06

853 97 15
                                    

Perjalanan menuju mansion tidak pernah terasa se menyenangkan ini bagi Jung Beomgyu. Dirinya pun tidak tau kalau berkendara di senja menuju malam hari menggunakan sepeda motor bersama teman begitu menakjubkan rasanya.

Sengaja Yeonjun memperlambat laju motor agar waktu dirinya bersama Beomgyu semakin lama. Yeonjun ikut tersenyum melihat Beomgyu dari kaca spionnya yang sedang tersenyum cerah memandang langit senja dari atas jembatan gantung yang panjang.

Pantulan sinar cahaya orange ke unguan yang menyinari air di bawah jembatan itu nampak jelas di pupil mata Beomgyu yang penuh dengan binaran kekaguman.
Rasanya Yeonjun semakin tidak ingin perjalanan mereka cepat sampai ke tujuan, maka dari itu Yeonjun mengakali sesuatu agar Beomgyu tertahan lebih lama bersamanya.

“Laper ga? Gue tau tempat makan enak sekitaran sini, mau?”

Karna laju motor yang lambat Yeonjun tidak perlu berteriak keras agar Beomgyu dapat mendengar suaranya.

Dan Beomgyu dengan semangat menganggukkan kepalanya, masih dengan senyuman yang tidak luntur sejak dirinya duduk di jok belakang Yeonjun.

“Mau!”

“Oke let’s go!”

.
.
.

Jam sudah menunjukan pukul 19.15 malam, dan Haram sama sekali tidak mempedulikan bagaimana majikan ibu nya itu bisa kembali ke mansion sendiri.

Dengan acuh Haram tetap menyentuh seluruh barang yang ada di kamar Beomgyu, bahkan dengan percaya diri mencoba pakaian-pakaian mahal yang berada dalam walk in closet Beomgyu.

“Ngapain punya baju banyak dan bagus-bagus kalau di rumah aja, mending gue yang pake.”

Seluruh pekerja dapat dengan mudah di kelabui oleh Haram, tidak ada satu pun dari mereka yang menyadari bahwa tuan rumah mereka tidak ada di dalam.

.
.
.

Tempat yang Yeonjun katakan terlihat sangar ramai pengunjung, Beomgyu menoleh ke sana ke mari mengamati pemandangan yang langka baginya itu.

“Ayo turun.” Ujar Yeonjun sambil menatap Beomgyu yang masih ter bengong di jok belakang.

“Eh iya ayo.”

Yeonjun terkekeh melihat helm miliknya yang terlihat kebesaran di kepala Beomgyu, anak itu ter manyun-manyun dengan mata yang fokus ke bawah dagu nya untuk melepaskan pengait.

Melihat si kecil yang nampak kesulitan, Yeonjun mengambil alih pengait itu dari jemari mungil Beomgyu. Yang di bantu menampilkan senyuman manisnya kepada Yeonjun.

Sejenak rasanya dunia berhenti berotasi ketika Yeonjun tenggelam dalam mata Beomgyu yang indah menampakkan binaran bintang di pupil nya.

“Yeonjun?”

“Eh ah.. ayo ke sana…”

Untung Beomgyu adalah anak yang kuper, jadi ia tidak menyadari dan tidak mengetahui bahwa saat ini Yeonjun begitu salah tingkah hingga telinga dan lehernya memerah.

Dan Beomgyu hanya mengikuti langkah Yeonjun yang lebar dari belakang sambil sesekali kepalanya merekam apa yang ia lihat saat ini untuk ia ingat selamanya.

“BANG MIE AYAM BAKSO NYA DUA PORSI SAMA ES THE NYA DUA!!!”

“SIAP!”

Beomgyu sedikit berjengit terkejut ketika Yeonjun dan abang penjual dengan gerobaknya itu berteriak menyahuti satu sama lain, padahal jarak mereka tidak terlalu jauh.

“Emang boleh teriak-teriak begitu?”

“Kalo ga gitu abang nya ntar ga notice pesenan kita.” Sahut Yeonjun sambil terkekeh lalu mengajak Beomgyu untuk duduk di bangku yang masih kosong.

Di lihatnya Beomgyu menatap secara intens pada meja di hadapan mereka yang terdapat berbagai macam kecap dan saus tambahan, belum lagi mata indah itu memandang takjub ketika abang mie ayam itu sedikit ber atraksi saat memasak pesanan mereka.

“Kaya ga pernah liat gerobak mie ayam aja.” Batin Yeonjun.

“Ini mas pesenannya.” Ujar penjual mie ayam tersebut sambil meletakkan dua mangkuk pesanan mereka.

“Makasih bang.” Sahut Yeonjun sopan.

Yeonjun dengan luwes menuangkan kecap, sambal, dan saus ke mangkuknya sendiri untuk menyesuaikan seleranya. Lain dengan Beomgyu yang menatap bingung dan hanya mengikuti apa yang Yeonjun lakukan.

Setelah semua tercampur rata, Yeonjun langsung melahap sesuap besar mie beserta satu buah pentol, yang lagi-lagi di ikuti Beomgyu dari samping namun dengan suapan yang lebih kecil.

Seketika kedua mata Beomgyu membulat saat lidahnya di menyecap rasa baru, tekstur mie yang begitu kenyal, irisan ayam kecil, serta bumbu medhok khas mie ayam yang begitu kental.

“Yeonjun…” Ujar Beomgyu sambil menatap mangkuk mie ayamnya, sedangkan Yeonjun yang di panggil menoleh ke samping.

“Kenapa? Ga enak ya?” Tanya Yeonjun cemas dengan mulutnya yang masih penuh.

Beomgyu menggelengkan kepala nya pelan kemudian tersenyum lembut sambil menatap Yeonjun di sebelahnya.

“Engga… ini enak banget… makanan terenak yang pernah aku makan… Yeonjun makasih udah ajakin aku ke sini… ini pertama kalinya aku makan makanan ini…”

“UHUK!! Uhuk!!!!” Yeonjun tersedak ketika mata Beomgyu menatapnya dengan lembut serta sebuah fakta yang baru saja anak itu ucapkan.

“Pelan-pelan ih Yeonjun!” Ujar Beomgyu sambil menyerahkan gelas es teh miliknya.

“Uhuk!! Sorry… gimana? Ini pertama kalinya lo makan mie ayam?” Tanya Yeonjun dengan mata yang membulat terkejut, yang di balasi anggukan kecil oleh Beomgyu sambil menyuap lagi mie ayamnya dengan suapan kecil nan rapi, terlihat begitu anggun di mata Yeonjun.

“Sama sekelai ga pernah?” Tanya Yeonjun lagi kemudian di angguki oleh Beomgyu.

“Jangan bilang ini juga pertama kalinya lo makan di pinggir jalan…” Kali ini Beomgyu mengangguk sedikit lebih semangat.

Yeonjun menutup setengah wajahnya dengan tangan. Dan baru ia sadari bahwa Beomgyu mengenakan pakaian ber merek yang di rancang khusus oleh seorang designer, serta kalung dan anting berlian yang terlihat bersinar dan berkilauan. Cara makan Beomgyu pun terlihat sangat sopan sebab menggunkan table manner yang selalu ibu Yeonjun ingatkan pada Yeonjun. Yang mana tidak pernah peduli dengan table manner dan tetek bengek lainnya.

Semakin banyak pertanyaan yang ingin Yeonjun tanyakan, namun ada satu hal yang lebih penting. Yaitu. Ia baru saja mengajak anak dengan sendok berlian makan di pingir jalan pedagang kaki lima.

Yeonjun bukan orang susah, keluarga nya merupakan orang yang lebih dari mampu tentu saja, terbukti dari dirinya yang sedang bersekolah di sekolah internasional.
Tapi anak cantik di sebelahnya ini, ada di tingkatan yang berbeda.

.
.
.

Dan benar saja, Yeonjun tau betul daerah tempat yang sedang ia tuju saat ini. Daerah tempat tinggal para konglomerat tinggal. Dan se tau nya hanya terdapat tiga mansion di sana.

“Mansion lo ke arah yang mana?” Tanya Yeonjun ketika di hadapannya terdapat tiga rute jalan menuju setiap mansion.

“Lurus aja, oh ya, nanti kita jangan lewat gerbang depan ya.”

“Kenapa?”

“Emm… gapapa biar kita berdua selamat aja.”

Yeonjun tidak bertanya apapun lagi, ia hanya akan mengikuti apapun perkataan Beomgyu jika itu untuk kebaikan mereka berdua.

Beomgyu mengarahkan ke jalan pintas yang biasa ia dan Taeyong gunakan ketika kabur berdua.

“Yeonjun makasih, maaf kamu ga bisa aku bawa masuk ke dalem, di dalem ada cctv. Nanti kamu di bakal di ribetin sama papa.” Ujar Beomgyu sambil merunduk merasa bersalah.

“Iya gapapa, gue ngerti kok. Gih sana masuk.” Sahut Yeonjun sambil tersenyum dan mengusak pucuk kepala Beomgyu.

Beomgyu tersenyum cerah sambil menganggukan kepalanya lalu mulai berjalan menjauh dari Yeonjun yang masih diam di tempatnya untuk memastikan anak yang ia antar benar-benar selamat hingga sampai ke dalam pintu rumahnya, walaupun yang ia lihat bukan pintu utama melainkan sebuah tembok yang bolong.

Setelah memastikan Beomgyu benar-benar masuk, Yeonjun menengadahkan kepalanya memandangi mansion megah di depan matanya.

