Bab V

2 1 0
                                    

Tak semuanya yang baik akan tetap baik pada akhirnya. Sama halnya seperti semua yang terjadi di dunia ini. Tak ada yang terlalu baik dan tak ada pula yang terlalu buruk. Semuanya sudah ada batasan dan titik terangnya masing masing...

.

.

.

***

Ambil sisi baik dari cerita ini.

***
.

.

.

~Seven Scared Symbol's~

Pagi itu, langit terlihat cerah dengan kicauan burung yang terdengar seperti menyanyikan sebuah lagu. Saat ini jam menunjukkan pukul 5.30. Itu artinya, banyak orang orang yang mulai melakukan aktivitasnya di pagi itu.

Sama hal nya dengan gadis yang kini tengah duduk di kursi taman. Pagi ini, cukup banyak orang orang yang datang ke taman. Ya, karena saat ini adalah hari libur.

Gadis itu dengan tenang duduk di dekat danau yang bisa dibilang cukup indah. Berisi satu pohon di tengahnya dan beberapa bunga teratai yang menghiasi permukaan air danau tersebut. Keadaan begitu tenang, gadis itu juga mulai terbuai dengan ketenangan dari danau.

Barbara Zenata Kinanta. Gadis dengan campuran gen bangsawan terdahulu itu kini harus menjalani hidup yang setengah setengah. Setengah dalam ajaran bangsawan, dan setengah dalam ajaran masyarakat terkini.

"Permisi Nona, tuan memanggilnya anda ke ruangannya"

"Aku masih ingin disini"

"Tetapi Nona, tuan sudah memanggil"

"Diamlah, aku masih ingin disini"

"Tetapi Nona--"

"Aishh, ck, baiklah, ayo kembali"

Barbara, atau biasa dipanggil Ara itu kini harus kembali dari tempatnya yang tenang. Dirinya harus kembali ke rumahnya, atau, bisa dibilang sebuah mansion yang lumayan mewah.

Ketika sudah tiba, Ara hanya diam menatap mansion itu dengan wajah jengah. Dirinya sudah bosan berada di rumah itu.

*ceklek

"Selamat datang sayangkuu"

Suara khas dari seorang wanita yang menyambut seseorang.

"Terimakasih Ibu"

Memang orang tadi adalah Ibu Ara. Namun, dalam hal kekeluargaan Ara. Ibu merupakan sebutan untuk orang tua perempuan yang dihormati. Sedangkan pembantu biasanya dipanggil dengan sebutan Mama atau Bibi.

"Nata, kamu udah ditunggu di ruangannya Ayah"

"Baiklah Ibu"

Ibunya hanya tersenyum. Dirinya memandangi tubuh Ara yang menuju ke ruangan milik suaminya. Dirinya merasa senang bisa dikaruniai anak seperti itu.

"Memang anak yang sangat baik"

.

Kini, Ara sudah sampai di depan ruangan milik Ayahnya. Jujur saja, dirinya sudah bosan berada di ruangan ini setiap kali dirinya melakukan sesuatu yang menurut ayahnya merupakan tindakan anak yang tidak terjaga.

Seven Scared Symbol's [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang