi, dan itu bukan waktu yang panjang untuk tiba tepat waktu, maka dengan cepat Beomgyu memasang helm kemudian segera menaiki motor besar miliknya yang ia dapatkan dari hasil memenangkan taruhan balapan waktu kelas satu sekolah menengah atas.
Bunyi mesin motor yang di starter terdengar riuh memenuhi basement apartemen mewah yang terlihat sepi itu, segera setelah di rasa cukup untuk memanaskan mesin, Beomgyu melepaskan rem lalu melajukan kuda besinya secepat cahaya.
Tapi tentu Beomgyu tetap mengikuti peraturan lalu lintas yang ada, contohnya seperti sekarang, ia berhenti ketika lampu merah menyala. Ia juga tidak menghiraukan apapun dan siapapun di sekitarnya, tapi ketika sebuah suara deru mesin motor yang familiar terdengar di rungu nya, membuatnya melirik lewat ekor mata dari dalam helm full face warna hitamnya.
Orang itu, ternyata juga sudah memandangi Beomgyu sejak awal. Dan saat kedua mata mereka bertemu, orang itu menarik kaca helm full face nya seraya memberikan seringai dan tatapan licik nya pada Beomgyu.
Tidak ingin meladeni, Beomgyu segera memutus tatapannya dan kembali melihat jalanan di depan. Tapi sepertinya orang itu tidak pantang menyerah untuk menarik kembali perhatian Beomgyu, dan sial nya masih tersisa satu menit lagi hingga lampu berubah menjadi hijau.
Siulan nakal terdengar ketika orang itu sedikit memajukan motor miliknya agar sejajar dengan milik Beomgyu. “Mau kemana sih malam-malam begini cantik? Bahaya loh, nanti bisa di culik.”
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Life [Beomgyu ft Jung Family]
FanfictionBeomgyu menatap semua orang yang mengelilinginya bergantian, namun nihil, otaknya tidak dapat mengingat atau mengenal orang-orang di depannya sekarang. Karna seingatnya, ia berakhir kecelakaan sebab lawan tanding balapannya Ha Wonjin menendang motor...