“Hahaha… gue baru aja nganterin princess balik habis gue ajak makan di pinggir jalan, semoga tu anak ga sakit perut deh.”

Setelah puas memandangi bangunan megah itu, Yeonjun kembali menaiki motornya, kemudian langsung pergi dari sana untuk pulang ke rumahnya.

.
.
.

Mansion nampak sunyi ketika Beomgyu berjalan ke arah kamar nya.

Apa ia benar-benar selamat? Tanpa ketahuan oleh siapa pun?

Si bungsu keluarga Jung itu sudah akan berjingkrak kesenangan sebelum mata nya menatap keberadaan Haram yang dengan lancang nya memasuki kamar nya, kamar yang selalu rapi itu kini terlihat berantakan dengan pakaian-pakaian miliknya yang sepertinya sengaja di keluarkan dari walk in closet.

Yang menjadi pelaku terlihat masih senang mencoba satu per satu perhiasan milik sang tuan.

“Kamu apa-apan?!” Teriak Beomgyu pada Haram, namun anak kepala pelayan itu hanya melihat nya acuh dari pantulan cermin di depannya.

“Cepet amat lo balik, lonte aja belom mangkal di perempatan jam segini.”

“Keluar kamu dari kamar aku!”

Pergerakan tangan Haram terhenti saat mendengar itu, kemudian dengan malas memutar tubuhnya menghadap Beomgyu sambil menyilangkan tangannya dengan angkuh di depan dada.

“Ga tau diri banget? Minimal say thanks ke gue, karna berkat bantuan gue lo bisa keluar mansion sendirian bahkan jalan sampe malam, baru kali ini kan lo bisa jalan sendirian sampe jam segini?”

Kedua tangan Beomgyu mengepal kuat menahan geram.

“Why should I? I never asked you to do that tho? Now, get out.”

Bukan kah seharusnya di sini Beomgyu yang marah? Tapi yang terjadi malah Haram maju mendorong nya hingga tubuh kecil Beomgyu menabrak laci di belakangnya.


BRUK


“Aww!” Beomgyu meringis merasakan punggungnya membentur ujung laci yang runcing, mungkin akan meninggalkan bekas untuk beberapa minggu.

“Lo tuh ga tau diri banget kenapa sih? Pantes sih lo di kurung terus, dasar lemah! Bodoh! Ga tau diri jadi orang! Lo tuh selalu ngerasa di langit kali ya? Makanya lo jadi begini. Sini lo, gue kasih pelajaran biar ga semena-mena ke orang lain!”

Tanpa memedulikan rontaan Beomgyu, Haram menyeret sang tuan rumah seperti menyeret seekor kambing.

“Lepas!”

“Diem lo!”

Mansion itu benar-benar sunyi tanpa ada nya bodyguard yang biasanya selalu berpatroli, karna semua ini sudah di rencanakan oleh Haram dengan apik.


BRUK


Dengan tanpa perasaan Haram menghempaskan tubuh kecil Beomgyu pada lantai gudang bawah tanah yang gelap.

Gudang itu hampir tidak pernah di injak oleh siapa pun lagi sebab gudang baru sudah di pindahkan ke samping taman bagian barat mansion. Bahkan tidak ada lampu lagi di gudang bawah tanah itu karena rencana nya akan di renovasi ulang menjadi garasi baru untuk koleksi mobil Sungchan.

“Lo diem di sini sampe gue sendiri yang mutusin buat ngeluarin, ini hukuman buat orang ga tau diri kaya lo!”


BRAK


Tidak ada sahutan atau suara lagi yang keluar dari bibir kecil Beomgyu. Nafas anak bungsu keluarga Jung itu pun mulai tersenggal-senggal, kepalanya seperti berputar, dan sekujur tubuh nya mulai terasa sakit.

Sekelebat kenangan buruk yang pernah menimpanya tujuh tahun lalu, tanpa di inginkan kembali terputar di kepala Beomgyu. Kejadian ketika dulu ia di culik, di pukuli, dan di kurung di ruangan yang sempit dan gelap.

Luka lebam waktu ia di pukuli waktu itu juga sudah tidak ada, tapi karna ia di kurung di ruangan sempit dan gelap sekarang ini membuat Beomgyu terkena trigger, sekujur tubuhnya tiba-tiba merasakan sakit nya kembali, padahal luka itu sudah tidak meninggalkan bekas lagi di tubuh mulus nya.

“T-tolongh… pap..pa.. bu…bu… kaka…”

Dengan tubuh yang sudah gemetar hebat, Beomgyu memeluk kedua kakinya yang melipat, lalu tidak lama setelah itu, tubuh kecil Beomgyu jatuh ke samping.

Beomgyu sudah tidak sadarkan diri.
















































































To Be Continue~

In Another Life [Beomgyu ft Jung Family]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang