05

865 91 7
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

Terhitung sudah empat hari terlewati sejak Taeyong pergi ke Ottawa dan belum kembali. Biasanya Taeyong akan kembali paling lambat selama sepuluh hari dan paling cepat tujuh hari. Si bungsu sudah uring-uringan sebab Taeyong mengabari kemungkinan ia akan kembali enam hari lagi, di tambah Jaehyun yang juga sedang melakukan perjalanan bisnis nya ke Jepang seminggu.

Ketiga kakak Beomgyu juga sangat sibuk sekali dengan kuliah mereka hingga sering kali Beomgyu menangis di taman bunga ketika semua orang pergi meninggalkannya. Dan semakin buruk ketika Kim Haram anak kepala pelayang mansion mengganggunya.

Jaehyun dan Taeyong memang tidak melarang dan membatasi pergaulan anak-anak nya dari kalangan mana pun asalkan mereka orang baik, seperti Kim Haram yang sering kali bergaul bersama ke empat Jung bersaudara. Awalnya Haram berteman baik dengan Beomgyu, tapi entah kenapa tingkah anak itu berubah beberapa tahun belakangan ini pada Beomgyu.

Jika di hadapan Mark, Jeno, dan Sungchan anak itu akan bersikap polos dan manis. Tapi jika hanya berdua dengan Beomgyu, anak itu akan bersikap congak dan kasar kepada Beomgyu. Haram tidak terlalu sering juga berada di mansion Jung sebab jarak dari rumah ke sekolah nya terlalu jauh, jadilah sejak SMP Haram tinggal di apartment yang letaknya dekat dengan sekolahnya.

Dan berhubung sekarang sedang libur semester, Haram pasti akan menghabiskan libur semesternya di rumahnya yang memang masih dekat dengan kawasan mansion.

“Udah gue duga lo pasti di sini, nangis ga jelas, dasar bocah cengeng.”

Yang sedang menangis tidak terkejut dengan kehadiran Haram dan ujarannya yang menyebalkan. Tanpa menatap dan membalas, Beomgyu bangkit berdiri dari kursi taman.

Dan yang di abaikan merasa kesal, lalu dengan kasar Haram mencekal pergelangan tangan kurus Beomgyu.
“Belagu banget sih jadi orang? Pantes aja semua keluarga lo ninggalin lo sendirian.”

“Jangan ganggu aku bisa nggak? Aku males ribut.” Sahut Beomgyu sambil berusaha melepaskan cekalan tangan Haram pada pergelangan tangannya.

“Lo yang gak usah sok bisa nggak? Lo harusnya seneng dan bersyukur punya temen kayak gue.” Dengan kasar Haram mendorong tubuh kecil Beomgyu hingga terhuyung beberapa langkah.

Baru saja Beomgyu ingin membalas perkataan Haram, sebuah suara lebih dulu memanggil Beomgyu.

“Adek?”

“Eh? Kak Sungchan.” Haram langsung mengubah intonasi suara dan raut wajah nya.

“Kakak cariin juga dari tadi, ayo masuk bentar lagi gelap.” Sungchan sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Haram dan hanya berfokus pada Beomgyu.

Tanpa menunggu jawaban Beomgyu, Sungchan sudah lebih dulu bergerak menggendong Beomgyu di depan tubuhnya dan Beomgyu secara otomatis melingkarkan kedua tangan dan kakinya di leher panjang Sungchan, meninggalkan Haram yang hanya terdiam dengan tangan terkepal kuat.


.
.
.


Sungchan membawa Beomgyu ke kamarnya, ia berencana akan menonton serial netflix bersama adik nya itu. Keduanya dengan tenang dan khidmat menonton salah satu film yang sedang terputar dengan proyektor, dan seperti biasa film yang mereka pilih adalah film bergenre horor.

Kamar Sungchan gelap gulita karna Sungchan sengaja mematikannya agar suasana mencekam saat menonton film horor semakin terasa nyata. Saking terfokus nya mereka berdua menonton, keduanya tidak sadar bahwa ada satu dua orang yang menyusup ke kamar Sungchan.

Diam-diam kedua penyusup itu berjalan ke arah ranjang, dengan perlahan mengambil tempat mereka masing-masing. Mark yang mengambil tempat di sisi kiri Beomgyu, dan Jeno yang mengambil tempat di bawah kaki Beomgyu, sebab sisi sebelah kanan sudah menjadi tempat Sungchan.

“Ka Jeno berat ih! Minggir.” Tanpa menoleh ke bawah, Beomgyu sudah hafal betul bahwa orang yang menimpa kaki nya adalah Jeno.

“Ribet lo, udah nonton aja.” Jeno menyahuti tanpa berpindah sesanti pun dari tempatnya.

Beomgyu berdecak sebal, kemudian ia menoleh pada Mark meminta pertolongan, “Kakaa.”

Kakak sulung mereka terkekeh gemas pada tingkah lucu adik-adiknya itu, kemudian dengan ringan dan tanpa beban ia menendang Jeno yang berada di bawah hingga sedikit berguling hampir jatuh dari ranjang, yang di tendang tentu meringis dan mengumpat kesal.

“Bangsat.”

Lalu dengan lembut Mark mengangkat tubuh kecil Beomgyu menjadi berada di antara dua kaki nya, kemudian dengan gemas memeluk Beomgyu dari belakang sambil menggoyangkan badannya ke kanan dan ke kiri, yang di peluk pun hanya pasrah saja kana sudah terbiasa jika kakak sulungnya itu bertingkah anarkis ketika memeluknya.

“Sini Jen,” Mark mengkode Jeno untuk duduk di sisi kirinya. Yang di balas dengusan dari Jeno namun tetap menuruti kakak sulungnya itu.

Ketiganya menonton dengan khidmat, karna kebetulan mereka berempat penyuka genre horor, maka tidak ada suara jeritan atau tangan yang menutupi mata karna ketakutan.

Tidak terasa film yang mereka tonton sudah habis dan hanya menayangkan credit director, si bungsu sudah ingin beranjak sebelum Mark menahannya hingga ia kembali terduduk.

“Kami bertiga bakal nyusul papa karna ada urgent masalah perusahaan, papa keteteran ngurus sendirian.” Ujar Mark sambil memeluk Beomgyu dari belakang dengan erat serta dagunya yang bertumpu di atas kepala Beomgyu.

Yang paling muda hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata, Jeno dan Sungchan sudah memegang masing-masing tangan kecil Beomgyu, sambil membubuhkan kecupan pada tangan halus itu.

“Cuman dua atau tiga hari aja paling lama,” Sungchan ikut berujar.

Dengan pelan Beomgyu menarik kedua tangannya yang sejak tadi di uleni oleh Sungchan dan Jeno, lalu beranjak dari tempatnya, namun pergerakannya lagi-lagi di tahan, tapi kali ini Jeno yang menahan pergelangan tangannya.

“Kita flight besok pagi, malam ini tidur sama kakak ya?”

Tapi Beomgyu kembali menarik tangannya, lalu tanpa menoleh kebelakang Beomgyu berucap satu kalimat yang membuat ketiga kakak nya terdiam bisu.

“Pergi aja. Ga usah balik sekalian, aku kan cuma stella matic ga bisa di bawa kemana-mana.”

In Another Life [Beomgyu ft Jung Family]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang